"Menikah dengan mu adalah mimpi buruk ku!"
"Melepaskan mu?... jangan mimpi nona!. Kamu harus merasakan apa yang kurasakan!. Baru setelah itu aku akan membebaskan mu"
"Harus berapa kali aku memberitahu mu?jangan mengulangi kesalahan yang sama!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring mendominasi ruangan. Aroma lezat dan harum menyeruak masuk ke dalam hidung dari segala penjuru. Tempat yang nyaman bagi orang-orang untuk mengisi tenaga.
Tak terkecuali dua saudara Mahendra. Mereka berdua duduk berhadapan di meja nomer 13. Mereka asyik menyantap hidangan dengan khidmat. Saat Salma hendak memasukkan dimsum ke dalam mulutnya. Dia merasa gak enak pada perutnya. Dengan gerakan cepat Salma meletakkan sumpitnya dan berlari kearah bilik kamar mandi.
"Salma ada di mana?" tanya seorang pemuda tinggi mengenakan hat cook lengkap dengan setelan Double Breasted Jacket.
"Kakak ada di kamar mandi," jawab seorang remaja laki-laki memiliki alis tebal bibir tipis dan mata yang indah.
"Bang Alex tolongin kakak," ucapnya sembari memegang tangan kanan chef di depannya.
"Dari kemarin kakak mual terus dan sekarang dia masih mual!" jelas Rendi, remaja berusia 18 tahun menatap kedua kelopak mata pria bernama Alex.
"Dia tidak bisa berhenti mual kak! Aku takut kakakku sakit," sorot matanya tidak bisa berbohong menandakan dia sangat khawatir.
"Kamu tenang saja, Salma gak papa kok. Akan ku pastikan kalau dia baik-baik saja," Alex menepuk bahu Rendi memberikan kepercayaan.
Alex melangkahkan kaki jenjangnya ke kamar mandi tempat Salma berada.Lebih tepatnya dia ada di depan pintu kamar mandi.
"Salma kamu gapapa kan?" tanyanya berulang kali mengetuk pintu coklat memastikan kondisi sahabatnya di dalam.
"Aku gapapa Lex, palingan juga masuk angin," jawabnya ngasal padahal wajahnya sudah terlihat pucat.
"Masuk angin darimana? akhir-akhir ini kamu sering mual-mual loh. Aku sering melihatmu bolak-balik kamar mandi Sal," ucap Alex menyuarakan isi pikirannya
Salma mulai merasakan perutnya gak enak. Dia mengeluarkan semua isi di dalamnya. Hingga tidak ada lagi yang perlu dikeluarkan.
"Salma berhenti mengatakan kalau kamu baik-baik saja! Aku yakin kamu gak pergi ke rumah sakit kan?!" curiganya mulai teringat dengan pesannya beberapa hari yang lalu.
Salma hanya bisa tertawa lemah, namun masih dapat Alex dengar.
"Jadi benar ya kamu gak ke sana!?" Alex sedikit menaikan nada bicaranya. Dia gak suka karena sahabatnya sangat keras kepala.
"Iya, karena uangku kan bisa ditabung daripada harus dihamburkan gini!" dalihnya.
Alex menghembuskan nafasnya kasar, dia mulai berdebat,"Dihamburkan darimana nya? kan kamu ke sana buat berobat dan mengecek kondisi mu!"