°° halaman pertama

2.7K 542 98
                                    

› 〉 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧

•••

Sorot matanya terlihat kosong. Walau samar, ada sedikit amarah di dalamnya. Ketika kaki telanjang menginjak rumput, rambut yang terikat tinggi ikut bergoyang. Ia melangkah perlahan, telapak tangannya dengan lembut menyentuh tiap permukaan tumbuhan sekitar sana.

Tak ada kurva, hanya wajah muram di bawah rembulan.

"Hm ... "

Ia kemudian berjongkok. Menunggu sosok mungil dari balik semak-semak belukar.

"Aku tahu kau di sana. Keluarlah."

Sesuatu loncat ke arahnya. Malam itu cukup terang, dan wanita dengan surai hitam dapat melihat kelinci dengan rambut putih bersih. Melompat ke pelukannya.

"Kelinci yang manis, apa kau tersesat?"

•••

Wajahnya berseri-seri kala seekor kucing melompat ke dalam pelukannya—kebetulan orang itu tengah berjongkok.

"Hm?"

Kucing itu terlihat nyaman, namun segera pergi menjauh dari pelukannya. Ia berlari menuju semak, dan berhenti sejenak. Terlihat menunggunya.

Pemilik mahkota pirang menaikkan alisnya bingung. Seolah kucing itu hendak mengajaknya pergi bermain.

"Uh, aku baru saja mau memberinya makan. Hei, tunggu!"

Keputusannya bulat saat ia berlari mengejar. Walau merasa aneh dengan keberadaan hutan ini di Shibuya, laki-laki itu tetap masuk ke dalamnya.

Ini sungguh aneh.

Hutannya sangat indah. Sungguh menawan hingga saksinya tak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkannya. Ia menengok ke sana sini. Memperhatikan kunang-kunang, mendengarkan suara gemerisik daun, dan langkahnya terhenti saat gelapnya malam seolah hilang.

Itu adalah seorang wanita muda yang tengah bersandar pada batu besar. Ia duduk dengan kelinci di pahanya. Dengan lembut, tangan itu terus mengelus. Tatapannya kosong ke arah langit.

Jalur untuk menatap langit terbuka dengan lebar. Tak ada pohon yang berani menghalangi pandangan sang surai hitam.

Seakan tempat itu dibuat khusus untuk dia menatap langit.

"... permisi?"

Itu adalah suara Chifuyu yang membuka percakapan. Ia terdiam saat netra (Eyes Color) tanpa binar menatapnya.

"Hm?"

Kepala wanita itu dimiringkan. Seolah bingung dengan tamu yang tak diundang.

"Siapa kamu? Tidak banyak yang bisa datang kemari. Apa kamu musuh yang dibilang Mahito?"

Cara bicaranya mirip seperti anak kecil. Tidak cocok dengan tubuhnya—terlihat berusia dua puluhan. Pakaiannya juga aneh. Mirip seperti kimono, namun terlihat sangat berantakan. Mungkin dipakai secara asal. Sepertinya ia hanya memakai pakaian itu selapis. Apa tidak merasa bahaya jika bertemu dengan seorang laki-laki?

Chifuyu mengabaikan itu, dan kemudian tersenyum lalu mendekat.

"Hanya tak sengaja lewat. Ada kucing yang membimbingku kemari. Ngomong-ngomong, apa Nona tidak sebaiknya pulang? Sudah larut malam."

Diperhatikanya wanita itu yang semakin bingung. Keningnya berkerut, dan tangannya berhenti mengelus.

Ia menatap aneh Chifuyu yang kini berjongkok di depannya.

"Apa itu pulang?"

"... huh?"

•••

10 Juli 2021

𝐁𝐔𝐌𝐈! matsunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang