--"Always Your Be Happy"--

87 33 274
                                    

Kala itu malam menjelang, seorang gadis yang terkenal dingin di sekolahnya menangis tersedu di bawah pohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala itu malam menjelang, seorang gadis yang terkenal dingin di sekolahnya menangis tersedu di bawah pohon. Rintik hujan serta deru angin yang berhembus kencang menjadi saksi bisu sesegukan sang gadis.

Liora Claretta.

Pupil caramel tampak kosong nan hampa. Deras aliran air mengalir dari langit seakan mendukung perasaan kosong sang gadis. Di hadapannya terdapat jurang di mana ia sempat berpikir untuk melompat dari sana dan mengakhiri hidup.

Katakan jika Liora bodoh.

Ia ingin mengakhiri hidupnya hanya karena patah hati yang di derita. Sang mantan kekasih direnggut dengan mudah oleh sang sahabat karib. Sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara, kini berubah seperti seseorang asing.

Hatinya sakit. Liora duduk dengan menekuk kedua lututnya, kedua tangan ia taruh di atas dan menyembunyikan wajah di lipatan tangannya.

Air yang semula membasahi Liora hingga basah kuyup, tidak dirasa lagi oleh kulit putih yang sudah tampak pucat.

Matanya teralih dan menatap apa yang tersaji di hadapannya. Sebuah payung menghalangi tiap tetesan air mengenai tubuh terbalut seragam sekolah lengkap serta kulit pucat Liora. Mata Liora berbenturan dengan iris hitam yang sedikit menyipit lantaran tersenyum ramah ke arahnya.

"Cuaca hari ini tampak bagus, ya?"

¢

¢

¢

Saat itu adalah awal mula pertemuan mereka. Liora yang mendapati orang asing saat itu segera berlari dari hadapan sang lelaki. Liora sempat berfikir, benarkah laki-laki itu adalah seorang manusia?

Manusia gila mana yang hujan-hujanan berada di sekitaran jurang?

Benar, dirinya.

Rasa penasaran sang gadis sangat besar, hingga ia memutuskan untuk kembali ke tempat di mana ia bertemu dengan sang lelaki misterius.

Sedikit lebih awal dan tempat yang sama, Liora menatap sekitaran jurang. Hembusan nafas berat ia buang. Mungkin, pertemuannya dengan sang lelaki hanya kebetulan semata. Toh, ia tidak ingin membuka hatinya lagi untuk siapapun. Sudah cukup hatinya dilukai oleh dua orang baik terdekatnya.

Langkah kaki Liora terangkat mendekati penghujung jurang. Di bawah sana terdapat hamparan luas aliran sungai yang mengalir deras di sertai ombak. Belum benar sampai hingga ujung, lehernya dipeluk dari arah belakang. Hembusan nafas hangat mampir di indera pendengaran Liora.

Liora tercekat. Matanya melirik ke arah orang yang berani berbuat hal tidak senonoh padanya. Belum sempat Liora angkat suara, laki-laki itu memotong dengan berbicara lebih dulu.

Tersenyumlah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang