Part 2

8 1 0
                                    

Nadya's POV

Jam sudah menunjukkan waktu makan siang saat aku hendak turun ke kantin, namun tiba-tiba pintu kubikelku dibuka oleh seseorang yang aku kenal sebagai Vinna, dia adalah salah satu karyawan HRD di kantor ini. Namun Vinna tidak datang sendiri melainkan berdua dengan seorang pria yang tidak aku ketahui. Mungkin itu karyawan baru yang Mala bilang tadi pagi karena memang di Hutama Publisher jika ada karyawan baru, mereka akan diperkenalkan ke seluruh divisi yang ada.

"Halo guys kenalin ini namanya Reinard Kalael, dia akan mulai magang di divisi penerjemah start today. So Rei, this is accountant division, di sana ruangan head division nya Pak Robert namanya, tapi kayaknya lagi ga di tempat, so please introduce yourself."

"Hi guys nama gue Reinard, you guys can call me Rei, umur gue 23 dan gue masih single."

Aku melihat Reinard mengenalkan dirinya sambil mengedipkan salah satu matanya. Aku tidak mengerti mahasiswa zaman sekarang diajarkan apa sih di perkuliahannya sampai di hari pertama bekerja sudah diajarkan untuk flirting.

Reinard bahkan dengan mudahnya berinteraksi untuk dengan teman-teman divisiku. Saat berkenalan dengan mereka satu persatu, bahkan aku masih bisa merasakan bagaimana wanita-wanita di kubikelku berkenalan dengan Reinard dengan sikap yang malu-malu tapi mau. Like how old are they?

Even salah satu temanku yang sudah menikah dan punya anak seperti Tiara saja masih terjebak wajah tampannya Reinard. Well, aku akui Reinard memang memiliki wajah tampan, badan yang atletis dan tinggi yang semampai. Tapi bukan berarti aku bisa terjebak dengan itu semua karena aku tau mungkin saja wanita yang menjadi korbannya sudah banyak di luar sana.

Don't get me wrong, aku tidak memukul rata semua pria yang memiliki wajah yang rupawan dan mencap mereka semua seperti playboy, tapi karena aku pernah jadi korban seorang cowok yang brengsek makanya aku menganggap korban Reinard banyak di luar sana. Saat aku melamun tiba-tiba ada yang menyentuh bahuku.

"Woi Nad, si Reinard ajak kenalan tuh bengong aja lo. Jangan-jangan lo mulai terpesona ya sama Reinard hahaha" Aku tiba-tiba mendengar teman sebelahku Sita berbicara. Aku bahkan tidak mendengar pria di depanku ini berbicara apa, jadi aku menjawab seadanya saja dan menghiraukan kalimat terakhir yang Sita bicarakan.

"Saya Nadya." Aku mengulurkan tanganku ke Reinard saat aku memperkenalkan namaku dan disambut oleh uluran tangannya.

"Wah Nad, dilihat-lihat warna mata lo sama ya kayak gue, kenapa harus ditutupin pakai kacamata, lo kayaknya keliatan lebih cantik kalau tanpa kacamata"

See, aku mencap Reinard sebagai seorang player bukan tanpa alasan apalagi aku sudah membuktikan dengan melihat bagaimana dia berinteraksi dengan lawan jenis. Aku memang memakai kacamata hanya untuk menambah kesan nerd dan memang untuk menyembunyikan warna mataku yang aku anggap kurang Indonesia.

Aku memiliki warna mata coklat terang dan itu menjadikanku sebagai bahan bully saat aku di sekolah dasar dulu, teman-temanku mengganggap aku terlalu bule dengan warna mata yang aku miliki, padahal aku memiliki warna rambut yang sama seperti orang Indonesia pada umumnya yaitu hitam. Lalu aku juga baru menyadari bahwa Reinard memiliki warna mata yang sama denganku dan sialnya membuat dia jauh lebih tampan kalau dilihat lebih dekat. What did I say? Tenang Nadya jangan sampai kamu masuk ke jurang yang sama untuk yang kedua kalinya.

"Kayaknya gue mau pake kacamata atau gak bukan urusan lo."

"Wah tadi kayaknya lo masih sopan ngenalin diri pake saya, sekarang uda berubah aja jadi gue lo." Sahut Reinard.

"Kayaknya bukan lo yang seharusnya mendefinisikan sopan atau engga di sini, melihat bagaimana cara lo berpakaian di hari pertama lo kerja."

Aku memang tadinya tidak berniat untuk melawan balik apa yang Reinard bicarakan. Tapi memang kadang mulutku bekerja lebih cepat dibandingnya apa yang ada di otakku. Shit, aku terkadang membenci sifat sarkasmeku yang sering membuatku terlibat dalam kesulitan yang memang aku undang sendiri dengan apa yang aku bicarakan. Sekarang aku merasa kekanak-kanakan karena sudah menanggapi candaan brondong satu ini.

Tapi aku memang berbicara seperti itu dengan alasan yang jelas karena memang dia memakai pakaian yang menurutku kurang pantas untuk memberikan kesan karyawan baru di hari pertama dia bekerja. Bayangkan saja dia memakai hoodie berwarna cream dan diluarnya dipadukan dengan denim jacket yang sialnya terlihat sangat cocok di badannya. Apa dia masih belum bisa membedakan mana kantor mana kampus?

"Udah-udah baru juga kenalan lo berdua uda ribut aja, berhubung uda jam makan siang gimana kalau kita ke kantin?" Sahut Bian salah satu temanku.

Berakhirlah aku di lift ini Bersama dengan Reinard, Vinna, Bian dan Sita. Akupun memencet tombol lantai 5 tempat dimana kubikel Mala berada karena aku sudah berjanji untuk makan bareng di chat tadi.

"Loh, lo mau ke lantai 5? Mau ngapain Nad?" Reinard tiba-tiba berbicara kepadaku.

"Oh dia ada temen di divisi lo Rei, namanya Mala, harusnya lo uda kenal duluan sih kan 1 divisi. Mereka emang sering makan siang bareng, ya kan Nad?" Sahut Sita mendahuluiku. Aku memang lebih sering menghabiskan waktu makan siangku bersama dengan Mala dibandingkan dengan teman-teman kubikelku sehingga mereka semua sudah hafal dengan kebiasaanku yang satu ini.

"Oh Mala, iya gue kenal kok, oh ternyata kalian temenan ya. Kalau gitu gue boleh join makan siang bareng?"

What? Ini aku ga salah dengar kan kenapa Reinard tiba-tiba mau makan bareng aku dan Mala?

***

Hi guys I'm back dengan part 2.

Please give me some support by comment and vote my story.

Semoga di part ini feelnya lebih dapet.

See you ini next part!

So Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang