Part 4

4 1 0
                                    

Reinard's POV

Aku merasa hari pertamaku kerja terbilang sia-sia karena I literally do nothing today. Bahkan aku menawarkan bantuan ke Mala apakah ada yang bisa aku bantu untuk hari ini tapi dia menolak karena Mala bilang kebanyakan buku yang dia sedang translate sudah 90% selesai, so she doesn't want to handover the job to me. Bahkan aku masih mengingat dengan jelas kata-katanya tadi setelah jam istirahat.

"Nikmati free time lo sekarang karena akan ada saatnya jumlah buku yang kita pegang banyak, gue minta ke HRD tambahan orang bukan karena tanpa alasan."

Jam di dinding kubikel sudah menunjukkan pukul 5 sore saat ini. Aku sudah siap pulang, namun aku melihat Mala, yang notabenenya atasan langsungku masih berkutat dengan komputernya.

"Mal, lo gak balik? Uda jam 5." tanyaku.

"Lo balik duluan aja Rei, kerjaan gue tanggung banget bentar lagi selesai jadi malam ini gue mau submit ke Pak Arif sekalian mau discuss kerjaan yang lain." Pak Arif itu kepala divisi kami, tadi pagi aku juga sudah diperkenalkan dengannya.

"Oke deh, kalau gitu gue duluan ya."

Saat aku sudah di lobby aku melihat 1 sosok yang sepertinya aku kenal. Oh ya itu Nadya, yang tadi secara sengaja aku ajak untuk makan siang bareng karena dia sepertinya tidak tertarik denganku. Bukannya sombong, tapi dari tadi aku merasakan tatapan wanita-wanita di kantor ini seperti mau memangsaku. So I think she is safe. Well, safe yang aku maksud di sini adalah dia terlihat tidak tertarik denganku so kami tidak mungkin terlibat di hubungan yang melebihi teman.

"Hai Nad, belum pulang?" Aku melihat raut wajahnya yang terkejut ketika aku panggil dan terlihat lucu di mataku, mungkin dia tidak menyangka aku akan menyapa dia.

"Iya, lagi hujan soalnya, gue lupa bawa payung dan jas hujan jadinya gue gak bisa naik bus atau ojek online, mau naik taksi juga rasanya gue bakal terjebak macet jadi kayaknya gue mau ke atas aja temenin Mala lembur." Sepertinya ini kalimat terpanjang yang dia pernah katakan padaku sepanjang hari ini.

"Well, kayaknya Mala bakal lama deh, soalnya dia mau submit kerjaan ke Pak Arif tapi Pak Arifnya masih meeting dan gak tau selesai jam berapa." Aku melihat matanya menunjukkan pandangan yang panik tapi setelah itu Nadya dengan cepat menguasai raut wajahnya dan kembali normal.

"Kalau lo gak keberatan nebeng gue gimana? Gue bawa mobil kebetulan." Ya hitung-hitung ini sebagai balas budi karena dia sudah mempersilahkan aku makan bareng di kantin tadi walaupun aku tau betul dia terlihat kurang nyaman dengan hadirnya orang baru.

"Gak usah Rei, gak apa-apa gue bisa sambil baca sambil nungguin Mala."

"Gue gak menerima penolakan ayo kita ke mobil gue." Dengan cepat aku langsung menggandeng tangannya untuk ke mobilku yang kebetulan tidak terparkir terlalu jauh dari lobby. Aku membukakan pintu penumpang di depan untuk Nadya supaya dia lebih mudah untuk masuk. Setelah itu aku langsung memutar untuk masuk ke dalam mobil.

"Nah sekarang lo masukin alamat kosan lo ke google maps hp gue ya, soalnya gue rada buta jalan."

"Serius deh lo gak perlu repot-repot anterin gue, gue juga ga masalah kok harus kalau harus ikut Mala lembur."

"Gak apa-apa lagian kan ini keinginan gue yang mau anter gue lo balik, anggep aja balesan karena lo ga keberatan tadi gue join lo makan siang bareng Mala."

"Well, ternyata pemaksa juga ya lo, ya uda nih, gue uda masukin alamat kosan gue."

"Oke, kita jalan sekarang ya." Lalu aku mulai menyetir mobilku mengikuti arahan google maps.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

So Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang