2.

123 2 0
                                    


Namaku Marlina Rossaliy, umurku baru akan memasuki 20 tahun bulan Oktober nanti. Aku tak memiliki apa apa selain 3 anggota keluarga ku yang antara lain Ibu, ayah, dan adik perempuan ku.

Aku di besarkan dengan keluarga yang sederhana dan sangat miskin akan ilmu agama. Terutama tentang agama Islam. Bahkan hanya sedikit ilmu yang dapat ku pahami, atau bahkan hanya hitungan jari saja. Yaahh begitulah adanya, tak ada yang istimewa.

Keluarga besar dari sebelah nenek sangat banyak, tapi semua tidak ada yang peduli pada keluarga yang lain terutama keluarga yang sangat miskin akan uang dan ilmu. Kata tak peduli begitu melekat dalam hatiku saat menilai semua anggota keluarga nenek, sehingga saat ada suatu waktu yang meninggal dunia. Semua orang berkumpul dan saat itulah mataku melihat dengan jelas arti kata itu.

Mereka peduli, tapi peduli terhadap materi saja. Bahkan saat mereka melihat dan memperlakukan kami pun dengan sangat sangat tak manusiawi.

Tak ada yang istimewa, termasuk dari keluarga ku. Aku hanya tamatan SMA dan adikku tamatan SMK. Aku sudah lulus 2 setengah tahun yang lalu, sedangkan adikku baru saja akan lulus. Tinggal menunggu ijazah kelulusan yang asli saja.

Sayangnya seribu kali sayang, benar kata orang bila cinta sudah memenuhi hati dan membodohi pikiran, semua akan lenyap seketika. Semua penilaian buruk terhadap mereka semua hilang lenyap bagai di telan bumi.

Bagaimana bisa rasa cinta ku memenuhi hati yang sangat rapuh ini tuhan? Apa aku salah bila suatu waktu aku ingin sekali dirinya membalaskan cintaku. Cinta yang ku pendam sejak beberapa bulan lalu, saat pertama kali bertemu dengannya.

"Ya Allah ya Robb, ampunilah hambamu ini yang sudah sangat ingin menuntut cintanya padamu. Hamba sudah tak tahan ya Allah, untuk melihat wajah tampan yang memikat hati dan suaranya yang sangat merdu saat mengaji menenangkan hati ini. Tuhan dekatkan lah dirinya padaku, dan jadikanlah dia jodohku untuk selamanya."

Doa terucap dalam hati seorang gadis yang duduk termenung memandang jelas jendela kaca ruang tamu rumah minimalis itu.

Dengan semangat ia berdiri untuk mengintip seseorang yang akan lewat sehabis sholat zhuhur. Banyaknya laki-laki yang lewat membuat hatinya berdebar tak karuan. "Lewat gak ya?" Tanyanya terus menerus.

Saat semua pejalan kaki semakin sedikit, membuat hatinya semakin tak karuan. Dan tepat saat dia mengeluarkan decakan kesal, laki-laki yang ia tunggu akhirnya lewat juga.

Iris mata yang berwarna coklat mudah itu langsung menatap tajam wajah laki-laki yang lewat dengan santai. Laki-laki itu sangat tampan sekali di tambah dengan sarung, dan topi peci yang ia kenakan.

"Ya allah, hati aku debarnya kenceng banget sih?" Cetusnya menempelkan tangan kanannya ke dada kiri miliknya.

"Aahhhhh..." Teriak yang tercekat di ujung lidah.

Ia sampai tak sadar bahwa seorang gadis remaja memperhatikan sikapnya itu sedari tadi.

"Woi, gila ya?" Tutur gadis remaja itu.

Membuat terkejut sang kakak, sampai ia melompat dan menekuk senyuman nya yang tadi merekah lebar.

"Apa an sih, ganggu orang aja. Udah sana, sibuk banget sih!" Usirnya dengan kasar.

"Gila kayaknya tu orang." Gumam sang adik bernama Melisa Rosmaly.

Marlina pun hanya diam dan pura pura tak mendengar ucapan Sang adik, ia langsung berpura pura bermain gawai. Padahal di dalam hati dan pikirannya ia sedang memikirkan seorang laki laki yang tadi membuatnya menjadi orang gila.

....

Siang hari...

Jam pukul menunjuk pukul 12.30 siang, sudah waktunya ibuku pulang kerja. Kebiasaan ku sebelum ibu pulang kerja, aku sudah lebih dulu membuka kunci kalau tidak, pasti mulut ibu sangat bising di tambah lagi ketokan pintu dengan suara yang keras yang ibu lakukan.

RUMIT DEH POKOKNYA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang