3.

39 2 0
                                    

Selamat membaca.

.
.
.

Setelah itu aku memberikan pisau roti itu pada Arum. Arum memotong kembali setiap empat bagian rotinya.

"Motongnya jangan sampe putus kayak yang tadi, motongnya sisain sedikit di bagian pantat rotinya. Di tengah-tengah nya kita potong buat rongga untuk isian rotinya."

Instruksi Arum, aku hanya mengangguk mengerti.

"Kalo udah di potong kayak gini, terus kita panggang." Ucapnya mengambil dua potong roti saja.

Lalu aku mengikuti langkah Arum menuju dapur tempat memasak. "Kita panggang nya pakek mentega, nah menteganya kita olesi di sisi kanan, kiri sama di bagian pantat rotinya. Ayo, Lin di coba!"

Ujar Arum menunjuk roti yang belum dia olesi dengan mentega.

"Kalo bagian roti yang kamu olesi itu, untuk yang rasa manis. Kalo yang asin itu gunain roti yang bagian tengahnya."

Aku mengangguk mengerti.

"Coba kamu panggang! Jangan sampai gosong ya!"

Aku mengambil ahli Capitan besi yang sedari tadi ia pegang. Sedangkan Arum mengambil sesuatu barang yang belum ia ambil tadi.

Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa mangkuk, dan sebutir telur.

Aku mengangkat roti yang sudah mulai berwarna coklat kekuningan.

"Sekarang kita siapin telur buat isi an. Telur nya kita dadar ya, bumbunya cuma lada sama penyedap rasa aja. Satu telur ini, bisa kita bagi beberapa bagian, bagi nya itu kayak ini. Inikan sudah di kocok lepas, terus tuangin ke teplon nya dua sendok makan aja. Terus di lebarin kayak ini." Arum mencontohkan semua yang ia katakan dengan telaten dan rapi.

"Apinya kecil aja, kalo udah lebar penuh semua isi teplon nya, terus kita lipet jadi kayak persegi panjang gitu. Kalo udah persegi panjang kayak gini, kita bagi dua telornya. Terus di balik deh."

Dalam diam aku hanya mengangguk sambil menggaruk-garuk kepalaku. Bukan hanya gatal yang sudah menjalar di kepala tapi juga rasa pusing karena bingung dan tak mengerti.

"Di ulangin terus yah takaran telor nya sampe habis?" Tanyaku.

"Iya, tapi kalo udah tinggal sedikit kayak gini," tunjuknya pada telur di dalam cangkir yang ia penggang, "kita masukin semua aja, gak apa apa kok."

"Oke!"

Jawabku singkat.

"Nah kalo udah telor, kita panggang ham nya sampe Mateng."

Sudah ham matang, Arum kembali menuntun jalan menuju meja makan tadi.

"Sekarang waktunya merangkai isinya. Kita buat rasa, roti ham keju. Ayo Lin coba, biar aku yang arahin!"

Arum memberikan sarung tangan plastik sekali pakai padaku, dengan grogi aku memakainya. Setelah memberikan sarung tangan, Arum pun membuka roti yang tadi kami panggang tadi.

"Kasih mayonaise dulu di rotinya, kasihnya zig-zag ya Lin!"

Aku mengikuti arahan Arum dengan pelan, yah maklum lah masih pemula.

"Kasih mayonaise nya sampe seluruh bagian dalam roti yah! Kalo udah kasih mayo, kita kasih hamnya, terus kasih telor yang tadi kita dadar, sayur kubis habis itu kasih mayonaise nya dikit aja."

Ia menatap ku dengan tajam, begitu juga dengan ibu dan istrinya Wak Deni.

"Lapisi lagi dengan sayur selada, lalu kasih keju slice nya. Dan tutup deh dengan roti."

RUMIT DEH POKOKNYA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang