3rd

49 9 1
                                    

Februari, hujan masih sama derasnya. Sepanjang hari matahari tak menampakkan diri, tertutup awan-awan pekat pembawa butir-butir mineral yang turun menjadi hujan. Beberapa kandidat yang mendaftarkan diri menjadi ketua OSIS sedang berkumpul untuk menyerahkan berkas ke ruang OSIS untuk di seleksi.

Ada 5 siswa dari kelas XI yang mendaftar, sedangkan pencalonan hanya akan tiga kandidat saja. Seleksi berkas termasuk yang paling krusial, karena apabila seleksi berkas dinyatakan tidak lolos, maka kandidat tidak bisa mencalonkan diri sebagai ketua OSIS periode mendatang.

"Aku nggak tau kalau kamu juga daftar." Rega membuka obrolan ketika mereka sedang berada di dalam kelas, memakan bekal yang Rega bawa dari rumah.

"Dukung aku ya, soalnya asik juga misal jadi ketua OSIS kan?" Jevan menjawab dengan cengiran khasnya.

Rega sejujurnya sanksi dengan kemampuan leadership kekasihnya ini, selama ini Jevan bahkan tidak pernah mengikuti kegiatan seperti LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) atau semacamnya. Tapi ia juga tidak ingin meremehkan Jevan mengingat kekasihnya itu seorang kapten di klub futsal, berarti pernah menjadi seorang pemimpin sebelumnya.

Hubungan mereka masih berjalan baik saat ini, meskipun sekarang Rega sadar betul bahwa Jevan akan semakin manis sikapnya kalau butuh bantuan mengerjakan soal-soal atau tugas. Tapi toh Rega tidak masalah kalau memang harus mengerjakan tugas itu, mengingat ia sekalian belajar lagi agar bisa semakin paham dengan materi.

Sejak kejadian dilabrak Raina, Rega tidak pernah mau makan di kantin bersama Jevan. Ia takut dilihat orang-orang, ia tidak enak dengan Raina meskipun sekarang Jevan dan perempuan itu sudah resmi putus.

"Balik duluan aja Jev, aku kan hari ini ada kegiatan klub." Rega memasukkan buku-bukunya ke dalam ransel. Jevan sudah berada di kelasnya untuk menjemput kekasihnya itu untuk berjalan menuju parkiran bersama.

"Aku pengen banget nungguin kamu, tapi hari ini mamah minta anterin ke rumah tante. Maaf ya sayang." Rega tersenyum melihat ekspresi wajah memelas Jevan.

"Iya, nggak apa-apa. Nanti aku bisa balik sama Cakra, gih balik sana .Take care ya. Salam buat mamah." Jevan mencium sekilas pipi Rega sebelum berjalan menuju parkiran.

Cakra dan Wilona yang melihat itu menampakkan gesture ingin muntah. "Mentang-mentang udah baikan gitu ya, keju terus." Ucap Wilona.

Mereka bertiga memang sama-sama mengikuti klub pecinta alam, sedangkan Felix anak rumahan. Sekolah rumah, rumah sekolah begitu siklusnya, kecuali kalau diajakin main atau nongkrong, ia yang paling semangat.

Kegiatan klub pecinta alam sore ini adalah membersihkan lingkungan sekolah, merapikan bunga-bunga di taman, dan menanam beberapa pohon mahoni di beberapa titik yang sudah ditentukan.

Rega sedang mencuci tangannya di kran air dekat gedung utama, Marko keluar dari ruang OSIS dengan membawa setumpuk kertas-kertas.

"Oh, Marko. Perlu bantuan?" Tanya laki-laki manis itu melihat Marko kesusahan membawa tumpukan kertas yang tidak ia ketahui apa isinya.

"Saya bisa kok Re, nggak perlu." Marko menjawab tanpa melihat ke arah Rega karena tertutup tumpukan kertas yang ia bawa.

Mengabaikan penolakan dari Marko, Rega segera mengambil setengah tumpukan kertas dari si lelaki yang biasa menggunaka saya kamu itu.

"Maaf ya jadi ngrepotin." Ucap Marko, mereka sampai di ruang TU.

"Nggak kok. Yaudah gue duluan ya."

Marko menatap punggung sempit itu berjalan keluar, ia memegangi dadanya yang berdetak tidak karuan. Jatuh cinta memang seperti ini rasanya kan? Dekat dengan orang yang kita suka saja sudah membuat hari kita bahagia.

KLISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang