1

40 25 47
                                    

Up cerita baru huhu:v

Bismillah dulu sebelum baca

Semoga menyukai

Happy Reading


🐣

Ceklek..







PLAAKK!!




Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Raksa membuat sang empu kesakitan.


"Dari mana aja kamu?!" Tanya mamanya membentak.

"Kerja kelompok ma." Jawab Raksa jujur. Toh ia selalu berkata jujur pada mamanya, kecuali keadaaan yang memang benar-benar memaksanya untuk berbohong.
Sebandel-bandelnya Raksa ia tidak berani melawan orang tuanya, sekalipun ia tidak salah.





PLAAKK!!





Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Raksa sampai kepalanya menoleh.
Ini bukan sekali atau dua kalinya Raksa diperlakukan kejam oleh mamanya.
Biasanya ini hanya sebagai pelampiasan kemarahanya.
Toh, biasanya juga tidak peduli dengan Raksa.

Raksa memejamkan mata, menetralkan emosinya. Jangan sampai ia membentak mamanya apalagi harus membalas menamparnya.

"Itu buat kamu yang udah bohongin mama"

"Tapi Raksa ngg...." Ucapan Raksa terhenti ketika satu tamparan lagi mendarat mulus di pipinya, sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Jika saja itu bukan mamanya, mungkin malam ini akan habis ditangan Raksa.

"Jangan ngelawan!" Ucap mamanya lalu pergi meninggalkan anaknya yang meringkis kesakitan karena tamparannya. Belum lagi kepalanya yang sedari tadi terasa nyeri.

"Kapan semuanya akan baik-baik saja?" Tanya Raksa lirih yang entah ditujukan untuk siapa.

Raksa terus saja memandang kepergian mamanya. Sikapnya berubah sejak kepergian suami yang merupakan papa kandung Raksa.

Raksa selaku disalahkan atas kepergian suaminya.
Menurutnya, Raksalah yang bersalah karena suaminya meninggal demi menyelamatkan Raksa yang hampir ketabrak truk.

Raksa sayang mama. Batin Raksa



Raksa berjalan lemah menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Tanganya tak lepas memegang kepala yang semakin terasa nyeri.

Raksa membuka knop pintu dan langsung tersungkur di lantai. Ia mengambil obat di tasnya lalu menelan tanpa bantuan minum ataupun makanan.

Ia menjambak rambutnya kasar untuk membantu meredakan sakitnya. Namun, yang terjadi bukanlah mereda melainkan semakin sakit.

Hal seperti ini sudah terjadi beberapa bulan lalu, namun Raksa tidak pernah periksa ke dokter. Ia yakin ini hanya sakit kepala biasa yang akan sembuh ketika meminum obat yang dibelinya di apotik.

Raksa berdiri sekuat tenaga menuju kasurnya. Sesekali ia terjatuh karena tidak kuat menahan sakit.

Ia mengguling-gulingkan badannya di atas kasur. Semakin hari sakitnya semakin tambah.
Namun ia harus kuat. Jika bukan untuk mamanya yang tidak menginginkannya, seenggaknya untuk kekasihnya.

Pikirnya terus saja mengingat ketika papanya masih ada bersamanya.
Betapa bahagianya dulu keluarga Raksa.

Kenapa papa ngga biarin aja Raksa yang ketabrak. Batin Raksa.

"Aaagggghhhh" Teriaknya frustasi.

Ia merogoh saku celana osisnya dan mengeluarkan ponsel.
Ia menatap foto seseorang yang dijadikan wallpaper.

"Maaf" Ucap Raksa lalu memejamkan matanya.

🐣

Hai para readers😗

Maapin ya, chapternya pendek banget:(

Jangan lupa tinggalin ⭐💬

Semoga bertemu kembali di chapter selanjutnya

See you



RAKSA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang