5. Anthos

96 21 0
                                    


Tidur Jisoo usai ketika ia merasa sesuatu yang basah menempeli pipinya. Mengerjapkan mata dua kali,Jisoo merengkuh tubuh Dalgom yang sedari tadi berada terlalu dekat dengan wajahnya untuk membangunkan Jisoo.

"Pagi Dalgomie..",serak Jisoo sementara anjing itu masih menjilati pipinya.

Jisoo mencium anjingnya itu sekali sebelum hewan berbulu putih itu melompat dari pelukannya dan berlari menuju jendela.Jisoo memerhatikan anjingnya yang kini berdiri dengan dua kaki belakangnya,menumpukan dua kaki depannya di daun jendela.Beringsut ia mendekati Dalgom,setengah berjongkok di di samping Dalgom dan menatap keluar jendela juga.

"Masih hari ya sama,Dalgomie.Belum ada yang berubah dan aku rasa takkan ada yang berubah.."

Meski setahun berlalu,bahkan anjingnya saja masih merasa bahwa pemiliknya yang lain masih berdiri diluar sana seperti biasa.

Kebiasaan itu adalah ketika setiap pagi Jisoo terbangun dengan sisi kasurnya yang lain kosong karena Jennie terbangun lebih dulu,lalu Jisoo mendapati anjingnya sudah bertumpu di daun jendela kamarnya.

Setiap paginya selama lima tahun,Jisoo dan Dalgom mendapati Jennie berada di halaman rumah mereka sepagi itu, menyapa dan menciumi bunga-bunga yang ia tanam dan rawat sendiri. Pemandangan yang selalu membuat Jisoo bertanya-tanya,mengapa Jennie lebih indah dari bunga-bunga miliknya.

Jisoo menggelengkan kepala,mencoba mengingatkan dirinya sendiri.

"Jennie tidak akan pernah kembali, Sooyaa.Tidak akan..."

.

.

.

.

.

Jisoo baru saja selesai menemui klien-nya untuk membicarakan perihal detail pekerjaan.Ketika ia memutuskan untuk membiarkan mobilnya tetap berada di kantor dan memilih pulang dengan berjalan kaki,langkahnya terhenti tepat di sebuah toko bunga.

S(eo)ul Florist.
Begitu yang tertulis di papan nama toko itu.

Sepasang matanya masih terpana memandangi tiap bunga yang berbeda jenis dan warna,tersusun rapi di depan toko itu.Jisoo memandangi bunga yang satu ke bunga yang lain,lalu tatapannya terhenti pada sebuah pot.

Ia mengambil bunga itu dengan kedua tangannya.Hatinya menghangat begitu saja ketika matanya menemukan bunga cantik di pot itu.Melihat warnanya mengingatkan Jisoo pada seseorang di masa lalunya.

"Permisi nona,apa ada yang bisa saya bantu?",suara seorang wanita menyudahi lamunan Jisoo.

"Ah maaf bibi,aku menyukai bunga ini. Bisa bungkuskan untukku?"

"Tentu saja,tapi apa kau tidak berminat melihat jenis yang lain?Bunga itu memiliki jenis yang mungkin saja lebih kau suka nona.."

Jisoo terpaku.Ada yang lebih cantik dari bunga yang sedang ia genggam?Benarkah?

Wanita yang Jisoo pikir adalah pemilik toko bunga itu kemudian masuk ke dalam toko,lalu kembali dengan sebuah pot di tangannya.

"Lihat ini.Ini adalah bunga yang sama dengan yang kau suka itu.Tapi lihat warnanya?Bukankah lebih cantik?", wanita itu memberikan bunga ditangannya pada Jisoo.

Kini Jisoo memiliki bunga pilihannya di tangan kanan,dan bunga yang sama dengan warna kelopak yang berbeda di tangan kirinya.Dipandanginya keduanya bergantian.

Bunga di tangan kirinya berwarna cantik sekali.Jisoo sungguh takjub menyadari bahwa pemilik bunga itu berhasil membuat varian bunga yang menghasilkan persilangan tiga warna.Cantik sekali.

Namun,Jisoo justru mengembalikan bunga tiga warna itu kepada wanita tadi.

"Bibi,bunga itu cantik sekali tapi bisa bungkuskan yang ini saja?Aku ingin yang ini.."

Wanita itu terlihat terheran namun tetap menuruti kemauan Jisoo.Ia pergi sebentar ke dalam dan kembali dengan bunga pilihan Jisoo yang sudah dibungkuskan.

Jisoo menyerahkan beberapa lembar uang kepada wanita itu untuk membayar bunga miliknya.Namun Jisoo menolak kembalian yang cukup banyak dari uang pembayarannya.

Satu sikap yang menimbulkan raut keheranan di wajah wanita pemilik toko bunga itu.

"Tidak bibi,simpan saja semuanya.Itu tidak sebanding dengan usahamu untuk menciptakan sesuatu yang indah.

Terimakasih,aku pamit.."

Jisoo meninggalkan toko bunga itu sambil memeluk bunga yang baru saja ia beli di dadanya.

.

.

.

.

.

Dalgom duduk tenang di kursi taman, memerhatikan pemiliknya yang sedang menyirami bunga-bunga.Jisoo benar-benar merawat bunga-bunga itu, karena saat ini jumlahnya terlihat lebih banyak dan rimbun.Bahkan Jisoo menata bunga-bunga itu hingga tatanan warnanya terlihat sangat cantik.

Mendekati bunga berwarna putih yang baru saja ia siram,Jisoo menyentuh kelopaknya dan berbicara pada bunga itu.

"Jennie selalu menyukai Daisy berwarna putih,sebab itu aku membawamu pulang meski kulihat daisy lain yang lebih cantik. Kau tahu mengapa aku memilihmu daripada daisy tiga warna itu?"

Hembusan angin menerpa kelopak bunga daisy itu,seolah pertanda bahwa ia memang ingin tahu mengapa Jisoo memilih dirinya yang terlampau sederhana sebagai bunga.

"Karena Jennie sangat menyukaimu. Karena Jennie yang kutahu memiliki kesederhanaan dan rasa yang tulus pada sesuatu yang ia sukai.

Dan karena melihatmu saja di halaman ini memberiku harapan untuk tetap bangun di pagi hari,setiap hari.Seperti kau adalah Jennie yang hidup di raga yang lain.."

Jisoo mengecup daisy putih itu sekali lagi seolah-olah ia sedang mengecup kekasihnya yang telah lama pergi.

"Bahkan jika kutemukan yang tercantik dan itu bukan Jennie,aku akan tetap memilih merawat yang tersisa.

Hanya itulah alasan mengapa aku tetap ada.Menjaga dan merawat jauh lebih sulit daripada memulai,aku tidak ingin menyerah dengan mudah karena begitu juga aku ingin diperlakukan.

Tolong tetap tumbuh dengan baik,Jennie ah.Akan kuberikan seluruh waktu dan perhatianku untuk memastikan kau tumbuh cantik lebih lama."

Tetaplah tumbuh,Daisy.
Mekarlah lebih lama.













Waktu nulis ini aku monolog juga,kira-kira perasaan apa yang tersisa sampai tulisan ini ada untuk dibaca?
Aku ngerawat perasaan tanpa nama.
Gitu kira-kira.

July 11th,2021
22.42

IkigaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang