3. Your Eyes Tell

172 33 0
                                    


Matanya memang masih rapat terpejam, tapi instingnya tentu tidak salah mengartikan apa yang ia rasakan.Jisoo merasa sesuatu yang kenyal menyentuh bibirnya,melumat dalam,lalu pergi dan tergantikan sebuah suara.

"Eonni bangun.."

"Mmmhh.."

Yang pertama kali Jisoo temukan ketika membuka mata adalah sepasang mata sejernih telaga yang ikut tersenyum ketika pemiliknya tersenyum.

Kim Jennie kekasihnya,duduk di tepi kasur menatap Jisoo lekat-lekat.

Dua pasang mata itu bertatap lama.Jisoo hanya mengikuti instingnya saja ketika tangannya merengkuh tubuh Jennie ke dalam pelukannya.

"Eonni..",Jennie tidak siap dengan sikap Jisoo yang tak biasa.

"Sebentar saja Jennie ah."

Jennie menurut tanpa bantah.Dengan tubuh yang berpeluk erat,Jisoo bisa merasakan harum tubuh Jennie,harum sampo yang ia pakai,dan tentu saja parfum mint kesukaannya.Jisoo merasa damai dengan keberadaan Jennie disisinya karena Jennie sudah mewakili apa-apa saja yang paling Jisoo butuhkan.

Ketenangan,kebahagiaan dan kedamaian.

"Terimakasih sudah membangunkanku setiap pagi.Tolong selalu pastikan mata indahmu yang akan kulihat pertama kali setiap pagi..",Jisoo mengutarakan keinginannya.

"Harus kuakui bahwa aku tergila-gila pada tatap teduhmu,Jisoo eonni.Aku akan memastikan melihat itu setiap hari sejak kau terbangun di pagi hari."

Jisoo tersenyum mendengar pengakuan Jennie,namun ia merasa sedih ketika Jennie melepaskan pelukan mereka.

"Bangun dan mandilah,aku akan menyiapkanmu sarapan." Jennie memberi titah.

Jisoo mengangguk.Ketika Jennie baru saja akan meninggalkannya,tangan Jisoo dengan cepat mengambil pergelangan tangan Jennie.

"Jennie ah..."

"Mm?"

"I Love You." sendu Jisoo dengan suara serak paginya.

Jennie tersenyum.Diraihnya telapak tangan Jisoo lalu ia meninggalkan sebuah kecupan disana.

"I know,baby.Your eyes tell everything.

I love you too.."

.

.

.

.

.

Karena suatu hal,Jennie harus pergi ke Los Angeles dan meninggalkan Jisoo untuk beberapa waktu.Meski berkali-kali Jisoo menawarkan diri untuk menemani Jennie dengan mengajukan cuti kerja,Jennie bersikeras meminta Jisoo untuk tetap berada di Seoul.Pun akhirnya Jisoo hanya bisa menghela napas dan menerima sepenuhnya keputusan Jennie setelah Jennie meyakinkan Jisoo bahwa ia akan baik-baik saja.

Tak ada yang salah dengan kepergian Jennie yang sudah terhitung satu minggu sampai Jisoo mulai sulit menghubungi Jennie di hari ke delapan.

Jisoo gelisah,bukan saja karena ia begitu mengkhawatirkan Jennie.Namun juga karena ia berpikir kemungkinan terburuknya bahwa Jennie benar-benar meninggalkannya.

"Sooyaa,jangan terlalu khawatir.Mungkin Jennie sedang mematikan ponselnya karena berada di suatu acara..",Seulgi yang duduk disampingnya membaca kegelisahan Jisoo.

"Apa Jennie benar-benar meninggalkanku,Eonni?Apa ia bosan padaku?Apa ia lelah menghadapiku?"

"Jangan bilang begitu,Soo.Semua akan baik-baik saja."

Seulgi mengusap-usap bahu Jisoo, berusaha menenangkan teman yang sudah ia anggap seperti adik sendiri itu.

Sementara itu,Jisoo memaksakan diri untuk percaya pada apa yang dikatakan Seulgi padanya.Mungkin Jennie memang sedang sibuk,mungkin ia belum mengisi daya ponselnya,dan kemungkinan- kemungkinan lain yang masih bisa ia percaya.

Jennie pasti masih menginginkannya, Jennie pasti masih memikirkannya.

Ketika Seulgi pergi ke pantry,ponsel Jisoo bergetar karena sebuah pesan masuk. Sebuah pesan dari Chaeyoung,adiknya.

Chaeyoung:
Eonni,aku akan datang ke rumahmu sore ini.Lekas pulang dan jangan buka media sosial sampai aku datang.

Sialnya Jisoo terlalu penasaran dan tak sabar dengan maksud kalimat terakhir adiknya itu.Ketika sudah berada di dalam mobil dan bersiap pulang,Jisoo membuka media sosialnya dan menemukan sesuatu yang kemudian ia sesali dan tangisi seumur hidup.

Jennie,Kim Jennie-nya...

.

.

.

.

.

Tubuhnya gemetar,suhu kamarnya yang dulu terasa begitu hangat kini terasa begitu dingin dan asing.Letih fisik dan batin bercampur menjadi tumpukan rasa sakit yang mnggerogoti tubuh ringkihnya.

Jisoo ingin bertahan,ia ingin memiliki alasannya lagi untuk hidup setelah dunianya runtuh begitu saja.Namun betapapun keras ia berusaha dan melawan,rasa sakit itu tetap tinggal dan hanya memberinya tangis dan kelelahan.

Insting Jisoo benar,Jennie pergi meninggalkannya.Bukan untuk bekerja atau urusan keluarga,namun untuk hidup bersama seseorang yang dipilihnya.

Kini tak ada lagi sepasang mata penuh cinta yang membangunkannya.Tak ada lagi sepasang mata teduh yang ia katakan tergila-gila pada tatap teduh Jisoo.

Jisoo merintih karena luka di jarinya yang menyentuh sisi kasur.Ia terus mengingat bagaimana sepasang mata itu menatapnya,memujanya.Perlahan Jisoo membuka matanya yang sembab dan menggelap,berusaha membayangkan senyata mungkin bahwa Jennie masih disisinya untuk membangunkannya.

Jisoo harus mencoba,ia harus tetap bertahan.

Demi sepasang mata yang ingin ia lihat lagi suatu saat nanti...

"Aku akan bertahan,Jennie ah.Agar aku bisa bertemu denganmu lagi,agar kau bisa melihat apa yang dikatakan sepasang mataku yang tak pernah dusta menginginkanmu selamanya.."

















IkigaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang