Kali ini, Sana berangkat menuju kampus sedikit terlambat dari biasanya. Alkohol tadi malam cukup membuatnya tertidur nyenyak, padahal ia tidak minum banyak. Dengan memilih menggunakan taksi pagi ini, Sana tiba lebih cepat daripada menaiki bus. Ya, walaupun ia harus merogoh kocek lebih dalam.
Sesampainya di depan kantor administrasi, Sana langsung membuka pintunya dan mengucapkan selamat pagi pada siapapun yang ada di dalam. Terdengar suara sahutan – dari Miss Angel seperti biasa – tapi tidak terdengar antusias. Sana mengalihkan pandangannya untuk melihat apa yang sedang Miss Angel lakukan.
Staff wanita itu sedang serius menonton tayangan berita di televisi. Sana ikut mendekat, mencoba mencari tau apa yang sedang wanita itu saksikan. “Berita apa?”
Miss Angel menoleh menatap Sana. “Ah, Sana. Ini, ada penemuan dua jasad laki-laki yang ditemukan di pinggir sungai tanpa pakaian dan juga, tanpa organ. Pembunuh sekarang ini sudah seperti binatang saja.”
Sana terdiam mendengar penjelasan Miss Angel. Sepertinya ia mengenal dua jasad manusia itu. Miss Angel yang tak mendapati tanggapan dari Sana pun mengusap lengan atas Sana.
“Kau pasti terkejut, lupakan saja. Cukup jaga dirimu, ya? Aku berdoa semoga kita dijauhkan dari orang-orang pembunuh itu,” ucap Miss Angel.
Sana mengangguk sebentar, lalu meminta izin untuk pergi ke toilet sebentar. Setelah mendapatkan izin, Sana lalu berjalan keluar dari ruangan kantor dan berusaha menghubungi seseorang.
“Shit, angkat bodoh,” gumam Sana.
Sana berulang kali mencoba menghubungi seseorang dan untuk ke sekian kalinya juga panggilan itu tak kunjung diangkat oleh orang tujuan. Membuat Sana cukup kesal.
“Sepertinya pergi ke markas adalah satu-satunya solusi.”
☆
Sana berjalan memasuki gedung yang terlihat kuno dari luar. Akan tetapi, jangan salah. Itu bagian dari penyamaran. Interior gedung ini sangatlah modern. Lihat saja ketika Sana tiba di lobbynya. Perangkat teknologi tinggi ada di mana-mana.
Belum lagi kru dan agent lalu lalang sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing.Lupakan tentang gedung itu, Sana belum bertemu dengan tujuan awalnya. Gadis itu menghampiri meja informasi di sisi kiri lobby. Ada seorang kru wanita terlihat sedang meneliti beberapa data di layar komputer hologramnya.
“Permisi, apakah Dokter Johnson ada di tempatnya?” tanya Sana dengan sopan. Kru tersebut menoleh ke arah Sana dan mencoba melihat beberapa jadwal yang terpasang di dinding
belakang tempat ia bekerja.“Ya, Dokter Johnson baru saja tiba,” jawab kru itu. Sana berterima kasih atas jawaban tersebut dan kemudian melangkah menuju ruangan orang yang ia panggil Dokter Johnson itu.
Setelah melewati meja pelayanan khusus Dokter Johnson, Sana diperbolehkan masuk ke dalam ruangan sang dokter. Orang yang ia cari sedang duduk di balik meja kerjanya, fokus mengerjakan beberapa berkas yang terlihat berserakan di atas meja.
“Dokter,” sapa Sana. Dokter Johnson mengangkat kepalanya, mengalihkan pandangan dari berkas ke arah Sana yang berdiri tak jauh di hadapannya.
“Ah, Sana. Kau datang? Ayo, duduk dulu.”
Sana dan Dokter Johnson duduk di kursi tamu yang tersedia di ruangan itu. Sebelumnya, mereka berdua memulai pembicaraan dengan basa-basi seperti menanyakan kabar dan lain-lain.
“Where is JS?” tanya Sana cepat. Dokter Johnson terkejut, tapi dengan cepat mengontrol mimik wajahnya.
“Tidak biasanya kau mencari agent itu. Ada apa?” Bukannya menjawab pertanyaan Sana, Dokter Johnson malah melontarkan kembali pertanyaan padanya.
“That jerk hampir membuatku ketahuan. Membuang mayat di tepi sungai umum? Bodoh sekali,” keluh Sana. Dokter Johnson terkekeh mendengarnya. “Dok, it’s a serious problem.”
Dokter itu mengangguk. “I know, tapi aku yakin dia tidak akan segegabah itu. Let’s trust him, dan lanjutkan misimu. 2 hari lagi tenggat waktumu, kan?”
“Hm, akan kupastikan kau akan mendapatkan semuanya dalam satu minggu. Kalau begitu aku pamit,” kata Sana sebelum akhirnya ia keluar dan bergegas pergi dari markas.
“Let’s ‘gone’ in two days.”To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Winter - Sana Minatozaki (Sana TWICE)
Short Story"So sad that this winter is fully of blood."