Day 6

4 3 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 12 siang, tetapi matahari masih tak ingin menampakkan dirinya. Walaupun begitu, Sana harus tetap menikmati waktu istirahatnya yang berharga bukan?

Sana meminta izin kepada Miss Angel untuk menggunakan waktu istirahatnya dengan keluar dari lingkungan kampus. Tujuannya? Tentu saja mencari kehangatan, juga sesuatu untuk mengisi perutnya. Maka Sana putuskan untuk pergi membeli hot coffee atau hot chocolate serta beberapa camilan.

Tiba di café sederhana yang Sana tuju, gadis itu lalu memesan satu gelas hot americano juga egg toast untuk dine-in. Sana memilih pojok cafe sebagai tempatnya untuk bersantai sembari menikmati santapan siangnya di tengah dinginnya musim kali ini.

Tak lama, pelayan café berjalan menuju meja tempat Sana berada sambil membawa pesanan gadis itu. Beberapa saat setelah pelayan itu pergi, Sana langsung mencoba menyantap toast yang ia pesan. Ah, makan siang itu Sana nikmati dengan suasana yang tenang.

Namun, ketenangan itu tentu saja tak berlangsung lama. Ponselnya berdering, sebuah pesan Sana terima. Sesaat Sana mencoba tak mengindahkan pesan itu. Tetapi karena penasaran, Sana menghentikan kegiatan makannya dan mengambil ponselnya untuk membaca pesan itu.

 Tetapi karena penasaran, Sana menghentikan kegiatan makannya dan mengambil ponselnya untuk membaca pesan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sana terdiam. Agent itu jarang mengiriminya sebuah pesan, bahkan terhitung tak pernah lebih dari lima pesan yang ia terima. Mereka lebih sering berkomunikasi lewat panggilan telepon atau bertemu langsung – di markas tentu saja – karena itu memudahkan urusan keduanya dalam hal penyamaran.

Lalu, pesan ini? JS tak pernah meminta Sana perihal bantuan. Orang itu sangat mandiri. Dan apabila membutuhkan bantuan, tentu saja bukan Sana yang JS cari.

Sana mencoba untuk menghubungi Dokter Johnson terlebih dahulu. Kali saja Dokter Johnson sudah mendapat pesan itu lebih awal daripada Sana. Gadis itu berupaya untuk tetap tenang kala menghubungi sang dokter, tapi panggilannya tak kunjung diterima jua.

“Ah, masa bodoh. Ayo kita coba hubungi si bodoh ini,” gumam Sana. Ia mencoba men-dial nomor JS. Lama dering ponselnya terdengar, hingga suatu saat setelahnya panggilan itu
diterima oleh JS.

“Halo? Ada apa dengan pesanmu? Tidak biasanya kau menghubungiku untuk minta bantuan,” ucap Sana.
Tak terdengar sahutan dari seberang beberapa saat. Sampai terdengar suara rintihan samar yang tertangkap oleh indra pendengaran Sana.

“JS? Are you okay? Apa ini kode blue?” tanya Sana dengan runtut. Namun, Sana tak kunjung mendapati balasan dari pihak yang ia khawatirkan.

“JS? Give me something!” Sana hampir saja berteriak kalau saja ia tak ingat bahwa ia sedang berada di ruang publik.

“Sana Minatozaki, Right?” tanya orang di ujung telepon. Suaranya sangat asing untuk Sana. Membuat gadis itu kebingungan.

Sorry, ini siapa? Bukannya ini ponsel JS?” Bukannya menjawab, Sana kembali menanyakan hal lain.

“Tak penting bertanya siapa diriku. Datanglah ke alamat yang akan kuberikan, sendirian. Itupun kalau dirimu ingin JS selamat, gadis cantik.” Merupakan kata terakhir yang Sana
dengar sebelum panggilan tersebut diakhiri.

Sebuah pesan berisikan alamat asing pun Sana terima. Sedikit ragu untuk pergi ke sana. Bagaimanapun, Sana dan JS tidak terlalu dekat. Jadi, Sana pikir, untuk apa dirinya menyelamatkan orang itu?

Di satu sisi, Sana sangat membenci rasa ‘kemanusiaan’nya. Karena saat itu juga, Sana bergegas pergi dari café dan mencari taksi yang beroperasi di musim dingin. Yup, alamat itu tujuan akhirnya.

To Be Continued.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Red Winter - Sana Minatozaki (Sana TWICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang