Sekarang jam sudah menunjukan pukul 3 dini hari namun wanita berparas cantik sudah bangun dari tidurnya untuk berserah diri dan memanjang doa kepada sang maha pencipta, dalam doanya kali ini dia hanya meminta agar Allah selalu menjadi rumah tangga yang sakinah mawadah warohmah, serta tak lupa mendoakan agar kehidupan rumah tangganya bisa berjalan normal seperti pasangan suami istri lainnya dan saling mencintai.
Rasa sakit dihati akibat ucapan sang suami pun tak lupa ia curhatkan kepada-Nya, karena dia yakin tempat curhat terbaik ia lah kepada Allah. Iya wanita itu adalah Khanza.
Selesai shalat dan berdoa Khanza melanjutkan kegiatannya dengan mengaji, suara yang merdu cenderung lembut terdengar di keheningan malam begitu menenangkan, tanpa Khanza sadari ternyata suara lantunannya itu membangunkan seseorang yang sedang tertidur nyenyak.
Bruk
"Astaghfirullah" ucap Khanza melihat benda apa yang baru saja mengenai kepalanya, ternyata bantal.
"Woy berisik gangguan orang tidur saja!" ternyata pelakunya adalah Aydan yang menimpuk kepala Khanza dengan bantal.
"Maaf kak"
"Maaf, maaf sana keluar!"
"Ba-baik kak, permisi"
Khanza pun keluar kamar dan berjalan menuju tempat shalat dan melanjutkan membaca Al-Qur'an hingga adzan subuh berkumandang. Ia tidak memperpanjang atas apa yang suaminya lakukan jika Ia berdebat takutnya akan membangun penghuni rumah lainnya dan bukan Khanza banget jika harus adu mulut. Saat adzan subuh berkumandang Khanza kembali masuk kamar untuk membangunkan suaminya.
"Kak bangun sudah adzan subuh, shalat dulu"
"Kak bangun" ucapnya sekali lagi sambil sedikit menggoyang badan Aydan.
"Apa si loh? gue gak shalat. gak perlu shalat apalah itu, lagian gue udah kaya jadi gak perlu shalat. Udah sana ganggu orang tidur aja"
"Astaghfirullah kak, shalat itu kewajiban setiap muslim tak memandang iya kaya atau miskin, tua ataupun muda"
"Berisik sana keluar" ucapnya sambil menutup muka dan telinganya menggunakan bantal dan berbalik memunggungi Khanza.
Khanza pun keluar kamar dan berjalan menuju kamar anaknya.
"Assalamualaikum Rasya bangun yuk shalat dulu udah adzan subuh"
"Em-bu guru" ucap Rasya sambil mengucek matanya.
"Rasya suka shalatkan?" Tanya Khanza pelan.
"Suka bu buru, kalau pagi oma suka bangunkan Rasya"
"Ya udah yuk siap-siap cuci muka wudhu dan ganti bajunya"
Rasya dan Atthallah pergi ke masjid untuk shalat subuh berjamaah sedangkan Khanza dan mamah Nani, serta mbak Nah asisten rumah tangga mereka melaksanakan shalat subuh berjamaah di rumah dan Khanza-lah yang menjadi imam. Selesai melaksanakan Shalat beberapa pujian dari mamah Nani dan mbak Nah dimenghampiri Khanza karena suara Khanza yang merdu saat melantunkan bacaan yang dikeraskan dan melaksanakan shalatnya pun tidak terlalu cepat atau lambat.
"Masya Allah, mamah makin bangga sama kamu nak" ucap mama Nani sambil meneteskan air mata dan merengkuh tubuh Khanza kedalam pelukannya.
"Banyak sabar dan maaf mu untuk anak mama ya nak"
"Maaf mama belum berhasil mendidik Aydan. Tapi sekarang sudah ada kamu mama percaya sama kamu bisa merubah Aydan menjadi lebih baik lagi"
"Pasti, mama tidak usah minta maaf ya mama gak salah. Mama doakan saja Khanza bisa merubah Kak Aydan jadi lebih baik lagi"
"Pasti nak, pasti doa ibu selalu menyertai anak-anaknya"
Setelah melaksanakan shalat subuh kegiatan Khanza selanjutnya membantu mamah Nani membuat sarapan meskipun ada mbak Nah selaku asisten rumah tangga namun urusan masak-masak mamah Nani selalu melakukannya sendiri.
"Mah, mau masak sarapan pagi apa?" Tanya Khanza.
"Ini katanya Rasya pengen makan nasi goreng ayam. Tumben banget padahal kalau sarapan dia selalu makan sereal. Meskipun menu sarapan banyak tetep sereal untuk dia tak boleh terlupakan"
Sekarang Khanza jadi tahu anaknya Rasya suka sekali makan sereal di pagi hari.
"Kalau kak Aydan mah, dia punya alergi gak atau Rasya mungkin?"
"Dia itu paling gak bisa makan udang, tapi kalau Rasya selama ini dia baik-baik saja waktu mamah buat udang goreng krispi dia ikut makan tapi gak kenapa-kenapa"
"Ini kalau Khanza yang masak gak papa mah?" Tanya Khanza hati-hati.
"Wah boleh banget sayang, pasti masakan mamah jadi terkalahkan nih" goda ma Nani.
"Makanan mamah tetep terenak ko"
Sarapan sudah tersedia di meja makan untuk minuman pun keluarga Atthallah ini gak ribet cukup air putih saja dan susu untuk Rasya.
"Sana kamu kekamar bangunkan Aydan biar ini mamah yang lanjutkan"
"Baik mah"
Khanza pun terlebih dulu masuk ke kamar Rasya membantu siap-siap untuk berangkat sekolah setelah selesai mengurus keperluan anaknya Khanza masuk kedalam kamar ternyata Aydan masih tertidur.
"Kak bangun udah siang yuk sarapan udah siap"
"Apa si loh ganggu banget sana"
"Cepetan mandi kak udah ditunggu di meja makan"
"Ahk berisik banget" ucapnya sambil mengacak-acak rambut dan berjalan ke kamar mandi.
Melihat Aydan berjalan ke kamar mandi Khanza pun menyiapkan baju santai untuk Aydan dan diletakkan di atas tempat tidur yang sebelumnya sudah ia bereskan. Lalu Khanza keluar dan kembali kemeja makan.
Melihat Aydan turun bukan memakai baju yang Khanza siapkan ntah kenapa Khanza jadi sedih.
"Em- ko rasanya beda mah?" Tanya Aydan.
Khanza pun yang baru saja akan menguap makanannya terhenti karena ucapan Aydan dan perasaannya pun mendadak cemas takut jika masakan tak cocok di lidah orang-orang rumah.
"Lebih enak mah" ucap papa Atthallah.
"Tuh kan mamah bilang pasti masakan mamah tersaingi" ucap mamah Nani pada Khanza.
"Enak dari mana cuh" ucap Aydan memuntahkan makanannnya saat tahu Khanza yang memasak padahal kalau di lihat hampir setengah nasi goreng ayam yang ada di piringnya sudah Aydan makan.
"Enak ko pah masakan Bu guru. Rasya suka"
"Iya enak ko" ucap papa Atthallah membela.
"Udah Aydan pemit dulu"
"Mau kemana kamu?" Tanya Atthallah.
"Ya kerja yah, emang mau kemana lagi?" Jawab Aydan ogah-ogahan.
"Emang kamu gak cuti? Kamu baru nikah loh gak mau bulan madu gitu?" Tanya ayah Atthallah.
"Kerjaan numpuk yak jadi ngapain bulan madu"
"Kak tunggu" ucap Khanza menghampiri Aydan.
"Apa lagi si loh?"
"Salim kak" ucap Khanza sambil mengulurkan tangannya.
"Halah gak perlu" ucap Aydan lalu masuk ke dalamnya mobilnya dan meninggalkan pekarangan rumah keluarga Atthallah.
Khanza menatap tangannya sendiri dari kemari setiap bakti yang dia lakukan untuk suaminya semua sia-sia dan tak ada harga bagi Aydan.
"Nak maafkan Aydan ya" ucap mamah Nani sedih melihat perlakuan anaknya kepada menantunya ini.
"Bunda gak perlu minta maaf Khanza gak papa ko" ucap Khanza sambil tersenyum namun matanya tak bisa berbohong bahwa saat ini Khanza sedang sedih.
***
Assalamu'alaikum hai Aydan Khanza kembali menyapa loh semoga suka ya. Dan jangan lupa untuk vote and comentnya 🙏
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemeran Pengganti
General FictionKita sebagai manusia hanya bisa berencana namun ada Allah SWT. yang maha kuasa. kita tidak bisa merubah takdir-Nya kecuali takdir muallaq Jadi apakah takdir itu bener-bener tidak bisa kita ubah atau sebaliknya yang bisa kita ubah dengan semaunya? **...