PP 4

137 17 1
                                    

"em bu guru, em"

"Ada apa sayang?"

"Em gak papa ko bu guru cuman mau bilang itu rumahnya sederhana tapi menarik jadi kelihatan lebih bagus" ucap Rasya sambil menunjuk salah satu rumah yang berada di pinggir jalan. Sekarang Khanza akan mengantar Rasya sekolah, hanya mengantar saja karena Khanza mengambil cuti nikah kurang lebih selama satu Minggu.

"Iya bagus bu guru juga suka"

"Bu guru kenapa diem aja?" Tanya Rasya setelah tidak ada percakapan lagi antara keduanya.

"Bu guru gak papa ko"

"Bu guru pasti lagi sedih ya?"

"Kenapa bu guru sedih?" Tanya Khanza, ya tapi memang benar adanya hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Rasya tau bu guru pasti sedih karena papa-kan?" Tanya Rasya tepat sasaran dan Khanza tak dapat meresponnya hanya diam saja membuat Rasya makin yakin dengan tebakannya itu.

"Bu guru jangan sedih ya. Bu guru harus bahagia sama seperti Rasya sekarang bahagia"

"Bu guru gak sedih ko nak. Bu guru juga bahagia nih buktinya bu guru bisa senyum" ucap Khanza lalu menampilkan senyum lima jarinya untuk meyakinkan anaknya bahwa dia baik-baik saja.

"Bu guru tau gak Rasya sekarang bahagia banget, karena apa?"

"Emang karena apa?" Tanya Khanza penasaran.

"Dari dulu Rasya pengen banget ngerasain gimana si rasanya punya bunda, disayang bunda, dimanja bunda, main sama bunda, tidur sama bunda, dibacakan dongeng sebelum tidur sama bunda, diantara sekolah sama bunda, di suapin makan sama bunda, ya pokoknya menghabiskan waktu barang bunda. Rasya, pengen banget ngerasain itu semua. Tapi setelah tuhan tahun Rasya gak punya bunda sekarang Allah mengabulkan doa Rasya untuk segera punya bunda, karena jujur setia temen-temen Rasya cerita tentang bunda mereka Rasya hanya bisa diam. karena gak punya cerita, gimana mau cerita bundanya aja Rasya gak punya. Tapi sekarang Rasya bersyukur bu guru mau jadi bundanya Rasya makasih ya bu guru dan Rasya minta maaf atas sikap papa sama bu guru"

"Dan terakhir em apa boleh Rasya panggilan bu guru, bunda?" Tanya Rasya ragu karena takut Khanza tidak akan mengijinkan dan berakhir mengecewakan dirinya sendiri.

"Gak bu guru gak mau" ucap Khanza cepat.

Deg

Wajah Rasya pun langsung murung seketika akhirnya yang iya takutkan menjadi kenyataan ibu sambungnya gak mengijinkan dia memanggil bunda, berarti ibu sambungnya itu juga gak akan mau mengurus dia. Rasya jadi yakin semua ibu sambung itu jahat hanya mau harta dan papanya bukan keluarganya.

"Maksud bunda, bunda gak mau nolak" ucap Khanza sambil tersenyum. Rasya pun menatap ke arah Khanza dengan mata yang sudah berkaca-kaca ntah Karena sedih atau bahagia percayalah rasa bahagianya lebih besar daripada rasa sedih.

"Makasih bunda"

"Hug me" ucap Khanza sambil merentangkan kedua tangannya. Lalu disambut antusias Rasya pun langsung memeluk Khanza dan menumpahkan tangisnya.

"Bunda harus janji jangan pernah pergi, karena Rasya gak mau kalau harus gak punya bunda untuk kedua kalinya.

Pak Man-sang supir pribadi keluarga Atthallah pun tersenyum haru melihat majikan kecilnya sekarang sudah memiliki ibu ya meskipun ibu sambung tapi pak Aman yakin Khanza adalah seseorang ibu yang tepat, dikirimkan oleh Allah untuk menjawab doa majikan kecilnya.

Setelah mengantar Rasya Khanza membantu apa saja yang bisa ia kerjakan meskipun mamah Nani sudah melarang tapi Khanza tetep bersikeras ingin membantu mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan karena bosan tak ada kegiatan.

Sekarang sudah pukul sepuluh tiga puluh siang, yang artinya jam makan siang sebenar lagi Khanza melihat isi kulkas ada bahan masakan apa saja yang bisa ia olah untuk makan siang sekarang.

"Lagi apa nak?" Tanya mamah Nani.

"Ini mah Khanza lagi lihat-lihat isi kulkas ada bahan masakan apa saja yang pas untuk di olah menjadi makanan siang kali ini, tapi ternyata lengkap banget ya mah."

"Iya karena mbak nak selalu melengkapi isi kulkas setiap satu Minggu sekali"

"Pantesan lengkap mah, tapi ini mau masak apa mah Khanza bingung"

"Gimana kalau masak ayam teriyaki sayur ditambah tumis pare telur, naget ayam, bihun dan sambal?"

"Boleh mah"

Khanza pun mulai menyiapkan semua bahan-bahannya mulai dari bahan utama dan garnish setelah kurang lebih satu jam makan siang pun sudah siap dihidangkan.

"Assalamualaikum bunda"

"Waalaikumsalam wah Rasya sudah pulang nak?"

"Iya bunda tadi di jemput sama pak Man kenapa bunda gak jemput Rasya?" Tanya Rasya sambil menunjuk wajah murungnya.

"Maafnya nak bunda tadi masak kirain masih keburu untuk jemput kamu setelah bunda masak"

"Iya bunda gak papa, Rasya ke kamar dulu bun"

Khanza pun merasa bersalah karena tidak bisa menjemput Rasya.

"Sudah gak papa nak" ucap mamah Nani menenangkan.

Setelah melaksanakan shalat Dzuhur semua langsung menuju meja makan bersiap untuk makan siang. Papa Atthallah pun sudah datang sekarang tinggal hanya menunggu Aydan yang belum datang. Ya keluarga Atthallah memang selalu makan siang dirumah walaupun sesibuk apapun mereka di kantor masing-masing. Tak terasa waktu sudah tiga puluh menit berlalu namun Aydan tetap saja belum datang.

"Nenek, Rasya laper"

"Yaudah mah kita makan saja papa juga harus kembali kekantor"

"Yaudah yuk kita makan siang saja"

Khanza pun mengambilkan makanan untuk Rasya tapi tidak untuk dirinya.

"Kamu kenapa belum mengambil nasi? Kamu gak makan" tanya mamah Nani melihat piring Khanza masih saja kosong.

"Khanza nanti saja mah bareng sama kak Aydan"

"Udah sekarang aja jangan pedulikan dia lagian dia sudah besar" ucap papa.

"Gak papa pah"

Sudah jam satu Aydan belum juga pulang untuk makan siang akhir Khanza pun hanya bisa menghela nafas karena kecewa.

"Segitu nggannya kah Kakak sama aku?" Tanyanya pada diri sendiri.

***

Assalamualaikum hai Khanza balik lagi ini, semoga bisa menambah semangat di hari pertama dalam tujuh hari ini. Jangan lupa vote and comentnya

jangan lupa juga mampi di cerita

Assalamu'alaikum Bunda Dokter?

Dan

Sticky Notes Pak Police

Tbc

Pemeran PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang