Lembaran 02 : Darah, Luka, dan Obat

140 19 20
                                    

Chap panjang, hati hati merasa bosan ketika membaca!


Perlahan Ardyl membuka matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke mata mungil miliknya. Ardyl menghela nafas putus asa, mengapa ia tidak mati dan malah masih hidup? Mengapa Tuhan tidak memanggil dirinya? Mengapa Tuhan masih menginginkan dirinya tersiksa? Apa Tuhan tidak menyayangi ciptaan yang satunya ini? Apa dirinya terlihat seperti iblis sehingga Tuhan saja enggan untuk memanggil dirinya ke pangkuannya?

Ardyl ingin berdiri, namun rasa ngilu dan perih dipunggungnya membuat ia menangis tanpa suara. Rasa sakit itu muncul lagi, Ardyl sangat membenci rasa sakit ini karena ia tidak bisa bergerak. Ia tidak mau berbaring sepanjang hari dan melewatkan jadwal sekolahnya. Ardyl pun menepis kasar air matanya lalu berusaha bangkit. Persetan dengan rasa sakit bercampur ngilu dan perih yang menjalar ke tubuhnya jika ia bergerak. Ardyl juga berjalan tertatih tatih karena kakinya yang habis dipelintir seperti kain pel oleh ayahnya.

Sebelum pergi dari tempat terkutuk itu, Ardyl mengambil sepotong kain yang agak basah untuk membersihkan darahnya yang mulai mengering dilantai, ia sesekali meringis jika kaki kirinya yang dipelintir oleh ayahnya tak sengaja ia tekan ke lantai. Setelah selesai, Ardyl menyimpan asal kain yang penuh darah itu sembarang.

"Masih hidup juga kau hm?" pertanyaan sinis dari sang ibu hanya ditanggapi senyuman hangat oleh Ardyl.

Meskipun orangtuanya selalu memperlakukan dirinya buruk, setidaknya mereka masih mau memberi dirinya makan dan tempat tinggal, meskipun terkadang makanan sisa namun bukan masalah bagi Ardyl.

Ardyl pun berjalan dengan susah payahnya menuju kamarnya dilantai dua. Sesekali ia akan meringis jika rasa perih, sakit, dan ngilu bercampur menjadi satu, namun Ardyl dengan cepat pula menutup mulutnya, ia tidak mau membuat ayahnya merasa bersalah (meskipun ia tahu bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi).

Setelah susah payah menuju kamarnya, Ardyl pun sampai dikamarnya yang hanya ada satu kasur, satu meja belajar dan lemari kayu yang sudah agak rusak. Kosong dan menyedihkan memang, tidak seperti kamar adiknya yang luas, nyaman, bahkan banyak sekali funiture didalamnya. Pokoknya beda jauhlah dengan kamar miliknya.

"Kak- ASTAGA AP-"

"Pelankan suara mu dek, ayah dan ibu bisa mendengar jika kau berteriak seperti itu" ucap Ardyl cepat saat adiknya menghampiri dan tiba tiba saja berteriak, jika tidak ia hentikan bisa habis lagi dia kali ini.

Dyzel berjalan menghampiri sang kakak dengan tatapan sedih dan kasihan, Dyzel tidak bisa berkata kata melihat keadaan sang kakaknya yang jauh dari kata bersih. Dyzel ingin sekali memeluk kakaknya namun ia tahu jika ia memeluk sang kakak yang ada malah membuat sang kakaknya kesakitan dan Dyzel tidak mau itu terjadi.

"Kau cepatlah keluar, jika ayah atau ibu melihat mu disini aku akan habis kena amuk. Aku tidak apa apa, jika aku terlambat masuk kelas tolong sampaikan jika aku sedang tidak enak badan sedikit. Tapi akan ku usahakan datang ke sekolah, cepat sana" ucap Ardyl panjang lebar, ia segera mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi.

Meskipun ia sendiri tak yakin bisa membersihkan lukanya sendirian, tapi ia akan berusaha. Sementara Dyzel melakukan smrik kemenangan dan tatapan tidak suka yang ia buat buat karena sang ibu baru saja tiba dikamar Ardyl untuk menghampiri Dyzel.

"Menjijikan!" gumam Dyzel tidak suka, ia sengaja sedikit menaikan volume suaranya agar ibunya bisa melihat seberapa ia (pura pura) membenci sang kakak.

Sementara di kamar mandi...

Ardyl berusaha untuk menyentuh lukanya dengan tangannya sendiri. Namun selalu gagal dan malah salah menyentuh. Niat hati hanya ingin mengusap lukanya, yang ada ia malah tak sengaja menekan lukanya yang lainnya. Ardyl pun menggelengkan kepalanya putus asa. Ia pun segera mandi, mengabaikan rasa perih dan ngilu yang menyapa tubuhnya saat air dingin mulai mengguyur tubuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ardyl | Jaehyungparkian (Lokal ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang