BAHAGIA ITU INDAH

1 0 0
                                    

"Terkadang hubungan terbaik adalah hubungan yang mengejutkanmu, hubungan yang paling tidak kamu harapkan terjadi".

Aku Siswa biasa yang bersekolah di SMA favorite. Entah apa yang aku harapkan saat itu. Kenapa aku bisa masuk SMA, yang notabennya adalah siswa-siswa famous dan berprestasi. SMA Tuna Bakti. SMA yang paling banyak memenangkan kejuaraan. Baik dalam bidang pelajaran, olahraga, seni dan bidang umum lainnya. Aku termasuk siswa di bidang olahraga. Khususnya tenis lapangan. Aku sering menjuarai kejuaraan. Sebenarnya, aku nggak tertarik sedikit pun dengan tenis. Awalnya aku cuma keseringan nemenin mama kursus tenis. Lama kelamaan, kayaknya tenis menyenangkan. Aku mulai mencoba. Dan akhirnya berani ikut pertandingan. Sudah banyak pertandingan yang aku ikuti. Nggak disangka, karena kerja kerasku aku bisa juara satu Indonesia.

SMA Tuna Bakti bukan sekolah pilihanku. Aku masuk ke sana gara-gara papa ngebet banget aku sekolah di sana. Ya mau nggak mau aku harus nurut. Namaku Vaisha Hashkara. Biasa dipanggil Vaisha.

Kelas 11 IPS 2. Di SMA ini ada satu cowok yang bikin aku heran.

Yaitu Ajun. Ajun Aldevaro. Kelas 11 IPS 1. Kapten basket yang famouuusss banget. Hampir semua cewek-cewek di sekolah ngefans sama dia. Rebutan, siapa duluan yang jadi pacarnya. Aku nggak mau ikutan acara kayak begituan. Ngrebutin cowok yang nggak jelas.

Ajun emang ganteng, pinter, jago basket, ramah, pokoknya multi talent. Tapi kalo mandang cowok dari kelebihannya aja, itu sih bukan tulus namanya.

Hari ini pertandingan basket rutin SMA Tuna Bakti dengan SMA Merah Putih. Semua siswa, apalagi yang cewek-ceweknya berteriak memanggil nama Ajun. Itu sudah menjadi hal biasa. Jadi nggak heran lagi itu terjadi setiap Ajun tanding. Aku sama sekali nggak berminat untuk nonton. Tapi kali ini aku nggak bisa menghindar. Secara aku ketua PMI terbaik sedaerah tahun ini. Jadi terpaksa, aku harus nonton sampai selesai. Kalo aku nggak nonton, nanti ada yang cidera trus akunya nggak ada, bisa abis dimarahi aku.

Pertandingan sudah setengah jalan. SMA Tuna Bakti tetap memimpin. Sorak-sorak penonton terdengar semakin keras. Dan itu yang membuat aku semakin bosan untuk nonton.

Saat Ajun ingin melakukan slum dunk, tiba-tiba ia didorong lawan sampek kakinya terkilir. Ia terlihat kesakitan, tapi ia tetap tegar dan bertahan. Aku hanya melihatnya dengan lamunan.

"Vaisha, itu ada yang cedera. Cepetan bantuin!" ucap Chika, salah satu anggota PMR.

"Vais, apa yang kamu lakuin!"kata Sheina, sahabatku sekaligus satu-satunya anggota PMI sepertiku.

Aku tetap tak menggubris.

"Vaisha!" teriak Sheina sambil menepukku.

Aku tersadar dan langsung berdiri menuju Ajun.

"Biarin aja dia yang nolongin. Dia kan nggak suka basket. Mungkin kalo nolongin kapten basket, dia bisa suka basket!" ucap Sheina.

"Suka basket, atau suka yang main basket?" canda Chika.

Mereka berdua saling tatap dengan senyum.

"Kak kamu nggak papa? Kamu bisa tahan kan?" tanyaku sedikit terbata dan gugup.

"Aku bisa tahan kok" jawabnya singkat.

Tanpa basa-basi aku langsung meraih tangannya dan menaruhnya di pundakku. Lalu membawanya ke UKS. Entah aku sadar atau tidak telah melakukan hal itu. Tapi jujur aku benar-benar tidak sadar. Hal pertama yang aku lakukan, adalah melepas sepatunya.

"Eh tunggu-tunggu, biar aku sendiri aja yang nglepasin sepatuku".

"Kok gitu?"

"Udah biar aku sendiri" pintanya.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang