chapter 2

283 48 2
                                    

"doyoung?" Seketika senyumnya luntur, sebab doyoung sangat terkejut saat melihat siapa yang ada di depannya sekarang.

"U-uh hey asahi what's up?"

Begitu juga dengan asahi yang sedikit terkejut melihat doyoung yang kini mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, beserta apron cokelat yang terlihat sangat pas di tubuhnya. Seketika suhu di ruangan itu memanas dan asahi merasa sedikit tidak nyaman.

"Kau bekerja di sini?" Tanya asahi. Doyoung melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Menandakan bahwa shift-nya sudah selesai.

"A-aku akan mengganti pakaianku dulu. Shift-ku sudah habis. Kalau kau ingin b-"

"Tidak perlu. Aku akan pulang, selamat malam." Asahi meninggalkan sedikit tip di atas meja dan berjalan keluar menuju mobilnya.

"Selamat malam." gumam doyoung begitu pelan bahkan asahi tak bisa mendengarnya.

'Untuk apa aku bertanya apa dia bekerja disini? Aku kan tidak peduli. Lagipula dia hanyalah seseorang yang menyebalkan, yang selalu mengikutiku setiap pulang sekolah. Terlalu mempedulikannya hanya akan membuat diriku menjadi aneh' Batin asahi gelisah.

Dari dalam, doyoung terus memperhatikan asahi hingga mobilnya sudah tidak terlihat lagi. "Kuharap suatu saat nanti aku bisa mengantarmu pulang dengan kendaraanku sendiri, asahi." Lalu ia segera mengganti bajunya dan pulang ke rumah.

...

11.13 p.m.

"Akhirnya selesai juga. Kopi itu sangat membantu sekali, tapi aku jadi tidak bisa tidur. Bagaimana ini?" Ucap asahi sembari menutup buku-buku tugasnya. Tiba-tiba, terlintas di benaknya nama doyoung.

'Tunggu, doyoung.. kenapa dia bekerja di kedai kopi ya? Apakah dia ingin menambah uang saku? Tapi kalau dipikir-pikir, sekolah kami bukanlah sekolah yang biasa. Sekolah kami termasuk salah satu sekolah yang mahal di kota ini dan rata-rata siswanya juga berasal dari kelas menengah ke atas kan?'

"Uhh.. tunggu. Tidak tidak.. kenapa aku malah memikirkan dia lagi? Aku kan tidak peduli dengannya. Lebih baik aku tidur saja." Asahi menghela napas dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk favoritnya, mencoba untuk memejamkan mata.

Di lain sisi, doyoung masih berkutak dengan tugas sekolahnya yang sangat banyak. Seketika dia teringat akan asahi, motivasinya dalam belajar dan bekerja.

Ya, doyoung bukan berasal dari keluarga kaya raya ataupun konglomerat seperti asahi. Dia hanyalah satu orang beruntung yang dapat masuk ke sekolah internasional di kota ini. Doyoung tidak terlalu pintar dalam belajar, tetapi dia rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah meski sesulit apapun itu.

Doyoung adalah tipe anak yang jahil, periang, serta menyenangkan, tak heran jika dia memiliki banyak teman. Bahkan tidak sedikit pula perempuan yang sudah menyatakan cinta padanya tetapi ditolaknya mentah-mentah.

Semua demi asahi dan untuk asahi.

Doyoung menyukai asahi. Semenjak awal masuk sekolah, mereka ditempatkan di kelas yang sama. Saat itu dia duduk di depan asahi.

Doyoung berpikir bahwa dia akan mendapatkan teman apabila dia berlaku baik pada semua orang, dia akan mencoba memulai perkenalan dengan orang di belakangnya atau di depannya. Tapi, pada saat itu yang ada hanyalah seseorang di belakangnya.

Maka dari itu, la pun memberanikan diri untuk mengajak asahi berkenalan tetapi tidak sama sekali dihiraukannya. Doyoung menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Hei, aku doyoung. Siapa namamu?" Hening. Tidak ada jawaban.

"Come on boy, apa kau malu?" Masih juga tidak ada jawaban.

'Apa dia malu? Atau apa nafasku bau? Tidak, aku kan sudah sikat gigi tadi. Tapi kenapa dia tidak menjawab ya?'

"Hei, ku harap kita bisa berteman dengan baik ya! Jadi, siapa nama mu?" Doyoung bertanya lagi.

"Asahi. Hamada asahi" doyoung tersenyum. Meski jabatan tangan doyoung sama sekali tidak di gubris, tetapi karena asahi adalah teman pertamanya, dia mencoba untuk memakluminya.

Semenjak saat itu doyoung mulai penasaran dengan asahi. Dia mulai memperhatikan asahi, selalu mengajaknya bicara, dan mengikuti kemanapun asahi pergi.

Doyoung sudah menganggap asahi sebagai teman berharganya, tetapi sepertinya tidak untuk asahi. Dia seperti tidak ingin mengenal doyoung ataupun berinteraksi dengannya.

Hal itu membuat doyoung bertanya-tanya, apa yang telah dia lakukan sehingga membuat asahi seakan seperti membencinya.

Sampai suatu saat, ada tugas kimia kelompok dan mereka ditunjuk sebagai partner dalam sebuah percobaan. Doyoung sangat khawatir apabila dia berada di satu kelompok dengan asahi. la takut jika nanti dirinya malah akan membuat asahi tidak suka dan berakhir menghancurkan percobaan yang akan mereka lakukan.

Dengan sedikit ragu, doyoung menengok ke arah asahi. Tetapi, saat nama kelompok dibacakan, asahi sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia tidak suka ataupun menolak. Doyoung menghela napas lega, dia berpikir bahwa dia tidak boleh mengecewakan asahi.

"Uhm, kau doyoung.. kan? Apa kau paham dengan prosedur percobaannya? Kalau tidak, aku akan menjelaskannya ulang. Wajahmu menunjukkan bahwa kau bahkan tidak paham sama sekali." Doyoung terkejut karena ini pertama kalinya asahi berbicara panjang lebar kepadanya.

'Wow, sangat tajam dan menusuk untuk kata-kata pertama yang dia ucapkan duluan untuk ku.' batin doyoung. Dia pun hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, membenarkan ucapan asahi.

Dia berbohong. Karena dengan berbohong, maka asahi akan berbicara banyak padanya. Kesempatan ini tentu tidak akan dilewatkan oleh seorang doyoung.

Asahi menjelaskan prosedur percobaan dengan sangat detail dan mudah dipahami sehingga membuat doyoung takjub akan kecerdasannya. Baru saja asahi selesai menjelaskan, Mr. Choi sudah memanggil mereka untuk giliran melakukan percobaan.

"Oke, kau tidak boleh menjadi beban untuk asahi, doyoung, FIGHTING!!!!

Setelah percobaan berlangsung, api hijau yang menjadi tujuan percobaan mereka berhasil tercipta dengan indahnya. Tanpa sadar asahi tersenyum lebar sambil menatap percobaannya yang berhasil sempurna dengan mata yang berbinar.

Doyoung terpana melihat asahi yang sedang tersenyum. Dia merasa bahwa lelaki di sampingnya ini sangat manis dan menggemaskan. Di saat itu juga, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan dia merasa pipinya menghangat.

Ah, doyoung jatuh cinta.

Semenjak saat itu, doyoung berpikir bahwa asahi sebenarnya adalah anak yang baik dan hangat. Dia hanya tidak ingin menunjukkan jati diri yang sebenarnya pada orang lain.

Begitu pula asahi. Dia berpikir bahwa doyoung adalah anak yang bisa diandalkan dan dia sangat ingin berteman dengannya. Tetapi, lagi-lagi pikirannya tidak sejalan dengan hatinya.

'Haaaah, kalau diingat-ingat asahi dulu sangat dingin kepadaku. Tapi semenjak saat itu, dia jadi mau berbicara padaku. Walaupun kebanyakan yang dia lontarkan hanya kata-kata pedas sih. Eh, tapi kan dia lebih sering menganggapku tidak ada. Tunggu.. itu adalah sebuah kemajuan!! Okay come on doyoung kau pasti bisa!!' doyoung berdiri dan menari-nari di atas kasurnya, melupakan tugas sekolah yang masih menumpuk.'

..

05.17 a.m.

"Ya Tuhan, apakah segelas kopi efeknya bisa sedahsyat ini? Ughhhhh aku tidak bisa tidur" asahj berguling-guling di atas kasurnya.

"Apa yang harus kulakukan? Kelas dimulai jam 8 dan aku sama sekali belum tidur." Asahi terdiam dan tampak berpikir.

"Udara segar, aku butuh udara segar."

Asahi melirik jam di atas nakas yang menunjukkan angka lima lewat dua puluh dua menit. Dia memutuskan untuk sekedar berlari pagi mengitari sekitar wilayah rumahnya. Dengan hoodie kelabu kesayangannya dan juga headset yang sudah tersemat di telinga, dia berlari menyusuri jalanan yang sepi sembari menghirup udara segar pagi sebanyak-banyaknya.

Setelah sekian lama berlari, sampailah dia di taman. Asahi mengistirahatkan badannya di sebuah bangku. Dia merasa sangat amat lelah dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar. Tanpa sadar, asahi malah terlelap di sebuah bangku taman itu.

for you | dosahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang