Ada saatnya dirinya ingin menjadi dedaunan yang mengikuti kemanapun angin membawa.
Ada saatnya pula ingin menjadi rintikan air hujan yang tumpah menjatuhi bumi, lalu menghilang lenyap ditelan tanah.
Dia adalah manusia biasa. Yang pernah berjuang mati-matian untuk bangkit dari keterpurukan, yang menguatkan diri dengan jutaan senyuman meski kalbunya menjerit kian luka.
Dan dia juga pernah—Ralat, bukan pernah, melainkan seringkali. Seringkali terjatuh namun tak sudi berdiri kokoh lagi. Membiarkan tumpuan kakinya lunglai melupakan kuatnya, seperti sayap kupu yang telah patah. Tak akan bisa terbang kembali.
Terkadang dipaksa berdiri di persimpangan jalan, diberikan pilihan yang sama-sama menyakitkan. Memilih tak bisa, tidak memilih pun juga tak mungkin.
Terkadang diberikan sinar diantara gelapnya jalan, sampai kakinya berhasil menapaki pintu keluar.
Itulah hidup. Itulah manusia. Dan itulah kenyataannya.
•••
Jari jemari mungil bocah perempuan mengetuk-ngetuk pelan sebuah pintu berbahan material kayu yang dilapis cat putih tulang. Bibirnya mengeluarkan suara serak kecil diantara heningnya malam dan rintik-rintik hujan. Memanggil berulang kali si pemilik kamar dengan mata bulatnya yang berkedip mengantuk. Sesekali mengintip lewat lubang kunci, memiringkan kepala lucunya, mencoba menyaksikan objek yang berada didalamnya.
Tak kunjung terbuka. Tangannya kembali mengetuk disertai panggilan.
Membutuhkan waktu beberapa menit sampai pintu itu berhasil terbuka. Menampakkan seorang wanita berparas ayu dengan rambut hitamnya yang terurai panjang. Manik matanya menyorot lurus bocah mungil di hadapannya, menatapnya dingin tanpa keramahan.
Namun, bocah itu hanya mendongak polos sembari berkedip kecil. Justru menunjukkan sebuah hasil karya yang telah ia buat berjam-jam lamanya. Sebuah gambar yang didasari coretan spidol berwarna hijau, dengan objek kebersamaan seorang ibu dengan putri kecilnya. Saling bergandengan tangan, dan kian bahagia.
Deretan gigi sang bocah itu menyembul kian menggemaskan. Menatap penuh harap. Menunggu suara dan respon antusias ibunya atas hasil karya yang dibawa.
Seakan dihempas ke jurang terdalam. Tiba-tiba saja pintu dibanting sekeras-kerasnya. Menyentak perasaan bocah mungil itu sampai menangis dan menjerit histeris. Petir pun menggelegar, menyempurnakan ketakutannya.
Seorang perempuan dari arah lain berlari kencang menujunya, menenangkannya dengan pelukan penuh sayang, mengangkat tubuh kecilnya ke dalam gendongan. Melangkah menjauh, meninggalkan pintu kamar di sana yang sudah tertutup kian rapat.
Dadanya melonjak bersamaan dengan napas yang memburu. Gadis bersetelan piyama biru itu terbangun dari mimpinya. Bulir-bulir keringat mengerumuni pelipis, irama jantung masih menyeruak ramai. Iris matanya berkeliling memandangi sekitar, suasananya sunyi senyap tak ada suara, sama persis dengan situasi dalam mimpinya barusan.
Ia menoleh kearahnya sendiri, berada dalam posisi terbaring di sofa. Gadis itu mengembuskan napas panjang sambil merapikan buku-bukunya yang berserakan di meja, tugas kuliah telah membuatnya kelelahan sampai ketiduran di tempat itu.
Lirikan matanya menuju pula pada pintu kamar di sana, pintu kamar yang berada dalam mimpinya. Ia beringsut memandang jam dinding kuno, jarum jam yang berhenti tepat di angka yang sama dengan kejadian dalam mimpi. Semuanya sama, yang membedakan hanyalah masa.
Kini sorotan matanya berhenti pada satu titik. Yaitu pada bocah perempuan yang tampak melangkah dari ruangan lain. Ayunan langkahnya setengah tertatih sembari menguap. Menghentikan kaki di depan pintu kamar dan mengetuknya. Pintu itu terbuka, menghadirkan perempuan yang sama persis dengan mimpinya.
Namun, bocah perempuan itu disambut dengan senyuman sayang.
•••
Hallo teman-teman, aku membawakan cerita baru yeay! Masih bisa aku publish prolog-nya aja, insyaAllah part lainnya menyusul yaaa :)
Doakan cerita ini bisa aku persembahkan kepada kalian semua sampai akhir dengan sangat baik. Diminati dan disukai layaknya cinta kalian ke 'Mutiara Dalam Cangkang' hehe
Untuk mendapatkan pengumuman update serta informasi lainnya, follow Instagram aku yaaa : karyanadia_
Sampai jumpa di part berikutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Binder
RomanceDiantara banyaknya keinginan-keinginan dalam hidup, hanya satu yang paling Shayra harapkan. Mendapatkan cinta dari sang ibu. Sampai pada suatu ketika, takdir membawanya ke dalam sebuah pilihan. Seseorang hadir memberikan penawaran yang baginya cuku...