Samuel, Si Cowok Tampan Nan Angkuh

33 3 0
                                    

Jam olahraga adalah hal yang paling dinanti-nanti oleh Adis. Katanya sih hanya disaat-saat seperti ini dia bisa melihat Samuel, si anak kelas tetangga yang terkenal ganteng di sekolah ini. Hal ini karena jam olahraga kami yang digabung. Sebenarnya bukan hanya terkenal di sekolah ini saja, dengar-dengar dia juga terkenal di sekolah tetangga karena ketampanan dan kepintarannya itu.

Menurutku sendiri, Samuel bisa dibilang sosok yang hampir sempurna. Sudah tampan, pintar lagi!

Tapi ... ada satu hal yang membuatku tidak menyukainya. Dia begitu sombong dan kasar. Kenapa aku bisa mengatainya sombong dan kasar? Itu karena aku pernah melihatnya mempermalukan seorang adik kelas yang memberinya cokelat dan sebuah surat. Entahlah, mungkin itu surat cinta?

Aku tidak menyalahkannya karena menolak pemberian cokelat dan surat itu jika ia tidak suka, tetapi apakah wajar jika harus mempermalukan seorang perempuan didepan banyak orang?

"ARSYILA NAIRA ALFATHUNISSA!"

"Eh, iya pak?"

"Kamu ngapain ngeliatin Samuel terus sampai-sampai nggak dengar saya panggil, kamu suka sama Samuel?" Ucap Pak Dedek garang yang sontak membuat teman-temanku tertawa mengejek.

"Enggak, Pak!" Ucapku sembari menggelengkan kepala untuk meyakinkan Pak Dedek.

"Ya sudah, ini, tolong kamu bantu saya untuk mengumpulkan tugas teman-temanmu yang tidak masuk minggu kemarin." Pak Dedek menyerahkan sebuah catatan berisi nama-nama yang tidak hadir padaku, "Oh iya, sekalian dengan kelas Samuel. Minta saja padanya daftar namanya." Ucap Pak Dedek menambahkan.

"Baik, pak."

-----------------------------------------------------------------

Siapapun, tolong tenangkan aku sekarang!

Demi apapun, aku benar-benar merasa kesal saat ini. Bagaimana tidak, cowok angkuh itu dengan teganya membiarkanku membawa buku sebanyak itu sendirian. Aku tahu, akulah yang dimintai tolong oleh Pak Dedek, tapi aku sama sekali tidak bertanggung jawab dengan buku paket yang harus diantarkan ini.

Flashback

"Lo mau ngantar tugas itu ke ruang guru kan?" tanya Samuel yang aku balas dengan anggukan kecil.

"Nih." Cowok itu menyodorkan buku paket yang dipegangnya. "Sekalian antar ke meja bu Ranti," suruhnya.

"Tapi-"

"Tolong ya, gue sibuk soalnya."

"Ya, tapi-"

"Makasih. Oh iya, jangan lupa sama yang di meja, dikit kok," ucap cowok itu kemudian pergi.

Kok? 20 an buku tebal dia bilang sedikit? Sedikit? Kalau sedikit kenapa nggak dia aja coba yang ngantar!

Hah, menyebalkan!

-----------------------------------------------------------------

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang