04 : Sakit

110 24 2
                                    

Saat dikabari oleh Karina kalau Hendra sakit, sepulang dari bekerja Winda langsung pergi ke minimarket untuk membeli beberapa makanan dan minuman sehat.

Winda khawatir banget, pasalnya ia tahu bahwa Hendra di kota ini sebatang kara. Walaupun ia sering berantem dengan Hendra, ia masih peduli dengan temannya itu. Apalagi setelah beberapa waktu lalu mereka berbagi cerita tentang kehidupan mereka.

"Hendra, buka pintunya. Ini gue Winda."

Hendra yang lemah bangun membukakan pintu untuk Winda. Tanpa basa-basi Winda masuk dan kembali menyuruh Hendra berbaring.

"Lo ngapain kesini Win?"

"Gue dapet kabar dari Karina katanya lo sakit."

"Lo udah makan? Udah minum obat?"

Winda menghujani Hendra dengan sederet pertanyaan, tangannya kini menyentuh dahi laki-laki itu.

"Lo panes banget Ndra, lo punya sapu tangan gak? Atau handuk kecil?"

"Gue gak punya Win."

"Oke, tunggu sebentar."

Winda bergegas membuka tas belanjanya, mengambil satu kaleng susu beruang dan roti.

"Lo minum susu dulu sama makan roti, gue ke apotik bentar."

"Lo gak perlu Win, gue cuma butuh istirahat aja."

"Lo diem dulu Ndra, mumpung gue lagi baik nih."

Hendra hanya bisa diam, menuruti perintah Winda.
Perempuan itu keluar sebentar, kembali lagi ke kosan Hendra tidak lebih dari 30 menit.

"Sorry banget lo bukan bayi tapi gue musti nempelin bye bye fever di dahi lo biar panas lo cepet turun. Gue gak ada banyak waktu buat nemenin lo, tapi gue udah nyiapin beberapa susu beruang sama jus kotak, roti sama bubur instan juga ada. Jadi lo gak musti ribet masak atau keluar. Ini juga ada obat penurun panas, nanti jangan lupa diminum."

"Win..."

Winda menghentikan aktivitasnya sejenak, menoleh pada Hendra yang menatapnya serius.

"Makasi banyak ya."

"Sama-sama Ndra. Lo jangan pernah sungkan minta bantuan orang lain. Gue tau idup sendiri susah, lo boleh manggil gue kalo lo butuh apa-apa kecuali duit banyak soalnya gue gak punya."

"Hahaha, lo ternyata lucu Win."

"Baru tau lo?"

Keduanya kembali terdiam, Hendra masih menghabiskan rotinya sedangkan Winda mengecek ponselnya.

"Gue harus balik Ndra, anak-anak pasti udah nungguin. Cepet sembuh ya."

"Sekali lagi makasi Win."

Winda mengangguk, lalu bangkit dari duduknya untuk meninggalkan kosan Hendra.

Hendra tersenyum, menyentuh dadanya sendiri. Jantungnya berdebar lebih cepat, awalnya ia berpikir kalau ini hanya efek demamnya. Tapi sepertinya ini karena Winda yang baru saja ada di dekatnya.

Seumur hidup wanita yang ada di sampingnya selama sakit hanyalah ibunya dan adiknya sendiri. Tapi ada wanita lain kali ini membuat perasaan Hendra menghangat. Tidak pernah ia tebak kalau ia akan sedekat ini dengan Winda.

Di lain sisi Winda gelisah sendiri, jantungnya juga tidak kalah berdebar.

"Winda tolong tenang dong, ini bukan kali pertama lo deket sama cowok, tapi reaksi lo kayak berlebihan banget." ucapnya pada diri sendiri.

"Ingat Win, lo cuma khawatir sama dia karena dia temen lo, bukan lebih."

Hari ini keduanya masih sama-sama menyangkal perasaan mereka. Tapi kita tidak tahu bagaimana kalau besok, perasaan manusia tidak bisa ditebak. Sekarang bilang tidak, besok bisa saja bisa berubah menjadi iya.

Hendra:
Win, sekali lagi makasi.
Kalau gak ada lo, gue mungkin masih terbaring lemah di kasur.
Besok kalau gue balik kerja, gue traktir bakso.

Tanpa sadar Winda menarik senyum ketika membaca pesan dari Hendra.





tbc

Siapa nih penumpang kapal Hendra x Winda???

Salju di Musim Panas (Haechan NCT x Winter Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang