03 : Kasih Orang Tua

108 29 2
                                    

"Nak, kamu udah makan?"

"Udah Bu, tadi udah makan sebelum ke kampus."

"Coba ibu lihat dapur kamu."

"Kamu gak pernah masak Hen?"

"Jarang bu, seringan beli aja atau makan sisa kue di tempat kerja."

"Kamu jangan ngirit-ngirit banget nak, makanan dan kesehatan yang utama. Jangan makan mie sama telor ceplok terus, rugi banget sekolah jadi chef tapi makanannya gitu-gitu aja."

"Iya Ibu."

"Besok pergi ke pasar, stok bahan makanan."

"Iya Ibu."

"Jangan iya-iya aja Hendra, tapi dilakuin."

"Iya Ibu, besok Hendra beli bahan makanan."

"Ibu emang gak pernah bisa ngirimin kamu uang Nak, tapi Ibu pesan baik-baik kamu disana. Kerja yang rajin yang ulet, belajar juga sama. Sesuatu yang dikerjakan dengan baik pasti hasilnya juga baik. Ibu sama Bapak disini percaya sama kamu. Ibu juga selalu berdoa buat kamu."

"Makasi banyak ya Bu. Adik-adik gimana? Uang untuk pendaftaran SMP cukup?"

"Udah kamu gaperlu mikirin adik-adik kamu, mereka baik-baik aja disini. Masalah uang kemarin Bapak dapet rejeki lebih, uangnya cukup buat daftarin mereka."

"Ibu kalo ada apa-apa gak usah takut ngomong ke Hendra. Hendra usahain bakal bantu."

"Kamu fokus sekolah disana Hen, buat adik-adik biar jadi urusan Ibu sama Bapak."

"Udah malem Bu, Hendra mau istirahat."

"Ya udah, besok ibu telpon lagi."

Hendra menghela napas panjang setelah telponnya ditutup oleh ibunya. Iya tahu bawa ibunya menyembunyikan sesuatu. Membiayai sekolah dua anak sekaligus bukanlah hal yang mudah, walaupun sekolah gratis tetapi tetap saja perlu uang.

Pelan-pelan Hendra mengecek saldo yang ada di rekening banknya. Tabungannya memang belum terlalu banyak, tapi rasanya masih cukup membantu untuk memenuhi keperluan adik-adiknya sekolah.

Walaupun terjepit dalam keadaan seperti ini, Hendra tidak pernah merasa menyesal atau marah pada keadaan. Ibunya selalu berpesan untuk menjalani hidup ini dengan ikhlas, selalu mengingatkannya untuk berdoa kepada Tuhan.

Hidup merantau bukanlah hal yang mudah, bukan hanya orangtuanya saja yang menyimpan rahasia, Hendra juga.
Hendra kerap kali berbohong kalau ia makan dengan baik, nyatanya tidak. Sering kali Hendra melewatkan sarapan atau bahkan makan malam. Hari-harinya kadang selalu dikejar-kejar waktu.

Hendra yang baru saja berniat untuk memejamkan mata terganggu oleh nada dering ponselnya, ia kira ibunya kembali menelpon tapi ternyata panggilan itu dari Winda.

"Halo."

"Halo Ndra, bisa minta tolong gak?"

"Lo kenapa Win?"

"Motor gue kehabisan bensin Ndra, pom bensin masih jauh dan gue takut banget soalnya udah malem."

"Lo kok bisa kehabisan bensin sih dan kenapa lo ngehubungin gue, kayak gak ada orang lain aja."

"Gue gak punya temen, puas lo? Lo bisa bantuin gue apa nggak."

"Bisa, tunggu gue disana, buruan share loc.".

Tidak sampai 15 menit Hendra datang dengan membawa satu liter bensin yang ia beli di pedagang bensin eceran pinggir jalan.

"Lo malem-malem gini dari mana sampe kehabisan bensin? Makanya punya motor jangan cuma dibawa tapi diperhatiin."

"Iya lain kali gue bakal lebih perhatian sama motor gue. Gue abis beli makan di area sini."

"Ngapain coba lo nelpon gue."

"Ya karena gue tau kosan lo deket sini dan lo temen gue."

"Oh lo nganggep gue temen."

"Ya lo maunya gue nganggep lo apa?"

"Calon pacar." tapi kata ini gak pernah terucap dari mulut Hendra.

"Nih buat bensin sama tanda terima kasih buat lo. Makasi banget loh."  kata Winda sambil menyerahkan selembar uang 20ribu dan satu kotak martabak.

"Gue ambil uangnya, martabaknya lo bawa pulang aja. Kan lo beli buat diri lo sendiri bukan buat gue."

"Gue udah makan banyak dan gue lupa kalo ortu gue gak ada di rumah dan kakak gue gasuka martabak, jadi ini buat lo aja. Rejeki gak boleh ditolak Hendra."

"Oke kalo gitu, makasi banyak Win."

"Gue yang harusnya bilang makasi. Sampai jumpa besok di tempat kerja."

"Oke bye. Hati-hati lo Win."

"Iya..."

Winda bersama motornya mulai menghilang dari pandangan Hendra. Hendra tidak merasa keberatan dimintai tolong oleh Winda, tapi ada setitik rasa bahwa laki-laki itu tidak ingin Winda cepat-cepat pamit.

tbc

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Editan Haechan yang sempet viral di twitter, yang bawah ke notice Jae Day6 hahaha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Editan Haechan yang sempet viral di twitter, yang bawah ke notice Jae Day6 hahaha.

Kayaknya mulai chapter ini aku bakalan slow update.

Yuk yang mau aku tetep update bisa tinggalkan vote dan komen.

XOXO

Salju di Musim Panas (Haechan NCT x Winter Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang