━━━━━━━━━━━━━━━━━
Rindou benar-benar menepati janjinya. Lelaki itu menemani kakaknya ke rumah sakit pagi ini.
Dan hasilnya sangat tidak terduga. Rindou hampir saja membunuh dokter itu jika Ran tidak kunjung pulih dari keterkejutannya.
Setidaknya Rindou hanya menghancurkan beberapa barang dan kabur dari sana.
Benar.
Haitani Ran terkena penyakit parah. Dia divonis jatuh cinta.
Oleh karena itu, sore ini dia memutuskan untuk galau di pinggir sungai, duduk di atas rumput. Suasana melankolisnya menempel erat, membuat dia terlihat seperti bujangan muda yang baru saja ditolak, padahal nyatanya dia baru saja jatuh cinta. Dalam tujuh belas tahun hidupnya.
"Waah! Haitani-san!"
Wanita yang membawa bento kecil di tangannya, berjalan ke arah lelaki yang tengah duduk di atas rumput.
Panjang umur. Baru saja dia memikirkannya tadi.
Ran menoleh ketika mendengar suara yang tak asing.
"Oh? Baji—"
"Aih! Aku sudah bilang jangan memanggilku Baji," ujarnya. (Name) diam-diam merasa bersalah. "Panggil namaku saja."
Ran menaikkan alisnya.
"Kau lebih tua tiga tahun dariku. Bagaimana kalau Nee-san?"
Tawa manis lolos dari bibir lawan bicara. Suaranya halus. Ran tanpa sadar memandangi kurva yang terbentuk. Membayangkan bagaimana rasa—
Ah, gila!
Ran diam-diam mengutuk dirinya sendiri. Sejak kapan dia menjadi mesum? Tenang, dia harus mengontrol diri. Jangan sekarang.
"Baiklah. Nee-san juga tidak masalah."
Dirinya ikut mendudukkan diri di samping Ran. Ia menaruh bento di atas paha. Dengan senyum merekah membukanya. Menampilkan beberapa bolu di dalamnya.
"Haitani-san, Haitani-san! Lihat. Aku mencoba membuat bolu. Tadi aku kebingungan bagaimana menghabiskannya. Namun setelah bertemu denganmu, bagaimana jika kau ikut mencobanya?"
Ran menatap bolu di dalam wadah. Senyum tipis terukir. Wanita ini terlihat begitu semangat memamerkannya.
"Baiklah. Kebetulan aku belum makan," lelaki itu menyahut.
Tangannya mengambil sebuah bolu, lalu dengan cepat membalikkan tubuh. Menatap Ran dengan senyum diwajah.
(Name) mengangkat bolu di hadapan Ran. Memintanya untuk membuka mulut.
"Huh?" Ran terlihat bingung. "Apa?"
"Ayo makan!"
Senyum senangnya membuat Ran luluh. Lelaki itu merasa lemah jika di hadapan wanita. Bagaimana bisa dia yang kejam saat berkelahi menjadi patuh seperti ini?
Dengan sedikit gugup, Ran menggigit ujungnya—bagian paling jauh dari jari sang wanita.
"Bagaimana, bagaimana?"
Matanya bersinar cerah. Terlihat menawan tatkala senja ikut bersinar. Cakrawala yang menjadi latar, memberi keindahan tak terbatas.
Ran menolak menjawab.
"Haitani-san?"
"Akan kujawab bila kau memanggil nama depanku."
Entah kegilaan apa yang tengah merasuki dirinya. Ran tidak tahu. Dia hanya ingin kembali merasakan hangat dalam dada, seperti yang dialaminya tempo hari.
"Uh ... baiklah!"
Ran tersenyum senang.
"Enak. Ini manis."
Asin.
Dia tidak tega mengatakannya.
•••
Rindou mendengus sebal. Ia menatap kesal kakaknya yang berjalan menjauh.
"Aniki, belakangan ini kau jarang menghabiskan waktu denganku!"
"Lain kali, Rindou."
Sang adik hanya berdecih sebelum menjauh.
Ran memang bersikap aneh belakangan ini. Dia pergi sendiri, tidak bersamanya. Dia pergi tiba-tiba, tanpa kabar satupun.
Faktanya, Ran tengah dimabuk cinta.
Oleh (Name) yang telah membutakan mata.
"Oh, Nee-san!"
Wanita yang tengah bersandar pada pagar jembatan menoleh dengan senyum hangat. Anak rambut nakal menusuk mata, membelai pipi. Kendati demikian, marah tak pernah terjadi.
Pada wajah yang selalu terbawa ke dalam mimpi.
"Ah, Ran sudah datang?"
Jari-jemari menyingkirkan helaian. Lengan kemeja tanpa sengaja terangkat.
Membuat Ran dengan jelas melihat.
Lebam pada pergelangan tangan.
Wajah menggelap, bersamaan dengan kaki yang berhenti melangkah. Di depan wanita yang Ran cintai.
"Nee-san, siapa yang melukaimu?"
"Huh?"
Wajah sang surai kelam terlihat panik.
"A-apa maksudmu?"
Ran memiringkan kepalanya. Melempar senyum dengan wajah dingin.
"Kau terluka, Nee-san."
(Name) menghela napas. Ia menggelengkan kepalanya sejenak, lalu mengukir senyuman.
Ia menenggadah, menatap Ran. Memberinya kehangatan. Meluluhkan kedinginan tanpa batas.
"Aku baik-baik saja, Ran."
•••
20 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐔𝐏𝐈𝐓𝐄𝐑! haitani
أدب الهواة博 haitani ran 客 ━━━━━━━━━━━━━━━ ❝ waktu terus berjalan namun ran terjebak dalam angan ❞ ━━━━━━━━━━━━━━━ !ુ 𝙒𝘼𝙍𝙉𝙄𝙉𝙂 !ુ ⩩ spoiler, alert! ⩩ 𝙉𝙊𝙏𝙀 ! ⩩ gifs and pictures is not belongs to me ⩩ 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐑...