TRUE IDENTITY: SILVER BULLET

217 27 13
                                    

"Hujannya hampir reda...."

John melangkah pulang menuju Baker Street 221B sembari menghindari genangan air di depannya. Hujan yang tinggal gerimis yang menyiraminya dia abaikan karena tak terlalu mengganggu.

Hari ini dia pergi ke rumah sakit untuk menjenguk temannya yang sedang dirawat di sana, sekalian menyapa temannya waktu sekolah dulu yang kebetulan bekerja di sana. Tetapi mendadak dia terlibat dalam operasi darurat seorang pasien yang dilarikan ke sana dalam keadaan kritis. Karena dokter yang biasa bertugas tidak ada, jadilah dia ikut turun tangan.
Sebelum berangkat, dia sempat mendengar kalau rekannya, Sherlock, sedang menangani kasus pembunuhan di salah satu villa milik bangsawan dan baru hendak berangkat menuju TKP. Meski tanpanya, John yakin dia dapat menanganinya sendiri.

"Apa Sherlock sudah pulang ya?" gumamnya.

Pintu apartemen Baker Street 221B sudah di depan matanya. John bersiap memegang kenopnya, untuk masuk dan beristirahat.

"JOHN! Ini aku, Sherlock!"

Suara itu menghentikan langkahnya. Dilihatnya seorang anak kecil berambut hitam sebahu dikuncir berusia sekitar 14 tahun menghampirinya. Sebuah perban membebat kepalanya. Yang membuat John merasa ganjil adalah pakaian yang dia kenakan sangat kebesaran, seperti pakaian orang dewasa.

Siapa gerangan anak kecil berbaju kebesaran ini? Mengapa dia mengaku sebagai Sherlock?
.
.
.
TRUE IDENTITY: SILVER BULLET

Summary: "Siapa gerangan anak kecil berbaju kebesaran ini? Mengapa dia mengaku sebagai Sherlock Holmes?"

Disclaimer: Moriarty The Patriot (c) Takeuchi Ryousuke dan Miyoshi Hikaru. Terinspirasi dari komik Detektif Conan. Tidak mengambil keuntungan apapun dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: kekerasan, Typo(s), OOC akut, dll
SELAMAT MEMBACA!
.
.
.
Sherlock berjalan pulang dengan rokok tergigit di bibirnya. Kasus pembunuhan Baron Enders tadi betul-betul merepotkan. Beruntung dia berhasil menemukan pelakunya dan meringkusnya. Sisanya tinggal diserahkan ke Inspektur Lestrade.

"Cih...."

Sherlock berdecih pelan saat menyadari tidak ada korek di kantongnya. Teman karibnya, John Watson, yang biasa meminjamkannya korek tidak ikut dengannya kali ini. Katanya dia hendak menjenguk temannya di rumah sakit atau semacamnya.

"Eh?"

Perhatian Sherlock tertuju sesosok pria berbaju hitam yang tampak menengok ke sana kemari. Dia kenal orang itu. Dia dan rekannya yang juga berbaju hitam tadi sempat dijadikan kandidat pelaku pembunuhan Baron Enders. Meski mencurigakan, tapi Sherlock tidak menemukan bukti kejahatan pada mereka sehingga dia menyatakan mereka bersih.

Tapi kali ini, dengan sikapnya yang seolah memeriksa sekelilingnya mendorong Sherlock mengikuti langkah pria berbaju hitam itu menyusuri lorong-lorong sempit London hingga akhirnya sampai di sebuah sudut yang gelap. Dari balik dinding Sherlock mengawasinya.

Dilihatnya pria berbaju hitam itu bicara dengan seseorang. Dia tak bisa melihatnya dengan jelas karena gelap, tapi dari logatnya dia sepertinya adalah orang asing.

Orang itu mengeluarkan sebuah kotak berwarna perak. Dia membukanya, lalu memperlihatkan isinya yang berupa obat berbentuk kapsul.

"Jadi ini obat yang kau bilang bisa menghilangkan bukti kejahatan itu?" tanya pria berbaju hitam.

"Nama obat ini adalah Silver Bullet," kata orang itu. "Kau takkan menyesal mendapatkan obat ini. Ini akan mengubah kematian menjadi menjadi orang-orang yang hilang."

True Identity: Silver BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang