Rumah Lain?

114 25 5
                                    

  Alan dan Kamu tak terasa sudah pacaran sebulan, Itu waktu yang berharga bagimu.

Memiliki Pacar seperti Mas Alan adalah suatu kebanggaan seperti sedang Dating bersama Husbumu yang suatu saat nyata, mungkin?

Mas Alan saat jadi Pacar super duper Peka, Sabar, Dewasa, dan membawa Kamu ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya.

Contoh saja, Ada Tugas dari Dosen dan Kamu ingin nya tak di kerjakan namun Alan mengomelimu karena bagaimanapun ini akan menjadi Hasilmu nanti saat lulus.

Lalu saat itu, Kamu sedang Masa Menstruasi lalu Alan datang ke rumah mengantarkan mu Obat Pereda Haid dan Martabak Manis dengan beberapa cemilan Manis lain nya.

Intinya, Mas Alan adalah Mas Perfect dengan senyuman manis tak lupa tahi lalat nya yang menempel di dekat mata nya yang membuat Kamu gemas seringkali mencium nya di titik itu.

Sebulan memang waktu singkat sebelum Kamu pergi ke Jakarta tapi Singkat yang Berharga. Terakhir kali, Mas Alan mengajakmu ke Sekolahnya untuk menemui Murid Sekolah Dasarnya.

Dan satu perkataan Mas Alan yang melekat di Otakmu disaat Mas Alan pernah cemburu karena Kamu akrab dengan Teman Laki Laki mu adalah,,

"Adek itu punya Aku meski belum sepenuhnya, Adek itu Dunia nya Mas. Gak ada yang boleh ngedahuluin."

Perkataan itu seolah Sihir yang membuat Kamu jatuh semakin dalam di Cintanya.

○○○

Sekarang, [Name] sedang bersama dengan Orang Tua Alan. Ya! Orang Tua Alan sudah begitu Akrab dengan [Name] bahkan Ibu nya sudah seringkali meminta [Name] Ikut Arisan dengan nya agar bisa pamer Calon Menantu.

Ibu Alan, Memeluk [Name]. "Jaga diri disana ya, Telfon Ibu kalo udah sampe. Salam buat Bapak sama Ibu Kamu ya,"

[Name] tersenyum, "Hehe, Iya Bu."

Ibu Alan mengelus pelan kepala [Name], "Semoga lancar Kuliah ya, Sayangku. Kamu udah Ibu anggap kayak Anak Ibu sendiri,"

Ayah Alan terkekeh, "Iya, Kalo butuh apa apa jangan sungkan."

"Nggih, Ayah, Ibu."

Tebak, Apa? Bahkan Ia sudah di izinkan memanggil kedua nya dengan Ayah dan Ibu.

Kini Alan memeluknya, "Aku ntar kangen kamu, Dek. Jangan bandel ya!"

"Siap Mas!"

"Pesawat Jogjakarta - Jakarta akan berangkat dalam 20 Menit lagi. Untuk Semua Calon Penumpang di persilahkan Masuk Pesawat."

Ucapan Operator membuat [Name] menyudahi tangisan nya, "Mas, Sampai ketemu 1 Tahun lagi! Ayah sama Ibu, Tunggu [Name] jadi Wisudawati ya!"

Semua nya melambaikan tangan pada [Name].

Dan Mulai hari ini, Alan bersiap menunggu [Name] setidaknya 2 Tahun.

Untuk menjadikan dirinya Rumah bagi [Name].

○○○

1 Tahun kemudian—

[Name] menatap dirinya di Cermin, Pakaian Wisuda dengan Pakaian Kebaya warna Merah Ia gunakan untuk Wisuda sebagai Sarjana tak terasa itu sudah setahun yang lalu dan kini Ia sudah menjadi Penulis yang mengeluarkan setidaknya 5 Bukuu dengan Genre yang berbeda  beda.

Buku pertama, "Hujan di Yogyakarta" yang laris manis dikalangan Gadis muda yang menyukai Buku Romantis lalu kedua, "Black Suit" yang menjadi Favorit di semua kalangan serta masih banyak Karya nya yang lain.

Bagaimana Kabar Alan disana?

Sudah tak bertemu 2 Tahun, Ah tidak sepenuhnya tidak bertemu. Setahun yang lalu sebelum Ia menjadi Wisudawati. Masa Masa pusing Skripsi dan Alan masih senantiasa mendukungnya meski di Jogja, Ia tengah pusing dengan Murid Murid nya yang nilai nya anjlok di Matematika.

Setelah semua kebahagiaan itu, Alan menghilang entah kemana.

Namun, mendengar [Name] berceloteh curhat padanya adalah Terapi Gratis baginya. [Name] adalah sumber kebahagiaan nya.

"Nduk! Kamu siap siap ya, Pakai Kebaya. Ibu tunggu di bawah!" Suara Ibu nya menghentikan Lamunan [Name] seketika.

Ada Apa?

Perasaan [Name] Kacau Balau, Semenjak Mas Alan sibuk dan entah hilang kemana setelah Seminggu yang lalu, Ibu nya seringkali mengenali dirinya dengan Lelaki lain.

[Name] sudah menelfon nya beberapa kali namun, Sia Sia!

Tapi, Ia justru ber positif terlebih dahulu. Siapa tau hanya bertamu dan mengharuskan berpakaian Formal seperti ini.

Ia memakai Kebaya berwarna Peach dengan cepat sebelum Ibu nya mengamuk lalu berdandan se simple mungkin.

Ia turun dari tangga, Jantung nya berdegup dengan pikiran nya yang was was. Semoga saja hanya bertamu.

"[Name], Sini duduk sebelah Bapak." Suara Bapak membuat [Name] terdiam kebinggungan.

Ia mendaratkan Bokongnya dan duduk di antara Kedua Orang tua nya, "Jadi, Bapak ingin menjodohkanmu,"

Mata milik [Name] membulat seketika, Ia berdiri dari duduknya. "Loh?! Tapi, Aku kan masih Pacaran sama Mas Alan Pak!"

Ibu nya ikut berdiri, "Nduk...,, Alan saja enggak ada Kabar toh?" Tanya Ibu nya.

[Name] menahan tangis, Ini keterlaluan. Ucapan Ibu nya memang benar apa ada nya, Seorang Wanita tak berhak menunggu Seorang Pria untuk Melamar nya karena Wanita hanya perlu menerima yang Mengejarnya terlebih dahulu. Itu sudah Hukum Alam bagi Perempuan yang lahir di Jawa.

[Name] duduk kembali, mencoba menenangkan diri. Ia harus sadar kalau tidak boleh, Membantah Perintah Orang Tua.

"....Baik, Aku akan pertimbangkan lagi, Pak, Bu," Ucapnya.

Bapak meminum teh pelan, mencoba ikut tenang dan tidak memarahi Putri Satu Satu nya itu.

Bapak nya berdiri dari duduknya setelah mendengar suara Mobil yang masuk Halaman Rumah Mereka di Jakarta.

Suara sepatu melangkah membuatnya semakin berdegup kencang sampai tiba nya—

"Loh? Ibu?" Panggil [Name] sekali lagi.

[Name] berlari pelan ke pelukan Beliau, "Aduh! Anak Ibu makin cantik, Kangen ndak sama Ibu?" Tanya Beliau.

[Name] menangis dalam pelukan nya, di belakang Beliau terdapat Suami nya yang tengah memakai Batik Formal.

"Kangen, Bu. Alan gimana?"

Ya, Itu adalah Kedua Orang Tua Alan.

"Assalamualaikum," Pria dengan tinggi seperti 181 memasuki Ruangan yang membuat [Name] sepenuhnya beku terdiam di depan Alan.

"Waalaikumsalam." Jawab semua nya termasuk [Name].

[Name] menunjuk Alan, "Loh? Kok bisa?"

Alan mengambil tangan [Name] pelan, "Maaf ya, Dek. Aku ngilang ngurusin Acara Pertunangan Kita,"

"HAH?!" pekik [Name].

Semua nya tertawa termasuk Orang Tua [Name], Bapak [Name] menyuruhnya duduk terlebih dahulu. Rupanya Ini hanyalah bohongan semua yang terjadi dan Alan pun menghilang sibuk mengurusi Cincin Pertunangan hari ini.

[Name] merasa kesal, Bagaimana tidak? Ia sudah galau habis habisan di Kamar.

Rupanya hanya Trik.

"Jadi, Saya Arsalan Koushi memohon Izin kepada Orang Tua [Name] yang Saya Hormati dan Sayangi. Saya Izin melamar [Name],"

Alan Berjongkok di depan [Name], "Dek, Ayo kita habiskan Waktu bersama sampai menua."

[To Be Continue.]

JOGJAKARTA | sugawara koushiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang