Malam yang sunyi dan hening penuh dengan ketenangan. Suasana malam yang tenang dan dingin sangat cocok untuk menenangkan pikiran.
Gadis berambut sebahu dengan pakaian serba putih tengah duduk bertekuk lutut di sebuah tempat yang tidak dihuni oleh makhluk yang bernama manusia selama bertahun-tahun lamanya. Ia memegang erat sebuah album foto dengan kedua tangan, diteras rumah kosong yang berada di bawah langit kelam tak berhiaskan beribu bintang pada malam ini.
Namun, dia tidak sendiri disana. Siulan burung hantu terdengar saling bersahut-sahutan, suara jangkrik yang memekakkan telinga, beberapa katak melompat-lompat didekatnya dan cicak-cicak yang merayap di dinding rumah kosong tersebut membuat rasa takutnya lenyap. Suasana mencekam tak lagi membuatnya takut, kegelapan itu, suara hewan itu menjadi ketenangan tersendiri untuknya.
Ketika, tidak ada yang memeluknya saat kedinginan. Tidak ada yang menawarkan bahu untuknya merebahkan kepala sejenak. Tidak ada orang yang mengulurkan tangan untuk membantunya jatuh dari keterpurukan. Hewan-hewan itu datang mendekatinya, menemaninya saat titik terendah dalam hidupnya.
"Elang jahat! Elang bohongin Ratu, Elang janji bakal pulang sebelum umur Ratu 17 tahun. Dan hari ini Ratu ulang tahun, tapi Elang dimana? Mana janji Elang dulu?" ucapnya, saat mengamati fotonya bersama sahabat kecilnya yang saling merangkul. Gambar itu tidak terlihat begitu jelas, karena tak ada lampu diteras rumah tersebut.
Gadis itu bernama Ratu Anya Adeline. Hari ini adalah hari spesialnya, yang seharusnya menjadi hari paling membahagiakan untuknya di saat ia menginjak usia yang ke-17 tahun.
Namun, harapannya terpatahkan oleh suatu keinginan yang terlalu berlebihan. Ia terlalu berlebihan mengharapkan agar sahabatnya--Elang memberi kabar padanya, Ia terlalu sibuk memikirkan orang yang belum tentu memikirkannya.
Sebuah pepatah mengatakan 'sesuatu yang berlebihan itu tidak baik'. Dan kini ia merasakan akibatnya.
Dia membenci dirinya sendiri karena telah mempercayai segala janji palsu yang dikatakan Elang padanya delapan tahun lalu, saat masih berusia sembilan tahun.
"Elang janji bakal pulang sebelum umur Atu 17 tahun."
Kata-kata itu terus berputar di otaknya. Menikam hatinya, menghancurkan dirinya dan membuatnya mengabaikan orang-orang yang mencoba mengisi hatinya.
"ElANG BOHONGIN RATU! ElANG UDAH NGGAK INGAT LAGI SAMA RATU! ELANG MUNAFIK," ucapnya berteriak kencang, mengalahkan suara hewan yang ada disana. Cairan bening yang turun dari kelopak mata indah itu sudah tak terhitung lagi banyaknya, membasahi gambar dirinya bersama Elang.
"Elang... Boleh Rindu?" tangisnya mereda, ia meletakkan foto tersebut di dadanya, memeluknya erat sembari memejamkan mata. Merasakan kehangatan yang bersumber dari benda tersebut.
"Ratu! Pulang, ngapain kamu di rumah kosong malam-malam begini," seorang cowok yang baru saja datang dengan senter ditangannya menarik Ratu secara paksa, membawanya pergi dari tempat creepy tersebut.
"Bang Vian! Lepasin! Ratu mau nungguin Elang, dia pasti pulang."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Terimakasih untuk yang sudah mampir
Tinggalkan jejak dan vote+komen. Biar author semangat untuk melanjutkan cerita.Bukittinggi, 16 juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Elang
Teen Fiction"Elang jahat! Elang bohongin Ratu, Elang janji bakal pulang sebelum ulang tahun Ratu yang ke-17, dan hari ini Ratu ulang tahun, tapi Elang ngga datang," gumam gadis bergaun putih dengan suara bergetar, gadis tersebut tengah duduk di teras sebuah ru...