08. Honest

176 21 1
                                    

Yongsun berjalan lemah menuju cafe milik Moonbyul, ia sudah memeriksa lokasinya melalui ponsel. Tidak jauh. Ia kesana untuk menyegarkan pikirannya, ia ingat kalau cafe milik perempuan itu mempunyai nuansa yang menenangkan.

Pintu cafe terbuka membuat bel diatasnya berbunyi menandakan ada orang masuk. Yongsun hanya langsung duduk ke kursi terdekat dan menundukkan kepalanya.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih atas bantuannya Nona Hwang," kata seseorang sambil membungkuk sopan.

SinB membalasnya dan tersenyum. Ketika client nya sudah menjauh, ia kembali duduk untuk merapikan laptop nya berniat pulang. Namun, seseorang di kursi dekat pintu membuatnya penasaran. Ia merasa tidak asing dengan sosok itu.

"Unnie.. Kau kah itu?" Tanya SinB pelan, takut kalau salah orang.

Yongsun mendongakkan kepalanya, menatap wajah SinB. SinB terkejut dengan penampilan Yongsun. Wajah yang basah oleh air mata, membuat beberapa helai rambutnya menempel disana. Sedikit berantakan.

"Hey, unnie... ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya SinB sambil memeluk perempuan yang sudah seperti unnienya itu.

"Byulyi... Ia tiba-tiba mendiami ku selama dua minggu, aku tidak mengerti apa salahku. Tadi saat aku ke rumahnya dia menyuruhku untuk menjauh karena dia terlalu dingin padaku. Dia ingin aku berteman dengan seseorang yang lebih hangat. Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan, Bi. Ada apa dengannya?" Oceh Yongsun panjang lebar sambil sesekali mengelap air matanya yang berjatuhan.

"Oh Tuhan, apakah ini terjadi lagi?" Batin SinB.

Setelah menenangkan Yongsun, SinB menyuruh perempuan itu pulang dan beristirahat. Ia sungguh tidak tega melihat keadaan Yongsun. Ia menatap keluar, tubuh Yongsun sudah masuk ke dalam taksi.

"Aku harus segera menemui Byulyi unnie."

*****

Rumah sangat sepi, sepertinya tidak ada orang di dalamnya.

"Kemana unnie?"

Ting!

Suara botol kaca yang bertubrukan pelan terdengar dari arah ruang keluarga. SinB segera menghampiri, penasaran apa yang terjadi.

"Astaga, unnie! Kau menghabiskan tiga botol ini sendirian? Hey! Ada apa denganmu?" SinB protes kepada unnienya itu.

Dua botol soju kosong terletak mengenaskan, satu botol yang isinya tinggal sedikit dan dua botol yang masih utuh. SinB bisa menebak unnienya ini sedang frustasi dan berniat menghabiskan lima botol alkohol itu sendirian.

"Aku tahu kau sedang ada masalah dengan Yongsun unnie, aku bertemu dengannya tadi. Apakah masa lalu mu terulang lagi? Kau mencintai seorang wanita lagi, unnie?" Tanya SinB memanfaatkan keadaan ini. Moonbyul akan berkata jujur tanpa beban saat sedang mabuk.

SinB tahu tentang hubungan unnienya itu dengan Seulgi dulu. Moonbyul yang menceritakan itu sendiri. Saat itu dia sangat membutuhkan seseorang untuk berbagi. Meskipun ibunya tahu tentang kisah Moonbyul, tapi Moonbyul enggan berbagi dengan ibunya secara detail.

"Yongsun? Kau kah itu?" Tanya Moonbyul sambil mengusap pipi SinB. Dia benar-benar mabuk sampai berpikir kalau perempuan di depannya ini adalah Yongsun.

"Kau mau tahu alasan aku tidak menemuimu beberapa hari ini? Aku sudah mengatakannya kan? Aku terlalu dingin kepadamu. Kau bisa mencari teman lain yang lebih hangat daripada aku," ucapan Moonbyul terjeda.

"Haha, tidak. Aku sebenarnya berbohong. Aku tahu kau tidak menyukai perempuan. Tapi aku menyukaimu Yong. Aku takut saat aku jujur, kau malah meninggalkan aku. Itu sangat menyakitkan kau tahu? Jadi aku memilih untuk menghindar dari mu sejak sekarang sambil menghapus perasaan ini." Begitulah kata Moonbyul sebelum akhirnya tertidur dengan air mata yang masih mengalir.

Sekarang SinB paham masalahnya. Ia menyiapkan bantal dan memposisikan unnie untuk tidur dengan nyaman, membiarkan unnienya tertidur di atas karpet tebal karena sejujurnya ia tidak akan sanggup untuk membawa Moonbyul ke kamar. Ia membawa selimut dari kamar Moonbyul dan meletakkannya di atas tubuh pemiliknya.

*****

"Awh... Shhh," rintih Moonbyul sambil memegang kepalanya.

"Rasakan itu, siapa yang menyuruhmu menghabiskan tiga botol soju? Mungkin kalau aku tidak segera datang kau akan menghabiskan semuanya, kan? Untung aku yang melihatnya dan bukan ibu. Kalau ibu mengetahui ini kau pasti sudah jadi daging cincang, unnie." Omel SinB panjang lebar sambil membawa bubur dan air putih untuk unnienya.

"SinB-ya, kau boleh mengomel. Tapi nanti saja. Kepalaku terlalu pusing untuk mendengar omelanmu itu."

SinB memainkan ponselnya di sebelah Moonbyul. Ia menunggu unnienya itu menghabiskan makanannya, lalu akan membicarakan kejadian semalam.

"Aku sudah selesai, apa yang mau kau bicarakan?" Moonbyul meletakkan mangkuk bekas makannya dan meminum air putih sebelum menatap SinB.

"Eh?" SinB kaget dengan ucapan unnienya. Bagaimana mungkin Moonbyul tahu kalau dia akan membicarakan sesuatu? Padahal dia belum berbicara apapun.

"Ck, aku tahu kau akan membicarakan sesuatu denganku. Kalau tidak mana mungkin kau mau duduk disini menunggu aku hingga selesai makan," SinB terkekeh. Unnienya benar.

"Apa yang membuatmu meneguk alkohol-alkohol itu?" Yang ditanya hanya menunduk.

"Tidak ada, aku hanya ingin. Bagaimana kalau nanti soju ku melewati batas waktu konsumsi?" Akhirnya itu jawaban yang di pilih Moonbyul. Benar, kan? Moonbyul tidak akan jujur saat tidak mabuk.

"Unnie, aku tidak bodoh. Katakan dengan jujur," SinB melemaskan tubuhnya, bersandar di sofa dan menatap unnienya.

Winter Star [MOONSUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang