14. Prepared

194 20 1
                                    

Sinar matahari sudah berani masuk ke celah jendela kamar. Jam menunjukkan pukul sembilan lebih lima belas menit. Sedangkan dua perempuan cantik masih berbalut selimut biru pastel. Moonbyul sudah terbangun lebih dulu tapi matanya masih betah memandang wajah kekasihnya.

"Pandang saja sepuasnya."

"Siapa yang memandangmu?"

"Jangan berpikir aku tidak tahu, Moonbyul-yi. Sudah puas menatap?" Yongsun mulai membuka matanya, menatap balik perempuan yang satu selimut dengannya.

"Sebenarnya belum," memang sebenarnya Moonbyul belum puas menatap wajah cantik Yongsun meski diberi waktu berbulan-bulan.

"Kau sudah memandangnya sejak semalam, bahkan bukan hanya wajahku," Yongsun sedikit tersipu saat mengatakannya. Itu membuat Moonbyul gemas lantas menekan pelan pipi Yongsun.

"Kau malu tapi kau masih membahas itu unnie. Sudah, ayo mandi lalu kita sarapan. SinB pasti sudah memasak," Moonbyul segera bangkit memunguti pakaian miliknya dan Yongsun.

Moonbyul sudah selesai mandi lebih dulu, ia segera berjalan ke dapur dan mendapati adik kesayangannya tengah sibuk dengan wajan dan beberapa bahan masakan.

"Rajin sekali. Kau sudah cocok jadi seorang istri Hwang," Moonbyul menggoda sembari menarik kursi di dekat meja makan.

"Tapi kau yang akan menjadi seorang istri, unnie. Rajinlah sepertiku," sekilas smirk di bibir SinB terlihat oleh Moonbyul.

Deg.

"Kau...." SinB sudah bisa menebak apa yang ada di pikiran Moonbyul sekarang. "Iya, aku mendengar. Kau membuat Yongsun unnie berteriak keras hingga terdengar sampai kamarku. Astaga, telingaku yang suci," jawabnya sambil menepuk pelan kedua telinganya.

"Salahkan unniemu itu Hwang! Dia keterlaluan," Yongsun keluar dari kamar langsung menyambung obrolan kakak beradik itu.

"Tapi kau ketagihan, Yong." Ucapan Moonbyul barusan mendapat hadiah pukulan keras di punggungnya dari Yongsun.

SinB sudah selesai dengan masakannya. Mereka bertiga duduk sarapan dengan tenang. Tapi ditengah sarapan, Yongsun berucap yang membuat dua gadis ber-image dingin di meja makan melotot kaget.

"Byul, ayo menikah. Minggu depan." Katanya dengan tenang sambil tetap menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

"Astaga ada apa dengan ekspresi kalian? Apa aku salah?"

"Tidak, unnie. Tapi mendadak sekali..." hanya SinB yang sanggup menjawab. Byulyi masih bingung mencerna kejadian barusan.

Yongsun meletakkan alat makannya, mengelap mulut menggunakan tisu lalu beralih menatap SinB sepenuhnya. "Aku merasa nyaman bersama Byulyi. Bahkan jika aku berada di tengah bahaya sekalipun. Aku ingin hidup bersama dia selamanya."

"Halo, eomma! Kabari ayah dan orang tua Yongsun unnie. Kalau kalian tidak sibuk, tolong nanti makan siang bersama di apartemenku. Aku dan Yongsun unnie ingin membicarakan sesuatu," suara Moonbyul membuat Yongsun dan SinB menoleh.

Setelah mematikan sambungan telepon, Moonbyul beralih menatap adik dan kekasihnya. "Aku sudah menghubungi eomma. Kita diskusikan nanti siang, kalau bisa kita menikah lusa."

SinB hanya tercengang menatap dua unnienya itu. Menurutnya pola pikir keduanya sungguh tidak masuk akal, penuh rencana dadakan. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

*****

"Keputusan kami tergantung keputusan kalian, nak. Menurutku, keputusan yang kalian pilih akan menjadi tanggung jawab kalian juga," ibu Yongsun tersenyum hangat menatap putrinya.

Kedua keluarga mendukung hubungan anaknya tapi kembali pada hati anak mereka masing-masing. Mereka tidak mau memaksa kalau pribadi yang bersangkutan masih ragu.

"Aku yakin, eomma..." Yongsun menggenggam tangan Moonbyul dan menatapnya sekilas. "Kalau kami ingin menikah lusa.... apa boleh?"

"Anak muda sekarang sangat terburu-buru," giliran tuan Moon yang menjawab serta disambut tawa oleh ayah Yongsun.

"Nak Yongsun, bukan maksudku untuk melarang kalian menikah secepatnya. Tapi bukankah lebih baik mempersiapkan segala sesuatunya matang-matang?"

"Eomma... kami tidak ingin pesta yang terlalu besar. Hanya pernikahan sederhana. Tamunya juga jangan terlalu banyak. Yongsun masih trauma dengan musibah yang menimpanya," Moonbyul mencoba merayu ibunya agar mengizinkan rencananya.

"Kalian sudah memikirkan itu semua?"

"Kami bahkan sudah memilih baju," Moonbyul tersenyum bangga menjawab ibunya. "Lihat ini!"

Moonbyul memperlihatkan fotonya dan Yongsun yang mengenakan pakaian serasi. Moonbyul dengan setelan berwarna pink dan Yongsun mengenakan gaun dengan warna senada.

"Astaga... terserah kalian kalau begitu. Ibu setuju dengan rencana kalian," kata ibu Moonbyul diikuti persetujuan semua orang disana termasuk SinB.

*****

"Huh astaga, ini gila!" Seru SinB saat menutup pintu. Semua orang tua sudah pulang. Kembali tersisa SinB dan dua manusia yang sedang jatuh cinta.

"SinB! Kemarilah, kami sudah membeli baju untukmu," Yongsun menarik tangan SinB dengan girang.

"Ini, coba pakailah!" Giliran Moonbyul yang mendorong adiknya itu masuk kamar untuk mencoba pemberiannya.

"Unnie! Bagaimana?" Panggil SinB. Ia lantas berpose mengedipkan sebelah matanya.

"Sempurna!" Yongsun dan Moonbyul berteriak antusias. "Kami juga sudah beli untuk teman-temanmu itu, berenam kan?"

SinB menerima lima pasang pakaian lainnya. Ia menatap Moonbyul dan Yongsun bergantian.

"Kalian tidak akan meminta aneh-aneh dengan ini kan..."

"Aigoooo, kau sangat mengenalku Hwang. Aku tau kau dan teman-temanmu itu tergabung dalam satu grup dance kan? Bawakan satu lagu di pernikahan kami dengan baju itu ya," Moonbyul mengedipkan sebelah matanya kepada SinB.

"Aku sudah menduganya," katanya lantas masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya seperti semula.

*****

"Astaga, aku tahu kalian akan segera menikah jadi kalian terus tersenyum seperti itu sejak pagi. Tapi unnie, apakah kalian tahu kalau aku sendirian disini? Jangan membuat aku iri," SinB mengerucukan bibirnya. Pasalnya sejak pagi hingga kini makan malam telah selesai Moonbyul dan Yongsun terus bertatapan sambil tersenyum bahagia.

Moonbyul meraih tubuh adiknya itu lalu memeluk dan mengusap surai hitamnya. "Hey! Kau itu tidak peka. Moonbin sudah mencoba mendekatimu Hwang."

"Kata siapa? Aku dan Moonbin bahkan sudah resmi berpacaran sejak seminggu yang lalu," SinB mendongak menatap unnienya.

"Benarkah? Kau punya pacar?"

"Yongsun unnie, apakah aku memiliki tampang berbohong? Kenapa tidak percaya?"

Yongsun lantas tertawa, ia senang gadis yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya itu sudah memiliki kekasih. Karena yang ia tahu selama ini SinB dan Moonbin hanya terjebak friendzone.

Sepuluh menit dihabiskan ketiganya untuk menonton televisi, hingga tiba-tiba Moonbyul menarik tangan Yongsun mengajaknya pergi ke kamar.

"Byul, mau apa? Aku masih ingin menonton televisi," suara Yongsun membuat SinB ikut menoleh penasaran.

"Bersenang-senang. Mau?" Tanya Moonbyul.

"Aigoo.... here we go again," SinB memutar bola matanya jengah, ia segera mencari airpods miliknya dan masuk ke kamar.

Moonbyul tertawa dan kembali menyeret Yongsun ke kamar. Bahkan SinB sudah mengerti dengan apa yang dimaksud Moonbyul tapi Yongsun, dia masih bingung.

Winter Star [MOONSUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang