03

14 6 10
                                    

Kedua siswa itu saling beradu tatap dengan perasaan yang berbeda.
Yang satu kesal, yang satu bahagia.

"Lo pasti sengaja kan?". Kira menatap Alka dengan sengit.

Sedangkan yang ditatap malah cengengesan tak jelas. "Sengaja apanya?".

"Pasti lo udah tau nomor kertasnya kan? Lo sengaja ngasih kertas itu ke gue biar duduk sama lo kan?". Tanya gadis itu lagi.

Alka mengerjapkan mata berulang kali. "Enggak Ra astaga. Suer deh. Gue nggak ngintip isi kertasnya kok. Lagian lo harusnya seneng duduk sama cowok ganteng kaya gue".

"Dih. Gue lebih milih duduk sama modelan jamet daripada sama lo".

"Jamet kaya si Tino? Wah lo naksir Tino ya? Tinoo Kira suka nih sama lo!".

Tino yang sedang mengoleskan pomed pada rambutnya hanya menoleh dan tak peduli. Ia tahu itu hanya candaan saja.

Kira memukul lengan Alka sedikit keras. "Enak aja naksir. Gue cuma bilang lebih baik duduk sama jamet daripada sama lo".

"Ya udah paling nggak bersyukur kek".

"Allahmdulilah. Udah? Puas?". Ucap Kira mulai lelah dan lebih memilih untuk membuka buku pelajaran.

Alka menarik buku tersebut, "Ra lo muslim? Kok gue gak pernah lihat lo shalat di masjid sekolah?".

Kira yang sudah geram akhirnya mengambil buku tadi dengan kasar.
"Lo yang nggak pernah shalat bego!". Kata Kira sedikit berteriak.

Tangan Kira memasang airpod ke kedua telinganya dan memutar lagu yang ada di playlistnya. Ia tidak mau mendengarkan bahkan berbicara dengan Alka. Sampai Alka kesal sendiri sebab tak dihiraukan oleh Kira.

"Gue baru tau lo senyebelin ini". Ucap Alka sambil menarik Airpod di telinga kanan Kira.

"Gue udah tau lo senyebelin ini". Balas Kira merebut kembali Airpod miliknya.

Alka tersenyum tipis. Matanya tak beralih barang sedetik pun dari gadis di sampingnya itu. Rambut panjang yang dibiarkan terurai dan sebuah jepit rambut membuat tampilan Kira menjadi menarik.

Namun bukan itu yang ada dipikiran Alka. Ia hanya heran. Setidak sukanya gadis lain dengan dirinya, tidak ada satupun yang sekasar ini padanya. Hal itu membuat Alka berfikir. Apakah ada sesuatu yang kurang dalam dirinya?

Kira yang tau sedang ditatap oleh Alka memberanikan diri untuk melirik. Gadis itu memekik terkejut. "Alka?!". Tangannya segera menggeledah tas guna mencari tisu untuk Alka.

Lelaki itu bingung dengan maksud Kira. Ia menyentuh hidungnya yang terasa sedikit aneh. Dan benar saja. Alka mimisan.
"Tck! Sialan".

Tangan Kira dengan telaten membantu Alka untuk menyumbat darah agar tidak terus menerus keluar. "Mau ke UKS aja nggak?".

Alka menggeleng lemah. Darah dari hidungnya masih terus mengalir. Bahkan tak sengaja mengenai jari Kira. Namun gadis itu tidak merasa jijik sekalipun.

"Tapi muka lo pucet loh. Haikal! Sini dong". Kira berteriak di tengah gaduhnya kelas akibat tidak ada guru pengajar.

Haikal yang semula bermain gitar di belakang kelas menghampiri Kira. "Kenapa? Mau ngasih recehan? Eh! Han! Juan! Sini deh buruan".

Juan dan Rehan dengan malas menuju Haikal. Tapi mereka sama terkejutnya dengan Haikal. "Loh Ka? Kok mimisan lagi lo?". Tangan Rehan menyentuh pundak Alka dengan panik.

Kira merasa bingung. Lagi? Memang Alka pernah mimisan sebelumnya?

"Mending kalian cepetan bawa Alka ke UKS aja deh".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang