2

36.4K 2.8K 23
                                    

Kaluna Maharani Atmaji Putri POV

Malam ini setelah makan malam dengan keluarga Ervin, kami semua berkumpul di ruang keluarga dan menonton tv bersama. Di sana aku bisa melihat interaksi Ervin dengan Ranu, entah kenapa aku tidak bisa melepaskan tatapanku dari ke dua mahluk ciptaan Tuhan yang sungguh indah itu.

"Sabar Mbak, bentar lagi Mbak Luna bakal nimang anak mbak sendiri sama Mas Ervin," seketika aku kaget mendengar suara itu di telingaku.

Aku hanya tersenyum. "Aku belum kepikiran sampai sana," Jawabku jujur.

"Kenapa belum Mbak? aku lihat mas Ervin itu Papa able banget lho Mbak, Mbak enggak usah takut kalo mas Ervin akan selingkuh, sepanjang hidup aku, baru sekali ini mas Ervin bawa cewek pulang ke rumah langsung di kenalin jadi calon istri pula dan aku lihat perlakuan dia ke Mbak itu so sweet banget."

"Apanya yang so sweet?"

"Lha itu tadi Mbak Luna mau ke mobil ambil laptop aja di anterin, Mbak Luna di tantangin ibu masak aja, Mas Ervin bantuin kan, padahal aku tau lho Mbak, Mbak Luna gak terlalu akrab ama spatula apalagi urusan goreng-goreng, goreng telur aja bentuknya udh sehancur muka aku kan," tutur Jani jujur yang membuat wajahku memerah bukan karena marah tapi malu karena kejadian sehabis maghrib itu terngiang kembali.

Ketika aku ke lantai satu setelah mandi, ibu memintaku untuk memasak karena Jani sedang repot mengurus Ranu dan belum sempat memasak untuk makan malam. Aku yang sedari kecil tidak pernah tau menahu soal urusan dapur, menjadi shock, mangap-mangap seperti ikan kekurangan air, bingung mau mengatakan apa.

Andai aku jujur jika diriku tidak menguasai urusan dapur terutama masak memasak bisa-bisa aku langsung dicoret dari daftar calon mantu dan aku sudah tidak punya waktu lagi untuk mencari pengganti Ervin saat ini.


Akhirnya aku hanya mengangguk dan berjalan menuju dapur, satu satunya yang masih bisa aku masak mungkin hanya menggoreng telur. Dengan keterbatasan kemampuanku, aku mencoba menggoreng dan bukannya menjadi telur mata sapi, yang sekarang jadi adalah telur gosong dengan mata sapi sudah meleleh tidak bulat di tengah.

"Nasib-nasib, gini amat sih pengen punya suami doang, perjuangannya melelahkan," desisku di dapur tetapi tidak sengaja di dengar oleh Ervin yang sedang mengambil air minum.

"Perlu bantuan nggak, Lun?"

Mendengar suara Ervin, badanku menjadi menegang, pelan-pelan aku membalikkan badan dan terlihat Ervin sedang mengalungkan celemek memasak bergambar Doraemon warna biru di badannya yang tegap sempurna.

"Eee...nggak usah kayanya. Aku bisa sendiri," jawabku yakin.

"Tapi dari apa yang aku lihat dimata kamu, kamu itu saat ini memang belum bisa masak. Sini aku bantuin, kamu motong motong sayuran yang buat sop aja," kata Ervin yang langsung mengambil alih dapur.

Aku membuka kulkas, dan mencari bahan bahan yang biasa digunakan untuk membuat sop. Setelah mengeluarkannya, aku bergegas memotongnya, tapi tanpa aku minta Ervin sudah membantuku.

"Kamu kalo ada kesulitan dan perlu bantuan bisa bilang sama aku, sebisa mungkin nanti aku bantu," kata Ervin sambil mengupas kentang.

Aku hanya tersenyum memamerkan deretan gigi yang rapi, putih sambil berucap, "kalo urusan dapur aku nyerah, karena aku masuk dapur bisa di hitung pakai jari. Paling cuma ambil minum sama makan doang."

"Kamu tinggal bareng orangtua?"

"Sejak lima tahun yang lalu aku sudah nggak tinggal bareng mereka walau kami satu kota, tepatnya sejak aku beli rumah sendiri. Kamu tinggal disini bareng ibu dan Jani?" Tanyaku sambil menatap Ervin yang sibuk memotong kentang.

Suami Bayaran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang