Prolog

124 27 22
                                    

Haiii salam kenal. 😊

Tinggalkan jejak kalian ok. ☺☺☺

Semoga kalian suka dengan cerita pertamaku ini.

Selamat membaca.

***

"Del."

Adelia sontak menoleh mendengar suara itu, suara temannya yang sangat menyebalkan.

Ia adalah Adelio, lelaki yang tengah berjalan di samping Adelia lengkap dengan senyuman menyebalkannya.

"Kamu gak bawa payung?" tanya Adelio menahan tawa, tanpa berniat membagi payungnya dengan Adelia

Adelia memutar matanya malas, Adelio ini tak melihat atau bagaimana?

Sudah jelas Adelia tak membawa payung, tapi lelaki itu malah bertanya.

"Gak," jawab Adelia sinis.

Sebelah tangan Adelio terangkat, lalu mengacak rambut Adelia.

"Biasa aja kali ngomongnya, pagi gini udah sensi aja."

Wajah Adelia memerah karena kesal, dengan kasar gadis itu menepis tangan Adelio yang tak berhenti mengacak rambutnya.

"Ih Lio, diem!"

Adelio tersenyum lebar.

"Jangan gitu Del, kamu lucu banget deh kalau marah."

Adelia mendengus, lalu mendorong Adelio hingga lelaki itu mundur beberapa langkah ke belakang.

Tawa Adelio seketika pecah, sedangkan Adelia, gadis itu melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Adelio.

Langkah Adelia terhenti saat merasa rintik hujan tak menyentuhnya lagi, di sampingnya Arfan berdiri seraya memegang payung untuk melindungi mereka berdua dari guyuran hujan.


"Kamu gak kenapa-kenapa kan?" tanya Arfan lembut sorot kehawatiran tampak di matanya.

Adelia tersenyum tipis, seraya menggeleng.

"Pake ini ya." ucap Arfan seraya menyodorkan sebuah jaket pada Adelia.

Dengan senang hati Adelia menerima jaket itu, dan mengenakannya.

Sembari menunggu Adelia Arfan menoleh ke belakang melirik Adelio yang terdiam memperhatikan Adelia, senyum Arfan langsung luntur, kekesalan begitu tampak di matanya untuk Adelio.


"Udah, yuk?" tanya Arfan seraya menatap Adelia senyum lelaki itu terbit kembali.

Udah kak," jawab Adelia lembut, ekspresi gadis itu tampak cerah tak seperti sebelumnya saat bersama Adelio.

Sebelah tangan Arfan bergerak merangkul bahu Adelia, lalu ia melangkah bersama gadis itu meninggalkan Adelio yang masih terpaku di tempatnya.


Ekspresi Adelio tak terbaca, sebelah tangan lelaki itu yang tak memegang payung tampak terkepal.

Tatapannya tak lepas dari punggung Adelia dan Arfan yang semakin menjauh.

***

Bersambung.

See you di part 1. ☺☺☺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Di Langit SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang