rasa yg lain

13 1 0
                                    

Merasa aman, aku pun melihat jalanan disekitarku, sepi. Hanya itu yg dapat aku lihat saat ini.

Malam hampir tenggelam berganti dengan pagi yang beberapa jam lagi akan naik. Waktu terasa lama berputar. Aku berjalan hampir seperempat perjalanan, tidak tahu apa kakak sudah menyadari kepergianku atau belum. Tapi, akan lebih baik jika dia tidak menyadarinya saja.

Tenggelam dalam pemikiranku sendiri, aku melihat seseorang ?
Tidak jumlah mereka bertambah, semakin aku mendekat semakin jelas jika berjumlah banyak, lima orang lelaki yang bergentayangan tengah malam begini, sudah pasti sedang mabuk. Bisa dilihat dari cara mereka berjalan dan tertawa.

Dengan segera aku memposisikan tubuhku menghadap ke jalan raya untuk menyebrang, namun sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, sehingga membuatku harus menunggu beberapa menit sampai mobil itu melintas.

Baru saja aku mengangkat kakiku, sebuah tangan menarik jaketku hingga aku harus berbalik dan menatapnya.

"Hai." Seorang laki-laki yang beberapa hari ini selalu disampingku, Evan menyapa dan tersenyum. Aku merasa lega, karena ku pikir para grombolan laki-laki itu ternyata bukan. "Ku pikir siapa ?"

"Memangnya kau pikir siapa ?" Evan malah balik bertanya, dan aku pun mengalihkan pandangan pada gerombolan lelaki yg kini sedang duduk di trotoar. "Huh. Jadi kau berharap mereka yg menyapamu ?" Evan menunjuk dengan dagunya.

"Tentu saja tidak." Menyebalkan. Evan selalu bertanya hal yg membuatku kesal.

"Malam begini, kau mau kemana ? Bukankah kau mau pulang dan tidur di ranjang nyaman mu itu ?"

apa yang harus aku jawab, haruskah aku menjawab jika aku kabur dari rumah? Atau aku menjawab jika aku harus pergi ke suatu tempat. "Hey ?" Evan melambaikan tangannya di depan wajahku. " aku harus pergi ke suatu tempat." Akhirnya, hanya itu jawaban yg mungkin akan membuatnya percaya meski hanya sedikit. Bisa ku lihat jika dia tidak langsung meng iyakan jawabanku. Sudah pasti dia meragukannya. "Kenapa melihatku seperti itu ?" Aku bertanya meski dalam hati sangat takut dengan jawaban yang akan dia berikan.

"Tidak ada. Hanya saja, kau akan pergi kemana? Ini masih jam tiga malam. Ada masalah ?"

"O-oh ya. Ada masalah yg tidak bisa di tunda." Sudah lah akan lebih baik jika dia tahu apapun. Itu jauh lebih baik. Ku lihat Evan tersenyum. " ayo, aku antar."

Aku menahan tangannya yg akan menarik tanganku." Tidak perlu." Kulihat Evan mengerutkan dahinya. Sungguh itu membuatku takut, tapi kenapa aku harus takut padanya ??

"Kenapa?" Kenapa juga dia harus terus mempertanyakan setiap jawabanku. " tak apa. Hanya saja aku akan menemui papa. Jika dia tahu aku diantar laki-laki aku takut  di-"

"Aku mengerti."Tak di sangka Evan memotong ucapanku dengan jawaban yg tidak ku duga. "Apa yg kau mengerti ?"balik bertanya. Ku lihat Evan tertawa, apa yg dia tertawakan ? " kenapa kau tertawa ? Ada yg lucu kah ?" Evan masih belum bisa menghentikan tawanya, meski tidak terbahak-bahak tapi dia sangat jarang terlihat seperti ini. Pasti ada yang salah dengan jawabanku, tapi apa? Aku rasa tidak ada yg salah dengan perkataan ku. Tapi apa ?

" sudahlah, ayo. Aku akan mengantarmu." baru saja dia melangkah aku menahan tangannya. berharap jika dia akan mengerti, jika aku tidak ingin dia mengantarku ke tempat papa." ada apa ?"

"maaf". aku tidak bisa mengatakan jika aku tidak ingin kau mengantarku. Seolah dia mengerti dengan ucapanku, Evan melepaskan tanganku beralih dengan menangkup wajahku dengan kedua tangannya yg sangat pas dengan wajahku. " aku tau. Kamu gak mau aku ikut kan?" ternyata ini yang dia maksud, aku hanya menjawab dengan menganggukan kepalaku." tapi ini masih malam, dan lihat situasinya." seperti seorang guru yang sedang menerangkan pelajaran pada muridnya dia mengatakan kekhawatirannya padaku. " tidak baik seorang gadis berjalan sendirian seperti ini. Apalagi, mereka masih menunggumu disana." aku pun melihat arah tujuan pembicaraannya. melirik sekilas pada gerombolan lelaki tadi yang memang sedang menatap kami. " lalu aku harus bagaimana ?" Evan tersenyum dan menautkan jarinya dengan jariku. " ikut aku." sekali lagi, dia menggandeng tanganku, menyelamatkanku dari bahaya yang akan menghadangku di depan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kapan kau singgah di hatiku ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang