-●[prolog]●-

1.4K 197 6
                                    

→'Sar'Ar—♡
—————————

Srass~ Srass~

Sosok Pria jangkung dalam posisi membelakangi, dengan lihainya menebas setiap monster yang berusaha mendekatinya. Darah monster bertebaran di udara mengotori lantai Dungeon dan dinding sekitar.

Srass~ Brak~ Bugh~

Satu persatu monster mati ditempat dengan luka tebasan dangger maupun tendangan yang dia layangkan.

"Hyung-nim, saatnya kita istirahat!"

Pria yang dipanggil Hyung-nim itu menghentikan kegiatannya sebentar lalu menolehkan kepalanya ke belakang. Melihat sosok Jin-ho dengan malas. Darah monster, sedikit mengotori wajah Jin-woo hingga menampilkan kesan suram dan bengis padanya.

Ekspresi sendu Jin-woo jelas di lihat oleh Jin-ho, tapi itu hanya sementara. Ekspresi dingin kembali terpasang apik di wajahnya. Melompat turun, Jin-woo mendekati Jin-ho yang sedang memegang botol air dan mengambilnya.

Jin-ho dalam diam mengamati Jin-woo yang tengah meneguk air. Sudah berkali-kali Jin-Ho sekilas melihat ekspresi sedih darinya, tetapi pria itu sama sekali tak mengetahui apa alasan di balik wajah sendu Hyung-nim nya.

"Hyung-nim..."

Jin-woo melirik kecil ke arah Jin-ho, menatap seakan bertanya 'apa'.

Jin-ho meremas botol air miliknya, ragu bertanya. Tapi dirinya mulai berkata, "Akhir-akhir ini, aku selalu melihat Hyung-nim bertampang sedih. Entah itu di dalam Dungeon, saat bertarung dengan monster, atau sedang bersantai maupun bertemu para petinggi asosiasi Guild lainnya." Ada jeda sejenak sebelum Jin-ho menatap para prajurit bayangan milik Jin-woo sedang memungut mana kristal.

"Aku memang tidak mengenal Hyung-nim dengan baik, namun... ini tidak terlihat seperti sifat dinginmu, Hyung-nim."

Jin-woo menatap lantai Dungeon dengan ekspresi rumit di wajahnya. Setelah mendengar ucapan Jin-ho, itu memang ada benarnya. Ekspresi sedihnya tak cocok dengan sifat tertutup dan dingin miliknya. Sekali lagi, Jin-woo menghela nafas panjang.

"Entahlah... sebagian orang memilih melupakan masa lalu sedangkan aku mempertahankannya." Balas Jin-woo rumit.

Jin-ho menatap lamat ke arah Jin-woo, mengernyit bingung dan berkata.  "Kenapa Hyung-nim mempertahankan hal-hal yang jelas menyakitkan?"

Jin-woo menyunggingkan senyuman sarkas, "Alasan pertama karena itu membuatku ingat bahwa orang 'lemah' akan selalu di rendahkan. Dan alasan kedua..." Jin-woo terdiam cukup lama, Jin-ho menunggu dengan tegang.


"Adalah sebuah kesalahan fatal yang pernah kulakukan seumur hidup."


Tiba-tiba suasana Dungeon berubah menjadi suram. Jin-ho menggaruk tengkuknya dengan canggung.

"Uh... sepertinya aku salah bertanya." Gumam Jin-ho meringis.

Jin-woo masih terdiam dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Jin-ho kembali melirik ke arah Jin Woo, "uhm.. kurasa Hyung-nim tidak perlu terlalu memikirkan ucapan—"

"Aku tidak sebaik itu, Jin-ho." Potong Jin-woo, pria itu lalu berdiri dan berjalan keluar dari Dungeon, "Pulanglah... Dungeon ini akan segera menghilang."

Jin-ho menatap punggung Jin-woo dengan ekspresi sedih.

"Kira-kira kesalahan apa yang ia lakukan hingga seperti itu."

°

°

°

°

°

°

°

Typo bertebaran!

Vote * 🌟 * jangan lupa~

Coment juga~

Moga betah menunggu~

Salam manis dari Double Author —○[Sar'Ar]○—

°°°°°°°°°°°°♡

seed monarch ◑ seong jin-wooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang