-●[explanation]●-

714 138 0
                                    

→'Sar'Ar—♡

—————————

Kini [Y/n] berada di kafe yang tepat bersebrangan pusat perbelanja mereka bersama kedua anak kembarnya. Seo Jun duduk di samping kanan [Y/n] sambil memeluk boneka sapi. Sedangkan Seo Jin duduk tempat sebaliknya menatap cermat ke arah Jin-Woo, penasaran dengan reaksi eomma mereka yang sangat terkejut melihat kehadiran pria itu.

Jin-Woo masih setia menatap lembut, penuh kerinduan tertuju pada [Y/n]. Sedangkan wanita yang di tatap, mengalihkan rasa canggungnya dengan meminum teh yang dia pesan.

"Kenapa kau bisa tau aku berada di sini?" Tanya [Y/n] yang akhirnya membuka obrolan.

"...entahlah, mungkin kebetulan."

Lagi hening menyambut mereka.

Jin-Woo menyentuh gelas berisi kopi pahit. menatap pantulan bayang didalam gelasnya.

"Selama ini... di mana kamu?" Jin-Woo melirih berkata, "Tindakanku di masa lalu, kenapa kau tidak meminta tanggung jawab padaku langsung? Kenapa kau menanggung semuanya? Kenapa..." Jin-Woo mengigit bibir bawahnya dengan erat, banyak sekali pertanyaan bermunculan dibenaknya yang ingin sekali mendapatkan jawaban.

Namun keinginannya yang sederhana itu tidak dapat dikabulkan.

"Kenapa tidak menemuiku..." Gumamnya yang samar terdengar.

[Y/n] menghela nafas pelan guna menghilangkan ketegangan suasana.

Tidak terpikir olehnya akan ada saatnya mereka bertemu. keduanya memang tidak saling berkontak semenjak kejadian itu atau memang [Y/n] lah yang sengaja menghindari Jin-woo.

Dan pada akhirnya takdir mempertemukan mereka dalam keadaan yang jauh berbeda. ibu dua anak itu menatap tepat dikedua bolah mata yang saat ini menatapnya sedih.

Hati [Y/n] terasa tertusuk melihat tatapan yang terpancar pada pria dihadapannya.

Entah apa yang dia lakukan sehingga membuatnya sangat berubah dengan drastis, dapat [Y/n] lihat pancaran dari sorot matanya.

Meskipun figur dan postur tubuhnya berubah, tidak menutup kemungkinan kalau pria yang dihadapannya begitu masih sama dengan yang dia kenal, rapuh.

Keputusasaan, penyesalan, kesedihan dan kebencian menjadi satu dalam dirinya.

Membuatnya teringin memeluknya memberikan ketenangan dan kehangatan pada ayah dari anak-anaknya itu.

"...Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu hanya--"

"Apa kamu berpikir aku tidak dapat di percaya?"

[Y/n] membulatkan matanya terkejut. melambaikan tangannya dengan cepat membantah ucapan Jin-woo.

"Bukan, bukan seperti itu, aku... merasa akan lebih baik tidak memberi tahumu."[Y/n] mengucapkannya dengan suara yang semakin mengecil sembari mengalihkan pandangannya kearah bawah.

Si kembar Seo jin dan Seo jun memandang bingung interaksi antara Ibu mereka dengan pria jangkung yang mengaku namanya Seong Jin-woo itu. Mereka berdua masih ragu dengan identitas Jin-woo. Mungkin saja, rambut dan mata mereka mirip dengan pria bernama Jin-woo?.

Mengingat keduanya memang tidak mengetahui seperti apa sosok ayah biologis mereka sebenarnya.

Seo jun melirik bolak-balik antara [Y/n] dan Jin-woo penasaran.

Seo jin sendiri yang sendari awal mengawasi keduanya dalam diam, berusaha keras mengingat dimana nama itu dia pernah dengar.

Samar-samar dia merasa pernah mendengar nama tersebut.

Seong Jin-woo.

Seong....Jin-woo.

Seong....Jin...woo.

Tubuh Seo jin menjadi kaku.


"Apa karena saat itu keadaanku tidak memungkinkan?"

"Itu-"

[Y/n] menggerakkan tangannya gelisah. Terkutuklah pada dirinya yang mudah sekali gugup. Dia bingung mengatakannya, takut menyinggung perasaannya.

Dan sepertinya dewi keberuntungan berpihak padanya.

"Eomma? Eomma kenal sama tuan berjubah hitam?" karena saking penasarannya dengan siapa Jin-woo sebenarnya akhirnya Seo Jun angkat bicara.

Membuat kedua orang dewasa itu mengalihkan perhatian padanya. Dalam hati [Y/n] berterima kasih pada putranya itu.

"Hm, tuan ini-"

"Eomma, ayo kita pulang."

Perkataan [Y/n] terpotong akibat si kembar yang satunya,

"Seo Jin? Ada apa, sayang?"

"Pulang."

"Em?"

"Seo Jin, mau pulang."

Seo Jin dengan tampang memelasnya menarik-narik ujung pakaian ibunya. [Y/n] merasa bingung, tidak biasanya si kembar yang tertua itu merengek padanya.

Seo Jin melirik sinis ke arah Jin Woo, sangat tidak nyaman dengan kehadiran pria tersebut. Jin-woo menaikkan sebelah alisnya heran.

Seperti ada kilatan di antara mata mereka saling bertatapan. Jin-woo juga sangat tidak menyukai sifat satu anak ini, yang menurutnya sangat-sangat menyebalkan.

Seo Jin memeletkan lidahnya, mengejek Jin-woo. Perempatan siku-siku langsung terbentuk di kening Jin-woo.

Pria itu tersenyum kaku dengan urat-urat yang terbentuk menahan marah. Menggenggam gelas berisi minumannya dengan kuat. Hampir memecahkannya.

'Bocah ini...'💢

'Ternyata dia bisa kesal juga.' Pikir Seo Jin tenang tanpa merasa takut dengan kobaran aura yang semakin gelap di belakang tubuh pria jangkung tersebut.

[Y/n] yang menyadari atmosfer di antara keduanya sangatlah gelap hanya tersenyum kikuk. Di sebelahnya, ia melihat Seo Jun yang mulai menguap. Sepertinya Seo Jun lelah.

"Eomma, ayo pulang." Seo Jin kembali berujar dan menatapnya memelas.

°

°

°

°

°

°

°

Typo bertebaran!

Vote * 🌟 * jangan lupa~

Coment juga~

Moga betah menunggu~

Salam manis dari Double Author  —○[Sar'Ar]○—

°°°°°°°°°°°°♡

seed monarch ◑ seong jin-wooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang