-●[misconception]●-

890 157 15
                                    

→'Sar'Ar-♡
___________

Seo Jin meremas dengan erat ujung baju [Y/n], menatap penuh harap agar ibunya mau menuruti kemauannya. Seo Jun sendiri juga merasa bingung dengan tingkah saudaranya. Ada perasaan tak nyaman yang ia rasakan, namun itu bukan miliknya tapi perasaan milik Seo Jin, kembarannya.

Jin-Woo berdehem pelan mengundang ketiga perhatian di meja tersebut.

"Bagaimana jika aku mengantar kalian pulang?" Tawarnya.

"Ah, ja—"

"Tidak boleh." Sela Seo Jin ketus, menatap sinis ke arah Jin-Woo.

Jin-Woo menaikkan sebelah alisnya, merasa bingung dengan tingkah bocah di hadapannya ini yang notabenenya adalah anak kandungnya.

"Eomma, ayo pulang sekarang." Ajak Seo Jin lagi kini telah beranjak dari kursinya sambil menarik tangan [Y/n].

"Eh? Oh, baik." [Y/n] masih agak linglung dengan sikap anaknya, "Jin-Woo maaf atas kelakuan Seo Jin dan kurasa aku bisa pulang sendiri." Sambungnya sambil menatap Jin-Woo dengan sorot menyesal.

Jin-Woo tak menyerah, kembali berkata. "Aku tidak keberatan mengantar kalian, dan pembicaraan ini bisa kita lanjutkan dirumahmu."

[Y/n] cukup lama terdiam memikirkan permintaan Jin-Woo padanya. Melirik kecil ke arah Seo Jin yang sedang menatap sinis Jin-Woo dengan wajah tak bersahabatnya itu. Menghela nafas pelan, [Y/n] memantapkan bahwa ia harus meluruskan hubungan yang mungkin terjadi di antara sikembar yang tertua dengan ayahnya.

"Baiklah, tapi kau tidak ada kesibukan lainnya, bukan?"

Jin Woo menggeleng pertanda tidak, "Tidak ada, hari ini aku tidak ada kegiatan."

Bohong.

Di sisi lain Jin-Ho dengan kesalnya menatap smartphone yang tengah berada di genggamannya saat ini. Sudah beberapa kali dirinya menelfon Hyung-nim, tetapi sama sekali tak ada balasan, bahkan SMS sekalipun.

Kembali lagi pada Jin-Woo yang senantiasa membawa kantong belanjaan milik [Y/n] menuju mobil sang wanita. Yah, lagipula Jin-Woo datang ke pusat belanja ini dengan kekuatannya. Sedangkan Seo Jun berada di gendongan ibunya telah terlelap dengan sangat cepat.

Sampai di mobil, Seo Jin duduk di belakang, menatap kursi pengemudi berisi Jin Woo yang sedang menyetir mobil. Dengan perasaan muram, Seo Jin menatap keluar kaca jendela mobil dengan perasaan rumit di benaknya. Di sebelah kirinya terdapat Seo Jun yang senantiasa tertidur sembari memeluk boneka sapi kesukaannya.

[Y/n] sendiri melirik lewat kaca spion di depan, sedikit menyunggingkan senyuman tipis saat melihat kedua anaknya akur.

Jin-Woo sendiri ikut melirik ke arah pandang wanitanya.

"Mereka sangat akur."

"Tentu saja, mereka kembar." Balas [Y/n] tersenyum menatap kedepan.

Jin Woo terdiam sebentar, sebelum berkata. "Mianhae, aku tidak ada ketika mereka lahir."

[Y/n] tersentak pelan mendengarnya. Lalu mengusap lengannya dengan perasaan tidak nyaman.

"Itu bukan salahmu."

Mereka berdua berbincang kembali seperti biasa dan terkadang kembali hening.

Seo Jin sendiri memandang keluar jendela dengan bosan. Surai perak dengan helaian semerah darah milik Seo Jin berayun-ayun saat anak kecil itu menatap keluar kaca jendela mobil. Menatap pemandangan di luar sana dengan manik abu gelap turunan sang ayah, Jin-Woo.

Ketika ia berumur 5 tahun, tak sengaja ia mendengar obrolan pamannya dengan sang Ibu yang membahas soal keberadaan Ayahnya.

Mengingat percakapan tersebut, Seo Jin menajamkan penglihatannya dengan ekspresi dingin. Di dalam hatinya telah ia tanamkan kebencian terhadap ayahnya, karena berpikir bahwa ayahnya meninggalkan sang ibu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

seed monarch ◑ seong jin-wooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang