Apa pendapat kalian tentang pernikahan? Sesuatu yang romantis? Atau sesuatu yang memberatkan? Kalau saya, saya sangat netral dalam menilai pernikahan.
Bagi saya, pernikahan adalah sebuah taruhan, ada orang yang mendapatkan peruntungan yang baik, namun ada juga yang tidak. Mama saya contohnya, mempunyai nasib yang tidak begitu beruntung. Ditinggal selingkuh oleh suami dan terpaksa membesarkan kedua anaknya dengan susah payah.
Saya sudah lama berdamai dengan masa lalu dan menerima kalau ayah kandung saya lebih memilih wanita lain dibanding darah dagingnya. Saya terima itu dengan ikhlas, saya maafkan dia, kemudian move on. Tidak ada yang perlu ditangisi, toh hidup saya baik-baik saja walaupun dibesarkan oleh orang tua tunggal.
Tapi bukan berarti saya tidak memikirkan soal rusaknya pernikahan orang tua saya.
Saya terbiasa melihat pernikahan dalam zona netral. Seperti yang mama saya selalu katakan, "Ya pernikahan mama sama papa dulu memang nggak ideal, tapi jangan dijadikan patokan. Lihat nenek kakekmu, bahagia sampai sekarang. Oom, langgeng nggak ada masalah. Cuma karna mama gagal, bukan berarti kalian juga bakal gagal."
Saya mengerti dengan jelas maksud mama saya. Tidak semua orang rusak pernikahannya, ada orang-orang yang menang berjudi juga, yang kehidupan pernikahannya menjadi impian setiap orang. Tapi satu hal yang pasti, setiap pejudi ulung pun pernah kalah.
Seperti judi, setiap pasangan pasti mengalami pasang surutnya sendiri. Setiap pasangan pasti pernah bertengkar, hal yang wajar, dan cinta mereka akan membawa mereka kembali untuk berdamai.
Kakek nenek saya yang terkenal romantis pun pernah bertengkar. Om saya sering ke rumah kami untuk 'melarikan diri,' namun kemudian kembali ke rumahnya karena kangen suami. Kakak saya yang tinggal di Belanda beberapa kali menangis menelpon mama, mengatakan kalau dia ingin pulang ke Indonesia dan dia tidak betah di Belanda dengan suaminya. Tapi toh dia kemudian tenang dan berbaikan kembali dengan pasangannya.
Setiap pasangan, terlepas dari apapun jenisnya, orientasi seksualnya, semuanya pernah bertengkar. Tapi tidak semua kembali menjalin hubungan seperti sedia kala. Ada pasangan seperti orang tua saya, dan hal ini tidak bisa saya tampik. Dan hal ini juga yang membuat saya sangat hati-hati dalam melangkah ke kehidupan bernama pernikahan.
Saya selalu bertanya-tanya, kalau saya diberikan kesempatan menikah, pernikahan seperti apa yang akan saya dapatkan? Akankah saya menjadi pejudi yang beruntung atau malah sebaliknya? Akankah saya bahagia? Apakah pasangan saya mencintai saya dengan tulus? Apakah akan ada orang yang merusak hubungan kami?
Semuanya menjadi pertanyaan yang jawabannya tidak akan pernah saya dapatkan kecuali saya menikah.
Tetapi menikah bukanlah perkara gampang. Menikah tidak hanya mendapatkan sertifikat pernikahan lalu hidup berdua selamanya. Menikah bukan hanya tentang saya cinta kamu dan kamu cinta saya. Menikah adalah tentang kompromi. Bagaimana saya berkompromi dengan dia, dengan keluarganya, dengan kebiasaannya, dengan teman-temannya. Begitu pula sebaiknya.
Namun berkompromi, bagi sebagian besar manusia, bukanlah hal yang mudah.
Bagaimana caranya tidak menuntut melebihi kemampuan pasangan sementara kamu merasa keinginan kamu tidak terpenuhi? Bagaimana caranya menerima dengan lapang dada segala perbedaan tanpa ada perasaan dongkol? Bagaimana caranya menerima tidak hanya satu, namun beribu sisi yang dimiliki oleh pasangan, kemudian menyocokkan dengan sisi yang kamu miliki? Sementara tidak semua manusia tercipta seperti kepingan puzzle yang saling melengkapi. Ada kalanya kalian tercipta bagai batu permata yang belum diasah, bergerigi di setiap sisinya dan perlu ditempa agar dapat saling merekat.
Menikah, menurut saya, membutuhkan sebuah komitmen dan pengorbanan besar. Bukan hanya sebuah bualan kosong yang terdengar manis. Menikah itu perlu effort dan tidak semua orang mampu melakukannya. Saya sendiri pun ragu bisa melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Male Lead
FanfictionKalian punya tidak, sosok di hidup kalian yang kalian sadari tidak bisa kalian miliki simply karna dia terlalu sempurna untuk kalian? Well, saya punya. Dan setelah lama tidak bertemu, saya terpaksa bertemu lagi dengannya.