Bagian 8

16 4 1
                                    

Di tengah lampu-lampu kota, Agas dan Aluna berkendara. Aluna merentangkan tangan, menikmati dersik yang menerpa wajahnya. Gadis itu menolak untuk mengenakan helm. Mebiarkan rambut hitam panjangnya mengudara.

"Tangannya-tangannya!"sindir Agas. Yang benar saja, tangan gadis itu bisa saja putus terserempet kendaraan lain.

"Kenapa? Kan enak."

"Nanti kena kendaraan lain, bego!"teriak Agas agar tak kalah oleh bisingnya deru kendaraan.

"Ya udah, ke atas aja ya? Kayak iklan Rexona,"Aluna mengangkat kedua tangannya ke atas. Di balik helm ninjanya, Agas menahan malu.

"Makin ngadi-ngadi nih bocah,"gumamnya.

"Bau bego. Bau asem!"ucap Agas. Aluna menurunkan kedua tangannya.

"Emang iya?"tanyanya. Agas diam tak menjawab lagi. Ia memilih fokus mengendarai motornya.

°°°

Agas melepas helmnya. Berniat mengantarkan Aluna masuk ke dalam rumah. Tapi gadis itu malah mematung persis di depan gerbang rumah.

"Hoi, ngapain?"tanyanya. Aluna berlari ke arahnya. Mukanya tampak ketakutan,"Boleh ngga? Gue ikut lo pulang?"tanyanya.

"Ya, ini kan lo udah gue anterin pulang bego,"sahut Agas. Aluna menggeleng,"Pulang ke rumah lo,"Agas terkejut sampai terbatuk. Apa maksudnya?

"Gila lo, ngapain ke rumah gue!?"tanyanya. Aluna meremas tali tasnya,"Anu-"Belum sempat melanjutkan kalimatnya, tangannya sudah digenggam Agas untuk segera masuk ke dalam.

Tok..tok..

"El,"Raut wajah Aluna tampak ketakutan.

"Lo takut dimarahin ortu lo, kan? Tenang aja, gue tanggung jawab kok,"ucapnya. Aluna tahu persis niat Agas, tapi orang tua Aluna tidak sesederhana itu.

"Permisi,"ucap Agas. Pintu dibuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang mengenakan daster.

"Selamat malam, Tante,"ucap Agas sopan. Indah-Ibu Aluna, tersenyum,"Malam, ayo masuk dulu,"ucapnya.

"Kapan-kapan aja deh, Tan. Saya mau langsung pulang aja, udah malam,"tolak Agas.

"Ya sudah kalau begitu. Makasih ya, nak-?"

"Bagas, Tante."

"Makasih ya, Nak Bagas. Sudah mengantarkan Luna pulang,"ucapnya. Bagas mengangguk dan tertawa kecil,"Sama-sama, Tan. Kalau begitu saya pamit pulang ya, Tan," ucapnya seraya mencium tangan Indah.

"Hati - hati ya. Jangan kebut-kebutan. Salam buat ibu kamu,"ucap Indah.

"Siap Tante,"ucap Agas. "Gue balik dulu ya,"ucap Agas pada Aluna. Lirih. Aluna mengangguk,"Iya, hati-hati ya, El,"ucapnya.

Setelah kepergian Agas. Atmosfir terasa berbeda. Ia menatap ibunya,"Bu,"ucapnya.

"Masuk dulu,"ucap Indah. Keduanya pun masuk ke dalam rumah.

"Bu, Anu-"

"Ganti pakaianmu. Langsung bersih-bersih. Habis itu langsung makan, ayah ngga pulang hari ini,"ucapnya. Aluna tersenyum, ibunya memang sebaik itu. Selalu menolongnya pada saat seperti ini.

"Makasih, ibu,"ucapnya hendak memeluk ibunya. "Eits... Belum mandi, ngga boleh peluk ibu. Bau nanti,"Aluna tertawa kecil,"Iya-iya, ibuku yang wangi dan cantik jelita seperti putri raja,"sindirnya.

Sun & MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang