Chapter 7

6.8K 512 146
                                    

"Kau menyukai Jungkook?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau menyukai Jungkook?"

Untuk kedua kali, Taehyung kembali bertanya dengan pertanyaan yang belum sempat ia jawab. Ahrin mendadak kembali mengulang pertanyaan si pria di dalam kepala: "Bukankah dirinya menyukai Jungkook?" . Jelas sekali bahwa pikirannya sama dengan setiap gadis kala menatap wajah rupawan Jungkook, dibalut tubuh atletis juga diberi kemampuan untuk pandai dalam melakukan segala hal. Jungkook nyaris sempurna, namun Taehyung adalah pilihannya sejak awal. Pria yang selama ini ia cari. Pria yang selama ini hanya tergambar dalam sketsa abstrak di kepalanya.

Sosok pria perlente dengan setelan rapi, tubuhnya wangi, wajahnya tampan dengan rahang tegas, hidung tinggi serta tatapan tajam berkilat layaknya sebuah pisau baru di dalam laci. Otaknya cerdas dan berambisi. Ada kilauan api membara dalam tubuhnya yang bisa menghangatkan sekaligus membakar dalam satu waktu. Ada sesuatu di balik maniknya, sesuatu yang bisa mengirimkan sebuah teror hanya melalui tatapan saja. Aura dominannya begitu lekat, seolah-olah dapat menghipnotis siapapun untuk tunduk di bawah kuasa meski tubuhnya jelas tidak lebih besar dari beberapa pria di luaran sana yang turut menundukan kepala ketika bertemu tatap dengan sepasang manik jelaganya.

"Ambre Topkapi."  Membuka satu persatu kancing kemeja sang pria, sesekali Ahrin membenamkan hidung di pepotongan leher Taehyung. Menghirup aroma memabukkan tersebut dalam-dalam hingga membuat paru-parunya terasa sesak. Ahrin suka sekali dengan aroma ini, aroma perpaduan dari banyak unsur seperti bergamot, kayu manis, kapulaga, pala, thyme, lavender, oak moss, vetiver, cendana, rosewood, amber, musk, vanilla, dan masih banyak lagi. Meski memiliki banyak unsur, namun aroma parfum ini terkesan mewah dan sempurna untuk seorang pria. "Parfum mu, mengingatkanku pada seseorang."

Menyelipkan satu batang rokok di antara celah bibir, menghisap kuat. Asap rokok tersebut tak diluncurkan ke udara, tetapi keluar melalui celah-celah mulut saat bertanya, "Kekasihmu?"

Menggeleng pelan seraya mengangkat sudut bibir tersenyum getir. Ahrin berhasil meloloskan seluruh kemeja dari tubuh Taehyung. Menyisakan sebuah celana kain berwarna gelap, setengah telanjang, membiarkan rokok tetap terapit di celah bibir lelaki itu. "Tidak. Tapi, seseorang yang cukup berharga untukku."

"Siapapun itu, berterimakasihlah padanya." Rokok berisi serabut ganja nyaris terbakar setengah batang. Taehyung menyandarkan punggung menuju sandaran sofa, membiarkan Ahrin bermain di dadanya sebelum membawa tengkuk si gadis mendekat, meniupkan asap tepat memenuhi celah bibir si gadis yang mendadak terbuka. "Karena tanpanya, kau tidak akan bisa bertemu denganku."

Gadis itu terbatuk-batuk kala merasakan sensasi aneh memenuhi paru-paru, menyesakkan dada, rasa pahit getir yang mengantarkan sejemang rasa berat perlahan mampir di belakang kepala. Mengerenyitkan dahi sesaat setelah sesak itu mereda lalu bertanya tidak mengerti, "Maksudmu?"

Mematikan bara api di dalam serabut ganja dengan melemparnya pada asbak, Taehyung merapikan rambut Ahrin yang menjuntai menutupi telinga, mendekat pelan hingga deru napas hangat tersebut menggelitiki leher kemudian berbisik, "Percaya atau tidak, aku tahu siapa orang yang kau maksud."

24 Hours In Las Vegas✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang