91

11 2 1
                                    

Pagi itu di bawah sorot sinar hangat matahari,  masyarakat ibu kota kerajaan Belhart berkumpul di lapangan istana. Riuh rendah terdengar, meramaikan suasana itu.

Satu kompi pasukan kerajaan berbaris rapih di pelataran istana menjaga sebuah kereta kuda kerajaan yang terparkir di sana.

"Kakak mengundang rakyat datang ke istana??" Seloroh Charlotte mendengar keramaian di luar gedung istana.

Carloss menggeleng dengan senyum di bibirnya. "Tidak. Mereka datang sendiri, untuk mengantar kepergianmu.."

Di kejauhan, Gavin tampak berjalan cepat menghampiri Caver, Charlotte, dan Carloss. Ia memberikan hormat, "seluruh persiapan sudah siap, yang mulia.." ucapnya memberikan laporan.

Caver mengangguk mengerti. "Baiklah.." ucapnya kemudian menoleh melihat Charlotte. "Ayo, kita berangkat.."

Charlotte mengangguk dengan senyum antusias.

Suara riuh sorakkan terdengar semakin meriah begitu melihat Carloss, Charlotte, dan Caver muncul dari lorong bangunan istana utama.

"Yang Mulia!!!"

"Jaga diri baik-baik, yang mulia!!"

"Kami akan merindukan anda!!"

Charlotte menebarkan senyumnya sambil menyapu pandangan.

Pasukan kerajaan spontan memberikan hormat melihat kedatangan Carloss, Charlotte, dan Caver.

Lucien segera membukakan pintu kereta kuda dan mempersilakan tuannya memasuki kabin kereta kuda.

"Lottie.." panggil Carloss.

Charlotte menatap kakaknya sedih. Ia pun memeluk Carloss yang langsung membalas pelukannya. "Aku pergi, kak.."

"Berkabar padaku. Apakah itu terjadi sesuatu atau tidak terjadi sesuatu. Aku akan menunggu kabarmu.." ujar Carloss sambil menguraikan pelukannya.

Charlotte mengangguk. "Jaga kesehatan, kak. Kau akan semakin sibuk ke depannya.."

Carloss mengulas senyum kemudian mengusap pelan kepala adiknya. "Hati-hati di jalan.."

Caver mengulurkan tangannya untuk membantu Charlotte menaiki kereta kuda.

"Aku titip adikku, Caver.." ucap Carloss sambil menepuk pundak Caver.

Caver mengangguk tanpa banyak berpikir. "Jaga diri, kak.."

Carloss melongo mendengar panggilan Caver. "Bisakah kau mengulangnya? Aku tidak dengar.."

"Kau harus membersihkan telingamu setelah ini, Carloss.." sahut Caver enggan. Ia terkekeh melihat wajah tertekuk Carloss. "Kami pergi dulu.."

Pintu kereta kuda tertutup sempurna. Pasukan kerajaan pun mulai berjalan meninggalkan lapangan istana lebih dahulu untuk mengawal kereta kuda kerajaan.

Suara sorakkan terdengar keras. Charlotte melambaikan tangannya melalui jendela kereta kuda beriringan dengan keberangkatan kereta kudanya. Hingga sorak sorai itu tidak terdengar, Charlotte membenarkan posisi duduknya.

Sejenak, Charlotte merasakan sesuatu yang mengganggu perasaannya.

Caver menggenggam tangan Charlotte. "Katakan padaku jika kau menginginkan sesuatu.." ucapnya tiba-tiba.

Serta merta Charlotte menoleh. "Bagaimana kau bisa mengetahuinya? "

Caver terkekeh. "Dari ekspresimu, kau sedang merencanakan sesuatu untuk membantu kakakmu.."

Charlotte menundukkan kepalanya karena malu Caver telah berhasil menebak pikirannya.

"Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Caver lagi.

The Abandoned PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang