89

12 2 1
                                    

Pemandangan kehidupan rakyat kerajaan Belhart tampak kembali berwarna. Puing-puing bangunan yang runtuh masih terlihat di sepanjang jalan, namun hal itu tidak menutup semangat rakyat kerajaan Belhart untuk membangun kehidupan mereka kembali.

Sinar matahari terasa hangat hari ini. Kesatria kerajaan yang membantu rakyat membangun kembali ibu kota terlihat akrab saling bercengkerama dengan rakyat biasa. Senyuman terbit di wajah-wajah mereka, kesulitan yang selama ini mereka rasakan sirna.

Kereta kuda berwarna putih yang berukiran emas melaju pelan di tengah jalan ibu kota. Serempak, tanpa komando, seluruh rakyat yang tengah melakukan aktivitas menghentikan kegiatan mereka, membuat barisan dan menundukkan kepala mereka melihat kereta kuda kerajaan yang lewat.

"Di mana kita akan berhenti?" Tanya Caver sambil melihat ke arah luar jendela kereta kuda.

"Alun-alun ibu kota.." jawab Charlotte.

Kereta kuda pun berhenti. Para kesatria kerajaan yang mengawal kepergian Charlotte segera menertibkan rakyat yang berbondong-bondong berkumpul untuk melihat putri kerajaan mereka.

Caver turun lebih dulu dari kereta kuda, kemudian membantu Charlotte turun. Caver menawarkan lengannya yang langsung disambut oleh Charlotte.

Tidak ada panggung besar di tengah alun-alun karena sudah hancur. Tetapi, Charlotte berdiri di depan puing-puing panggung yang hancur itu bersama Caver menatap seluruh rakyatnya yang hadir di sana.

Charlotte mengulas senyumnya hangat. "Selamat pagi rakyat kerajaan Belhart, apa kabar?"
Sontak suara riuh rendah menyambut sapaan Charlotte.

"Kami baik-baik saja, yang mulia!"

"Apakah anda sehat, yang mulia?"

"Terima kasih sudah berjuang untuk kami!"

"Hidup, yang mulia putri!!"

Charlotte melebarkan senyumnya. Ia merasakan kedua matanya memanas melihat pancaran kebahagiaan dari wajah-wajah rakyatnya. "Aku minta maaf karena sudah meninggalkan kalian dan membiarkan kalian kesulitan.." ujarnya sambil menundukkan kepalanya.

"yang muliaaa...."

"Tidak apa-apa. Kami senang anda bertahan hidup dan kembali untuk kami..."

Charlotte mengangguk. "Terima kasih sudah bertahan hidup. Aku turut bersedih dengan seluruh keluarga yang mengalami kehilangan. Mari kita bangun kerajaan Belhart menjadi lebih kuat dan sejahtera.."

Sorak-sorai suara kemenangan terdengar memenuhi langit-langit ibu kota. Meskipun banyak kehilangan yang mereka alami, sebuah masa depan yang cerah kini tampak setelah awan mendung sirna.

"Aku datang ke sini untuk berpamitan pada seluruh rakyat Belhart.." cetus Charlotte membuat seruan pertanyaan merebak tertahan mendengar ucapan Charlotte.

"Pria di sebelahku adalah suamiku, Caver Khescmir Roudinanth. Beliau adalah putra mahkota kerajaan Roudinanth, pemimpin armada perang kerajaan Roudinanth yang membantu kita mengalahkan kerajaan Monique. Setelah urusanku di sini selesai, aku harus kembali ke kerajaan Roudinanth.." ujar Charlotte panjang.

"Senyumlah, Caver.." desis Charotte sambil mencubit pinggang Caver.

"Aku sudah tersenyum sejak tadi. Kau tidak lihat gigiku sudah kering??" seloroh Caver keberatan.

Charlotte menyimpan tawanya.

Tiba-tiba seorang pria tua dengan rambut dan janggut yang sudah memutih melangkah maju dari batas kesatria kerajaan yang serempak mengacungkan pedang padanya. Seketika semua suara tertahan, berubah menjadi senyap.

The Abandoned PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang