90

13 3 4
                                    

Memasuki minggu kedua kemenangan kerajaan Belhart, mendung sepenuhnya sirna dari langit kerajaan Belhart. Semilir angin sejuk menerbangkan anak rambut Caver dan Charlotte dengan lembut.  Matahari belum muncul di kaki cakrawala, namun tampak sepasang insan berdiri menghadap batu nisan besar di hadapan mereka.

Letak pemakaman keluarga kerajaan yang berada di bukit Blerick membuat angin pagi terasa sejuk menerpa wajah. Suara kicauan burung terdengar samar di kejauhan. Embun yang menghiasi rumput hijau dan pucuk-pucuk daun membuat suasana pagi itu menenangkan.

Charlotte menangkupkan kedua tangannya dan berdoa sejenak di hadapan tiga nisan besar berukiran nama keluarganya. Caver berdiri di sebelah Charlotte dan turut memanjatkan doa.

Suasana hening itu menenangkan, sepasang insan yang tengah memanjatkan doa masing-masing tenggelam dalam doanya.

Beberapa menit dalam keheningan, Charlotte mengangkat wajahnya. Ia menoleh mendapati Caver tengah menatapnya. "Kau sudah selesai?" Tanya Charlotte.

Caver mengangguk.

Charlotte mengembangkan senyumnya. "Selamat pagi. Ayah, ibu, Charles.." ucapnya pada nisan besar di hadapannya. "Maaf, aku datang terlambat. Bagaimana kabar kalian? Kabarku baik, kabar kakak juga baik. Hari ini aku datang bersama Caver, aku akan memperkenalkannya.."

Caver mengangkat telapak tangannya, bermaksud menahan kalimat Charlotte. "Selamat pagi, ayah, ibu, Charles, namaku Caver, aku adalah suami dari Charlotte, salah satu anggota keluarga kalian yang sangat hebat. Aku berasal dari kerajaan Roudinanth, kuharap kalian tidak kecewa karena Charlotte akan menikah dengan orang dari kerajaan lain. Meskipun seperti itu, aku memiliki darah bangsawan kerajaan Belhart.." ujarnya dengan seutas senyum. "Aku berterima kasih pada ayah dan ibu yang telah melahirkan seorang anak perempuan seperti Charlotte. Aku bersyukur telah memilikinya.."

"Charles, kau tidak perlu mengkhawatirkan kakakmu. Meskipun dia keras kepala, dan mengatakan kalau dia kuat, aku akan menghentikannya memakai kekuatannya.." imbuh Caver.

"Aku berjanji akan menjaganya, kalian bisa mempercayakannya padaku. Jangan khawatir, dan hiduplah dengan tenang di sana.." ujarnya mengakhiri kalimatnya. Ia menghadap Charlotte dan merengkuhnya ke dalam pelukannya.

Charlotte memeluk Caver. Ia menghirup napas dalam-dalam, membenahi perasaannya yang terasa sesak. "Terima kasih, Caver.."

Caver mengangguk. Ia menepuk-nepuk punggung Charlotte perlahan, menenangkan Charlotte tanpa kata-kata.

"Terima kasih untuk semuanya, Caver.." ucap Charlotte lagi.

Caver menguraikan pelukannya. Ia menatap Charlotte. "Kau tidak perlu berterima kasih. Aku pasti akan melakukan semuanya untukmu.."

Charlotte mengembangkan senyumnya. "Kau harus membawaku mengunjungi makam ibumu setelah kita sampai di Kerajaan Roudinanth.."

"Aku akan membawamu ke sana.." tanggap Caver cepat. "Kita akan langsung kembali ke istana?"

Charlotte melihat sinar matahari di ufuk barat yang baru saja menampakkan diri. "Kakak mengatakan ada yang ingin dibicarakannya denganku. Apakah kau tahu apa itu?"

"Kau ingin mendengarnya sekarang?"

Charlotte mengangguk.

"Aku ingin mengadakan upacara pernikahan setelah upacara penobatanku.." jelas Caver. "Aku mengundang Carloss di kedua acara itu, tapi Carloss tidak bisa berada jauh dari kerajaan dalam waktu yang lama karena keadaan belum stabil. Carloss hanya bisa memilih salah satu acara yang bisa dihadirinya.."

"Kalau begitu, kakak harus memilih upacara penobatan raja.." sahut Charlotte sambil berpikir. "Bagaimana pun, hubungan antar kerajaan lebih penting.."

The Abandoned PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang