Malam ini rencananya Alvaro akan menjemput Azriella. Namun, entah kenapa Bunda meminta Azriella untuk ikut ke acara makan malam teman bisnis Ayahnya. Azriella pun menurutinya.
Ia kini sudah siap dengan dress berwarna merah marun, rambutnya dibiarkan tergerai dengan sedikit polesan make up. Sangat cantik, kata Bundanya entah kata orang lain.
"Ayo, berangkat!" Fero---Ayah Azriella pun masuk di kursi kemudi, sedangkan sang Bunda---Helena duduk di samping sang Ayah.
Azriella duduk di kursi penumpang, seperti itu lah posisinya. Sementara, Bundanya terus berdandan di mobil Azriella hanya memainkan benda pipihnya. Fero, ia fokus dengan jalanan.
***
"Ini caffenya, Yah?" tanya Azriella setelah turun dari mobil.
Fero mengangguk. "Iya, yok masuk pasti mereka udah nunggu." Fero menggandeng tangan Helena, sedangkan Azriella mengikuti mereka dari belakang.
Di meja paling ujung sana terlihat sepasang pasutri dengan anak laki-lakinya sedang duduk santai. Pastinya sedang menunggu kedatangan Fero beserta keluarga.
"Selamat malam, Tuan Fero. Senang bisa bertemu dengan anda," ucap pria yang tadiny duduk kini sudah berdiri menjabat tangan Fero.
"Selamat malam juga, Tuan Gavin." Fero tersenyum ke arah rekan bisnisnya ini.
"Hai, Bunda, Ayah. Gak nyangka, yah, ternyata Ayah sama Bunda rekan bisnisnya Papa." Alvaro yang sendari tadi duduk kini ikut menyambut Fero dan keluarga.
"Wah, Alvaro. Bunda kira kamu bakalan jemput Azriella," ucap Helena.
"Ngapain di jemput, Bunda. Kan Azriellanya datang ke sini buat Alvaro, iya kan?" Alvaro menaik-turunkn alisnya hanya menggoda Azriella.
Azriella hanya menatap malas laki-laki di depannya. Takdir memang seburuk ini?, pikirnya.
"Ayo, silahkan duduk!" Sisil---Mamanya Alvaro mempersilahkan Fero dan keluarganya duduk.
Makan malam berjalan dengan lancar. Selama makan, semua hening hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar.
Sesekali juga Alvaro menatap gadis di depannya. Sangat cantik, tumben sekali Azriella berdandan. Tanpa make up saja mampu membuat Alvaro tergila-gila apalagi dengan make up.
"Bunda, Ayah, Pah, Mah, Al izin ngajak Ell keliling, ya?" tanya Alvaro terlebih dahulu sebelum mengajak Azriella pergi.
Tak ada jawaban hanya anggukan. Itu saja mampu membuat Alvaro semringah dan bergegas menarik Azriella menjauh dari para orang paruh baya tersebut.
Azriella terus saja mengoceh tanpa henti melontarkan pertanyaan yang sama dan tak pernah dijawab oleh Alvaro. Hingga mereka tiba di sebuah danau yang indah. Danau itu berwarna hijau dengan bulan sebagai penerangan.
Alvaro melepaskan genggamannya dari tangan Azriella. Membiarkan gadisnya menikmati malam yang indah ini.
Azriella menatap danau hijau yang menyejukkan itu. Ia mendudukkan pantatnya di kursi di bibir danau. Menikmati udara malam seperti ini memang menenangkan.
"Bagus, 'kan?" tanya Alvaro yang ikut duduk di kursi bersama dengan Azriella.
"Udah sana pergi, gua masih mau di sini!" perintah Azriella mengusir Alvaro.
Alvaro tak jadi duduk di kursi, ia malah merebahkan tubuhnya di atas rerumputan. Pandangannya ke arah langit menatap bintang-bintang.
"Lo tau gak, Ell?" tanya Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERLAMBAT
General FictionAndai waktu bisa aku putar kembali, aku ingin kau tahu bahwa kau berhasil. Berhasil membuat hatiku luluh, berhasil membuka hatiku dan kau juga berhasil membuatku tak mampu hidup tanpamu. -Azriella Michelle