Chapter 3

6 0 0
                                    

***

Sesampainya di sekolah, Azriella segera turun dan bergegas menuju kelas. Sedangkan, Alvaro hanya tersenyum menatap Azriella yang perlahan menghilang.

'Gua pasti bisa dapatin lo, Azriella!' batin Alvaro.

"Hei, Bro!" Seseorang menepuk bahu Alvaro hingga ia menoleh.

"Eh, lo," ucapnya.

"Lo masih aja ngejar yang gak bisa dimiliki," celetuk orang itu.

"Dan lo masih aja mempermainkan hati seorang bidadari yang harusnya lo jaga," canda Alvaro.

"Dih, ngeselin amat lo, Ro!" ketus orang itu.

Dia Agra Wijaya, sahabat Alvaro sekaligus sepupunya. Agra dan Alvaro sangatlah berbeda, jelaskan 'kan beda benih.

"Ke kelas, yok!" ajak Agra pada sahabatnya itu.

"Boleh, tuh. Kemarin gua digaplok bokap gara-gara ketahuan bolos, mengsedih." Alvaro sok dramatis seperti biasa.

"Alah, itukan maunya lo biar bokap lo pulang ke rumah!" celetuk Agra dengan nada ketus.

Mereka berdua berjalan melewati koridor dengan wajah datarnya. Wajah yang tak pernah Alvaro tunjukkan pada Azriella. Banyak Adik-Adik kelas yang menjerit heboh dengan kedatangan Agra dan Alvaro.

"Fens gua makin banyak aja, ya." Agra menepuk dadanya bangga.

"Padahal muka lo biasa-biasa aja, tuh," celetuk Alvaro mampu memudarkan kebanggaan Agra.

"Sepupu lucknut!" sinis Agra.

***

"Hai, Ellsayang!" Sapaan itu mampu membuyarkan lamunan Azriella.

"Lo gak ada kerjaan lain gitu, selain gangguin gua?" tany Azriella sengit.

"Gua nolep, kecuali soal perasaan gua ke lo," ucap Alvaro lalu duduk di samping Azriella.

Azriella menghela nafasnya. "Lo 'kan bisa cari gebetan lain, jangan gua!" ketus Azriella.

"Lo udah rebut hati gua Ell, tapi lo gak mau kasih tempat hati gua di hati lo. Hanya kehampaan yang bakalan gua rasain kalo gua tinggalin lo. Ell milik All dan All milik Ell," celetuk Alvaro mampu mengubah suasana menjadi hening.

Cukup lama keheningan itu terjadi. Azriella sibuk membaca novel tanpa memperdulikan kehadiran Alvaro, sedangkan Alvaro sedang bergelut dengan pikirannya.

"Gua gak akan nyerah. Lo Azriella Michelle pasti bisa menjadi pendamping hidup gua." Alvaro mengacak rambut Azriella sesaat lalu berlalu pergi dengan santai.

Tak ada emosi, tak ada bentakkan, tak ada kekasaran. Itulah Alvaro Adnan, senantiasa lembut dengan Azriella. Tapi, hati Azriella terlalu keras untuk dilembutkan dengan ketulusan Alvaro.

Azriella hanya menatap kepergian Alvaro, entah sampai kapan Alvaro bertahan. Alvaro sangat berbeda dengan Arjuna, ah kenapa juga Azriella harus membandingkan sosok Alvaro dengan Arjuna yang jelas berbeda.

***

Di sini Alvaro sekarang, atap sekolah. Ia sedang duduk termenung di bawah teriknya matahari. Menatap ke arah langit yang cerah, menyilaukan mata.

Alvaro mengeluarkan sebuah benda pipih, ia meng-videocall bidadari hatinya. Terlihat wajah kesal ketara di layar handphone Alvaro.

"Ngapain lo video call gua?" tanya Azriella.

"Kenapa gak boleh?" tanya Alvaro dengan muka usilnya.

"Gak!" ketus Azriella.

Alvaro menatap intens manik wajah Azriella. Wajah yang mampu membuatnya jatuh, jatuh dalam perasaan yang terlalu dalam. Alvaro tersenyum, mampu melihat wajah itu saja mampu membuat Alvaro semringah.

TERLAMBATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang