Bajak Laut Raja Perak

6

Ketika Shirakawa bangun lagi, hari sudah sore, bahkan tidak ada pulau di sekitarnya, dan kapal tidak tahu ke daerah mana ia mengemudi.

Kecuali navigator dan beberapa orang yang bertugas, hampir tidak ada yang berdiri.

"Kapten kelompok bajak laut seperti itu bisa menjadi raja bajak laut, benar-benar mengandalkan kekuatan absolut."

Shirakawa tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya.

"Kamu nak, kekuatanmu tidak terlalu bagus, tetapi jumlah alkoholnya tidak buruk."

Pada saat ini, seorang navigator melihatnya bangun dan tersenyum dan mengutuknya.

"Aku tidak tahu, itu mungkin karena kemampuanku, yang dapat dengan cepat mengembalikan keadaanku menjadi normal."

"Ngomong-ngomong, kami masih belum tahu apa kemampuan Buah Iblismu. Setiap kali kamu menggunakan kemampuanmu, pedang raksasa akan muncul di langit. Sangat tampan."

Ada sedikit kecemburuan dalam suara pembicara, dan dia mungkin berpikir bahwa jika saya memiliki kemampuan yang begitu tampan, saya tidak akan sendirian sekarang.

"Entahlah, aku bahkan lupa saat memakan buah iblis."

"Itu benar, bagaimanapun juga, kamu bahkan tidak memiliki kenangan sebelumnya."

Setelah itu, navigator pergi dan terus mengamati cuaca. Bagaimanapun, ini adalah dunia baru, dan tidak ceroboh sama sekali.

Bosan dalam kemalasan, Pak Raleigh belum bangun, jadi dia hanya bisa berkenalan dengan kemampuannya untuk saat ini.

Dia menarik belati, ingin menariknya ke tangannya, dan ingin melihat apakah cederanya akan pulih.

Tapi dia berpegangan tangan untuk waktu yang lama, dan pada akhirnya dia tidak memiliki keberanian untuk memulai.

"Lupakan saja, tunggu sampai kamu benar-benar terluka."

Dia mengambil belati itu kembali, dia tidak akan pernah mengatakan bahwa dia tidak berani.

"Ngomong-ngomong, raja perak sepertinya memiliki kemampuan terbang."

Shirakawa mengingat kemampuan Raja Perak dalam pikirannya.

"Sungguh, kemampuan pewarisan tidak mewarisi ingatan, dan itu membuatku merasakannya sendiri." Shirakawa mengeluh.

Tapi dia masih mempertimbangkan dengan jujur ​​bagaimana dia harus terbang.

Dia mencoba lompat keras, tetapi selain lompat tinggi yang tidak terduga, waktu yang dihabiskan di udara mungkin satu detik.

Setelah mencoba beberapa kali, dia tidak mencapai efek yang diinginkannya, atau dia tidak terbang.

"Hei, Shirakawa, apa yang kamu lakukan, bang bang bang berulang kali, aku masih harus tidur."

"Maaf, Shanks, aku akan pindah tempat."

Shirakawa mendapati dirinya membangunkan Shanks, tersenyum malu, dan kemudian berubah menjadi tempat di mana tidak ada seorang pun di sana.

"Aku harus terbang hari ini."

Shirakawa lebih baik dari ini, tidak ada yang bisa melakukannya.

Seiring berjalannya waktu, Shirakawa sendiri terengah-engah, berkeringat deras, dan bahkan kakinya tampak tidak sadarkan diri.

"Kenapa, aku tidak mewarisi kemampuan terbang?"

Shirakawa meratap dalam hatinya.

"Tidak bisakah kamu melakukan ini?"