1. Seungjae dan Pohang

122 10 4
                                    

Kang Sol menjalankan sebuah kantor hukum kecil di Pohang, 170 mil jauhnya dari Seoul. Disini dia hanya Sol, bukan A atau B.

Diwilayah sini Sol menangani kasus perdata, dan secara perlahan mulai mendapatkan kepercayaan dari orang-orang.

Sol memutuskan untuk tinggal disini setelah mengetahui bahwa dirinya hamil. Sol pikir udara yang segar akan lebih baik untuk bayinya, serta jarak yang jauh mampu membuatnya lupa. Tapi ternyata dia salah.

Kebetulan Pohang adalah kampung halaman Seungjae.

Kalian ingat Seungjae? Dia teman sekelas Sol semenjak sekolah hukum di Universitas Hankuk dulu.

Dia kembali kesini setelah kehilangan bayinya dan setelah ia cerai. Seungjae memustuskan untuk memulai kehidupan yang baru disini.

Dia bahkan tidak menduga dirinya akan bertemu dengan Sol—yang waktu itu sedang hamil besar.

[Flashback]

Sol kehabisan bahan makanan. Mau tak mau dia harus pergi ke supermarket. Dia membuat catatan kecil mengenai keperluan yang harus dibelinya nanti.

Sol memasukkan sabun, pewangi pakaian, shampoo, gula, dan sebagainya.

Saat hendak menuju rak buah, betapa terkejutnya dia melihat Seungjae yang sedang menatapnya dengan kedua matanya yang melotot.

"Sol A?" Seungjae masih melotot.

"Oppa! Kenapa kau berada disini?!"

"A-aku pindah kesini tiga tahun yang lalu , dan kau–" Ucapan Seungjae terpotong saat lelaki itu melihat kearah perut besar Sol.

Menyadari pandangan Seungjae, Sol berbalik dan mulai mendorong trolly-nya.

Seungjae mengejar, dan kini mereka berjalan beriringan. "Kapan kau pindah?" Tanya seungjae seraya memasukkan daun bawang ke trolly.

"Hmm aku disini sudah hampir 3 bulan oppa." Seungjae mengangguk paham. Lalu beralih menatap perut Sol.

"Sudah berapa bulan?" Tanyanya, Sol mengira-ngira, "Mungkin sudah bulan ke-7? Apa 8 ya aku juga tidak ingat, hehe."

"Ya! Bisa-bisanya seorang ibu tidak mengingat usia kandungannya sendiri?" Seungjae menjitak pelan kepala Sol.

"Mian, aku sibuk mengurus kasus." Ucapnya seraya tertawa. Seungjae mengambil alih mendorong trolly milik Sol.

"Eh, oppa ngapain?"

"Sudah biar aku saja, kau tidak boleh melakukan hal berat." Senyum terukir di wajah Sol. "Terima kasih."

Mereka menghabiskan sisa hari itu untuk bercerita, Sol bahkan menjelaskan semuanya ke Seungjae.

[Flashback off]

Dengan hadirnya Seungjae, Sol merasa tidak terlalu sendirian di kota ini. Seungjae selalu perhatian kepadanya, bahkan tidak membiarkan Sol melakukan pekerjaan berat sedikit pun.

Dan untungnya Seungjae memiliki sebuah klinik didaerah apartemennya. Berkat itulah Sol mampu dengan mudah beradaptasi dengan daerah sini, juga dengan para tetangga. Kata Seungjae Sol aneh, sudah tinggal 3 bulan tapi masih belum begitu mengenal tetangganya.


Hingga pada hari dimana Sol akan melahirkan. Hari itu bertepatan dengan musim semi.

Seungjae memberi tahu kepada teman kelompok belajar mereka–Yeseul, Bokgi, Sol B. Hanya mereka bertiga yang Seungjae hubungi.

Awalnya Seungjae hanya menghubungi Yeseul, dia tidak mengira jika Yeseul dan Bokgi sudah bertunangan, makanya mereka datang bersama.

*

[Flashback]

Yeseul sedang menikmati kencan musim semi dengan tunangannya–Min Bokgi.

Keduanya sedang bersantai di salah satu kedai kopi terkenal di Seoul.

"Aku tiba-tiba merindukan Sol unnie." Ucap Yeseul menatap tunangannya.

Bokgi mengelus pelan tangan Yeseul, dijari manisnya melingkar cincin berlian putih pemberiannya.

"Kalau rindu kenapa tidak coba menelponnya, hm?"

"Aku takut mengganggunya.."

"Tidak apa, coba saja du–" tiba-tiba ponsel Yeseul bergetar. Di layarnya tertera nama Sol.

"Kebetulan sekali! Ayo angkat!" Ucap bokgi.

"Halo unnie? Ada apa?" Ucapnya memulai percakapan.

"Ini Seungjae. Sol sekarang diruang bersalin. Kamu bisa datang kesini?"

Mata Yeseul membulat, apa.. ruang bersalin? Juga kenapa Sol bersama Seungjae? Pertanyaan itu terlintas di pikiran Yeseul.

"Halo, Yeseul-a kamu masih disana kan?" Karena tak kunjung menjawab Seungjae melanjutkan ucapannya, "Datanglah ke Pohang, alamat rumah sakitnya akan ku SMS."

"I-iya oppa, sampai jumpa."

Bokgi sedari tadi sudah sangat penasaran. "Ada apa? Kenapa kamu keliatan terkejut begitu, dan oppa? Kenapa memanggil Sol noona oppa?"

"Itu Seungjae oppa. Dia memintaku ke Pohang untuk menjenguk unnie." Jawab Yeseul masih dengan ekspresi awalnya.

"Bukannya bagus kamu bisa bertemu dengannya lagi? Kenapa ekspresimu begi–"

"Unnie punya anak."

*

Yeseul datang bersama dengan Bokgi. Mereka sudah sepaket. Di stasiun keduanya bertemu dengan Sol B.

"Unnie! Oppa rupanya memanggilmu juga?" Sol B mengangguk. Kemudian Yeseul dan B berpelukan.

Mereka bertiga langsung bergegas ke rumah sakit.

Sama seperti Yeseul, Sol B juga sebenarnya terkejut mendengar kabar Sol A akan melahirkan. Mereka sama sekali tidak tahu kalau Sol A hamil.

Sesampainya di kamar Sol mereka disambut dengan senyuman hangatnya Sol A.

Perlahan Sol memberikan bayinya pada Seungjae untuk ditaruh di box bayi.

Setelah menidurkannya, barulah Yeseul dan Sol B berhambur kepelukan Sol A.

"Ya! Unnie kenapa tidak bilang kalau kau hamil! Kenapa menanggungnya sendiri?!" Yeseul yang kesal hampir menangis mengucapkannya.

"Eh eh kok nangis. Maaf, aku juga tidak bisa cerita langsung ke kalian. Aku janji akan bercerita setelah keluar dari rumah sakit." Ucap Sol yang mampu menenangkan tangis Yeseul.

"Jadi, siapa ayahnya?" Sol B melirik ke arah Seungjae.

"Bukan! Jangan langsung beropini seperti itu B-ya!" Sanggah Sol A dengan cepat. Takut sahabatnya itu mengira kalau itu anak Sol dengan Seungjae.

"Han Jonhwi, benar?" Seisi ruangan terdiam mendengar ucapan Sol B.

"Diam berarti iya. Unnie kamu punya utang cerita."

*

Ola! Dari part sini sampai seterusnya aku bakal kasih beberapa tambahan dari aku sendiri diluar terjemahan!

Hope you all like it! Babayy~

Dalliance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang