4. Surprise

11 10 38
                                    

Hari ini tepat hari minggu, di mana anak sekolah bersenang-senang dan menikmati waktu liburnya tanpa belajar.

Berbeda dengan Siska yang hanya berdiam diri di kamar, Dia sedang memegang sebuah foto polaroid yang bergambar dirinya dan Bara.

Sudah beberapa hari ini Bara sama sekali tidak ada kabar, Siska takut ada apa-apa dengan sang kekasih.

"Bosen banget mending rebahan aja," celotehnya lalu merebahkan badannya di sebuah kasur empuk berukukan king size miliknya.

Setelah beberapa menit berebah, handphonenya berbunyi, cepat-cepat Siska mengambilnya dan mengecek siapa yang mengimkan pesan itu.

"Nomer nggak di kenal?" cakap Siska pada dirinya sendiri.

Dengan malas dia mengangkat telponnya dan menempelkan benda pipih itu di telingannya.

"Hallo, siapa ya?" tanya Siska tho the point.

"...."

"Hah! Bara bunuh diri? Oke gue kesana sekarang!"

Siska sangan shock, dia mematikan telepon secara sepihak dan mengambil tasnya.

Ternyata orang di balik nomer tak di kenal itu adalah salah satu teman Bara, dia mengabarkan bahwa Bara bunuh diri.

Dengan segera Siska bergegas ke lokasi yang di beri tahu oleh sang penelpon, dengan air mata yang bercucuran.

****

Sesampainya di tempat yang di tempat yang di kirim oleh temannya Bara, Siska sama sekali tidak melihat adanya Bara atau temannya itu.

Anehnya, lokasi itu adalah taman yang sangat cantik, tidak mungkin kan Bara bunuh diri di tempat seperti ini.

"Bara! Kamu di mana?" panggil Siska sambil mencoba mencari keberadaan Bara.

Setelah mencoba berjalan menyusuri taman, Siska menemukan seseorang yang tergeletak di dekat danau.

Dengan segera Siska menghampiri lekaki tersebut, tenyata benar saja. Itu adalah Bara! Setelah Siska membalikan tubuh lelaki tersebut

"Bara, kamu kenapa?" tanya Siska pada Bara dengan air mata yang mengalir.

Pasalnya, di baju sang kekasih terdapat banyak bercak darah dan baju yang sobek-sobek.

"Sayang maafin aku, kamu kenapa ninggalin aku?"

Siska semakin menjadi-jadi, tangisnya semakin kencang dan dada yang berdegup kencang.

"Bara bangun!" suruhnya.

"Jangan tinggalin aku," lirihnya sambil mencium kening Bara.

"Kamu kenapa kayak gini sih? Maafin aku, jangan tinggalin aku."

Tanpa aba-aba suara tertawa terdengar dari mulut Bara. Lantas dia bangun dan tertawa terbahak-bahak.

Siska yang melihatnya pun hanya melongo tak percaya, apakah dia bermimpi?

"Siska kamu lucu banget sih." Bara mencubit kedua pipi chubby milik Siska.

"Ih dasar ya, ternyata boongan!" geram Siska sambil menghapus air mata di pipinya.

Setelah itu, muncul orang-orang dengan membawa papan bertuliskan Maafin aku ya Siska sayang ada juga yang membawa bunga mawar putih dan di serahkan pada Bara.

"Surprise," sorak Bara dengan meriah.

Bara memberikan mawar putih kesukaan Siska padanya. Lalu Bara memegang tangan Siska dan memberikan bunga mawar itu.

"Siska maafin aku selama ini nggak ngabarin kamu, karna aku tahu kalau aku masih berhubungan sama kamu pasti papa kamu bakal marahin kamu. Dan aku nggak mau itu semua terjadi." jelas Bara dengan tulus dan lembut.

"Bara ih malu tu sama temen-temen kamu." Siska menunjuk teman-teman Bara.

"Ngapain malu? Dia ngertiin kita kok," kekeh Bara lembut.

Lalu Siska memeluk erat Bara dengan kelembutan dan ketulusan hatinya.

Pasalnya, Bara adalah seorang ketua geng motor yang bernama levor, kumpulan itu bukanlah kumpulan yang sering berbuat jahat kepada masyarakat. Akan tetapi, kumpulan itu bertujuan membantu masyarakat.

Tak di sangka seorang Bara wijaya bisa jatuh cinta pada gadis yang manja seperti Siska.

"Yaudah sekarang kita duduk di situ yuk?" ajak Bara dengan menunjuk sebuah kursi panjang di depannya.

"Ayuk," timpa Siska menerima.

"Kalian bisa cabut, thanks atas bantuannya," perintah Bara pada teman-temanya dengan suara tegas lalu di lanjutkan kepergian temannya.

Bara menggandeng tangan Siska untuk menuntunya ke sebuah kursi panjang yang telah di sediakan.

Merek duduk dengan santai dan tenang menikmati indahnya danau di depannya itu.

Siska sangat bersyukur memiliki seseorang seperti Bara ini, walau kadang menyebalkan tapi dia bisa membuat hatinya luluh kembali.

Siska menatap Bara dalam, ia merasakan kenyamanan tiada tara saat bersama Bara.

"Aku sayang banget sama kamu, Bar. Kamu adalah orang pertama yang selalu bisa membuat aku bahagia dan jatuh cintaku pertama kali adalah kamu," puji Siska berterimakasih.

"Masak sih? Bukannya jatuh cinta gadis perempuan itu adalah ayahnya?" tanya Bara dengan bercanda.

Siska yang mulanya bahagia, kini telah murung kembali, dia mengalihkan pandangannya ke arah depan dengan darar. Seolah ayahnya itu adalah sumber kesedihannya.

"Bagi aku enggak Bar, papa itu kayak nggak ngebiarin aku bahagia. Jadi mana mungkin jatuh cinta pertamaku itu papa," lirih Siska sedih.

"Jangan sedih dong, aku janji bakal bahagiain kamu selama-lamanya." Bara menarik Siska ke dalam pelukannya dan mecium pucuk kepalanya.

Nyaman, itulah yang di rasakan oleh Siska. Setiap di pelukan Bara, siska merasa dirinya aman dan terlindungi.

"Sis aku punya hadiah buat kamu," sela Bara sambil melepas pelukannya.

"Apa?"

Bara mengeluarkan sebuah kotak kecil berbentuk hati dari kantong celananya. Lalu, di berikan kepada Siska.

Siska menerimanya dengan raut wajah bahagia, dia membuka kotak tersebut dengan perlahan dan Siska terpukau dengan isi di dalamnya.

"Hah, ini serius buat aku?" tanya Siska memastikan dengan mengangkat sebuah kalung berinisial B.

"Iya sayang." Bara mengambil kalung itu dari tangan Siska dan memakaikannya pada leher sang kekasih.

Kalung tersebut nampak cantik nan elok di pakai oleh Siska, wajahnya yang cantik di padukan oleh kalung dari Bara menjadikan Siska seorang gadis yang sempurna di mata Bara.

"Dan aku juga pakai ni." Bara mengeluarkan kalung yang berinisial S dari dalam bajunya.

"Couple ni critanya?" goda Siska tertawa.

"Thank you atas semua yang kamu lakukan selama ini buat aku," kata Siska memeluk erat Bara sekali lagi.

"Iya sama-sama cantik." Bara membalas pelukan Siska dengan lembut seakan tak mau melepasnya lagi.

Hari ini adalah hari paling berharga bagi Siska, dia sangat senang setelah beberapa hari tidak ada kabar, kini Bara memberikannya sebuah kalung yang selama ini dia impi-impikan.

Semua itu karna Bara, semenjak Siska menjalin hubungan dengan Bara, Siska banyak berubah dari yang sebelumnya anak yang pendiam dan cuek karna terkekang oleh Erik, berbeda dengan sekarang hari-harinya di penuhi oleh kebahagiaan yang tiada tara. Bahkan Siska tak pernah merasakan itu setiap ada di dekat Erik.

RUMIT[OnGoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang