Bukan lapak sider yah. Tinggalin jejak.
Gadis berseragam putih abu masih lengkap dengan tas sekolah yang bertengger dikedua bahunya. Dia berjalan sempoyongan dan sedikit tertatih di tepi jalan yang gelap karena kurangnya penerangan.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lebih, tapi gadis itu terlihat berjalan tak tentu arah. Sesekali menoleh kebelakang seperti sedang mengawasi sesuatu
Seragam yang ia kenakan terlihat lusuh dan sedikit koyak dibagian lengan kanannya. Menyedihkan. Mungkin kata itu tepat untuk menggambarkan kondisinya.
Ia menjatuhkan tubuhnya di bangku halte yang ia lewati, duduk menunduk menelisik kedua kakinya. Terlihat lutut dan betisnya terluka, sepertinya ia habis terjatuh cukup keras.
Ringisan keluar dari bibir mungilnya saat ia meraba bahu kanannya. Matanya membelalak saat telinganya menangkap suara-suara yang tak asing lagi di telinganya untuk hari ini.
Dengan cepat ia bangkit dan melangkahkan kaki sekuat mungkin menjauhi tempat tersebut. Ia berlari tertatih menahan perih di sekujur tubuhnya. Ia harus kabur. Itu yang ia sugesti kan pada dirinya sendiri.
"Haaahhh, mau kemana adik manis" tiga orang pria menyergapnya, tangan ketiga pria itu direntangkan menghalangi jalan gadis remaja itu.
"Hayoloh, gak bisa kemana-mana lagi" pria bertubuh sedikit gempal berucap menggoda
"Kita bebasin kalo kita udahan mainnya sama kamu" pria yang lainnya dengan wajah paling seram dari ketiganya berujar, suaranya pun terdengar sangat menakutkan
"Tolong lepasin saya" lirih gadis itu ketakutan, ia ingin lari tapi tubuhnya semakin lemas karena begitu ketakutan.
"Tenang aja nanti kita lepasin kok, tapi kamu harus ikut kita dulu" ucap si pria gempal dua temanya terbahak
"Pokoknya kalo kita udah puas kamu bakal kita pulangin lagi kok" lagi-lagi ketiga pria itu tertawa terbahak
Jalan sepi semakin lengang mungkin karena malam sudah sangat larut. Gadis itu terus merapalkan doa agar ada orang yang bisa membantunya. Ia benar-benar pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tubuhnya pun sudah tidak memungkinkan dia untuk melawan ataupun berteriak.
Dua pria mulai menarik gadis itu untuk di bawah sedangkan satu pria lagi berjalan lebih dulu sambil sesekali memberi perintah, sepertinya dia pemimpin.
Baru berjalan beberapa langkah ketiga pria itu gelagapan saat mendengar suara sirine yang khas. Ketiganya melepas gadis itu yang langsung tersungkur ke aspal karena tak lagi memiliki tenaga untuk menyeimbangkan diri.
Tiga pria tadi kabur secepat kilat dan sesekali menoleh memastikan tak ada yang mengejar mereka hingga ketiga pria berbelok kesebuah gang yang tak jauh dari tempat itu.
"Lo gak papa?" Suara berat seorang pemuda membuat gadis yang masih tersungkur diaspal terbelalak kaget dan melonjak ketakutan. Berusaha menghindar tanpa menoleh saking paniknya
"Tolong jangan apa-apain saya, saya mohon. Saya mohon" lirihnya dengan suara bergetar takut, ia menutup telinga juga matanya memejam rapat. Ia benar-benar ketakutan.
"Hei, gue gak bakal ngapa-ngapain lo, gue yang tadi nyalain sirine di motor gue" jelas pemuda tadi mencoba mendekati gadis yang tetap memejamkan matanya. Gadis itu bahkan beberapa kali menggumam kata yang tidak begitu jelas terdengar
"Hei" sapa pemuda itu mencoba menyentuh bahu si gadis. Tapi yang terjadi malah diluar dugaannya. Gadis itu pingsan setelah berteriak ketakutan karena sentuhan di bahunya.
Dengan panik ia segera menelpon ambulance karena motornya tidak memungkinkan ia membawa gadis yang tak sadarkan diri itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
REIAN
Teen FictionBagi dunia mungkin kamu seseorang. Tapi bagi seseorang kamu adalah dunianya Rea itu dunianya Bian Sedangkan Bian segalanya untuk Rea