Announcement

23 2 1
                                    

Hai, reader! Perkenalkan, saya Ismi, author dari The Abandoned Princess. Sebelumnya saya ingin meminta maaf atas ketidaknyamanan reader dalam membaca cerita ini di akun saya sebelumnya. IsmifIzzah

Karena ada kesalahan teknis, akun tersebut tidak bisa saya akses kembali dan cerita The Abandoned Princess terbengkalai selama beberapa bulan. Beriringan dengan kejadian itu, saya mulai menjalani kehidupan kuliah dan tugas-tugas menumpuk dari para dosen yang membuat saya tidak punya cukup waktu luang untuk melanjutkan cerita The Abandoned Princess karena aktivitas yang padat.

Terima kasih yang sangat banyak saya ucapkan pada seluruh reader, berkat reader yang membaca cerita ini dan mendukung saya untuk melanjutkan cerita, saya bisa merilis episode berikutnya di akun baru saya. Dengan cover buku baru, tentunya.

Karena itu, selamat menikmati ending cerita The Abandoned Princess. Saya berusaha membuat ending terbaik untuk Caver dan Charlotte yang sudah mengalami semua tantangan bersama.

*** ♡♡♡ ***

"Author, ada apa ini?" Charlotte melihat kerumunan orang-orang di luar mansion Caver. "Kenapa di luar gerbang terjadi keributan?"

Caver menyilangkan tangannya di depan dada, menatap Author rendah. "Itu karena salah satu pekerja kita membuat masalah, Charlotte.."

Author mengusap kedua tangannya karena keringat dingin mulai bermunculan. "Saya minta maaf.."

"Bagaimana bisa kau berhenti menulis kisah hidup kami? Orang-orang di luar menantikan kelanjutan cerita ini.." tukas Caver ketus.

"Saya memiliki beberapa hal yang harus segera di selesaikan, tuan, nyonya.." ujar Author membela diri.

"Beraninya kau menyebut beliau 'tuan' dan 'nyonya'! Beliau adalah yang mulia!!" Sergah Gavin dengan pedang menghunus ke arah leher Author.

"Dia tidak mungkin melupakan jalan ceritanya, kan?" Desis Lucien dingin, bersiap menarik pedangnya.

Author tertawa pelan, berusaha mencairkan suasana. "Tidak mungkin.." jawabnya hati-hati.

"Gavin, turunkan pedangmu. Beraninya kau menghunuskan pedang tanpa kuminta.." desis Caver tajam. "Kau ingin hidupmu berakhir? Jika dipikirkan, kau yang membuat beban hidup Author betambah, Gavin.."

"Tu, tunggu, yang mulia.. bagaimana bisa saya membebani dia?!" Sergah Gavin tak terima.

Charlotte mengangguk setuju. "Benar, setiap kemunculannya membebani Author.."

Gavin menatap Charlotte sedikit memprotes kalimat yang tidak memihaknya. "Cerita saya selalu keren dan bermakna, bagaimana bisa saya menjadi beban--"

"Jadi, kau mengatakan ceritaku tidak keren dan bermakna? Begitu?" Sela Caver tajam, ia mengeluarkan aura membunuhnya pada Gavin.

Gavin terbatuk, "bu, bukan seperti itu maksud saya, yang mulia.."

Dalam sekejap, Caver melenyapkan kekuatannya. "Minta maaflah padanya.."

Gavin memasukkan kembali pedangnya ke dalam sabuk. Ia memasang sikap hormat pada Author. "Maafkan saya, Author.."

Author tertawa canggung. "Tidak masalah.."

"Jadi, bagaimana kita mengatasi kerumunan itu, Caver?" Tanya Charlotte tiba-tiba.

"Bagaimana lagi? Kita harus menghampirinya.." tanggap Caver kemudian berjalan keluar dari bangunan mansion, menuju gerbang besar kediaman duke Kailaden.

"Yang Mulia Caver, kami dengar anda akan dinobatkan menjadi raja. Apa itu benar?"

"Yang Mulia, apa yang terjadi pada yang mulia Luther-- maksudku Luther?! Apa dia akan dihukum mati?"

"Bagaimana hubungan kalian berdua??"

"Apakah anak kalian akan dinamai dengan huruf awal 'C'?"

"Apakah Gavin sudah gila?!"

Gavin mengeratkan tangannya mendengar seruan pertanyaan itu. "Beraninya kau mengumpatku gila?!"

"Bukankah itu benar? Kau menjadi gila saat menyamar menjadi pekerja seksual.." sahutnya tak ingin kalah.

Lucien menepuk bahu Gavin. "Akuilah, agar cepat selesai.."

"Author, katakan sesuatu! Apakah aku akan menjadi gila?!" Protes Gavin pada Author.

"Aku, tidak tahu.." tanggap Author singkat.

"Bagaimana kelanjutannya? Kami ingin tahu kelanjutannya!!"

Caver mengambil satu langkah ke depan, "baiklah, semuanya.. pertanyaan kalian akan segera terjawab, karena Author sudah kembali ke kediaman kami setelah melakukan tugas yang cukup berat di tempat lain. Karena itu, kuharap kalian menantikannya.."

Charlotte berdiri di sisi Caver. "Mohon nantikan kelanjutan cerita kami!!"

Caver merangkul pinggang Charlotte dan mengulas senyum cerah. "Terima kasih, sudah menantikan cerita kami.."

*** ♡♡♡ ***

Happy Reading 😊

The Abandoned PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang