Saya menyapu rambut saya yang kini berwarna putih ke abu-abuan, dulunya hitam saat ada di tubuh asli. Warna mata yang sehijau zamrud kadangkala membuat saya terpana. Evan memang tampan, tapi, ah sudahlah. Sampah sekali orang ini. Mau berapa cantiknya wajah Evan, sikapnya tetap tidak bisa dibenarkan.
Dalam beberapa hari ini yang saya lakukan adalah mencari kayu bakar, itu wajar. Saat malam saya tidak berniat untuk kedinginan. Saya mengumpulkan makanan dan menelusuri wilayah sekitar. Kata orang, kalau mau bertahan hidup di hutan belantara macam ini, minimal kita mengetahui wilayah kita sendiri. Baju saya kotor karena debu, tapi mau bagaimanalagi. Tiada baju ganti. Itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Amit-amit aku kalau ditinggal tanpa pakaian. Bukankah malah mirip kera sungguhan?
Sepertinya, aku harus keluar dari hutan ini dulu. Harusnya di luar sana ada pedagang yang mau menjual kain dengan harga murah.
"Haha.. lucu sekali. Lihat Evan, sekarang aku berencana menggunakan pakaian murah!"
Evan yang sesungguhnya akan marah dengan itu, karena dia orang yang rakus. Yang dia suka adalah emas dan emas, tapi Evan yang seperti itu sudah tak ada. Yang ada kini adalah saya. Seorang anak dari keluarga biasa-biasa saja yang kalau mau beli baju mewah harus menunggu lama. Saya bukan Evan yang kaya. Saya Arka, biasa, pembaca, kutu buku, dan sangat biasa.
Itu bukan perkenalan yang bagus, tapi itulah saya. Di kehidupan saya yang dulu, saya memiliki banyak teman dengan golongan bernama "Kaum Misqueen", banyak teman saya yang berasal dari golongan itu. Dan, saya bahagia dengan itu, karena rata-rata anaknya itu lucu-lucu. Kalau ditanya saya umur berapa, saya sudah berumur 27 tahun dan sudah bekerja. Saya magang. Tunggu, apa magang sudah bisa dibilang bekerja? Entahlah. Yang penting saya sudah memasuki masa-masa dimana kata "neraka" itu cocok untuk menggambarkannya.
Baik, lupakan perkenalan. Mari membakar kayu bersamaku~
Hari sudah malam, saya menyalakan kayu bakar dengan metode gesekan kayu. Api bisa timbul oleh 2 hal di alam liar, yang aku tahu adalah dengan batu dan gesekan antar kayu. Metode yang saya lakukan sekarang adalah yang menggunakan kayu. Metode batu memerlukan batu khusus, kata senior saya yang diperlukan harus batu api. Menyerah mencari batu yang bahkan tidak saya tahu itu, saya menggunakan teknik biasa saja.
Saat api unggun sudah menyala, saya menusuk jamur untuk dipanggang. Akan lebih bagus jika ada garam, tapi saya ditinggalkan disini hanya dengan pakaian saya. Yah, lumayan beruntung. Aku tidak bisa habis fikir kalau ditinggalkan tanpa pakaian, sebenci-bencinya mereka pada Evan, setidaknya mereka masih waras.
"Kalau dari besok aku memulai perjalanan, berarti aku harus memiliki stok makanan. Air juga."
Ketika keluar dari wilayah nyaman, yang harus kita lakukan adalah persiapan. Kita tak akan tahu apa yang akan terjadi di luar zona nyaman ini. Mungkin dalam wilayah tertentu, makanan akan sulit dicari, dan wilayah lainnya malah melimpah. Air juga akan menjadi prioritas utama, saya tidak bisa dehidrasi, sudah pernah saya merasakannya sekali, itu sangat buruk, anda tidak akan menginginkannya.
"...Tapi wadah apa yang bisa kugunakan?."
Yang terpikir pertamakali adalah bambu, tapi memang disini akan ada bambu? Disini hutan belantara, bukan wilayahnya bambu tumbuh. Saya berjalan sekeliling dan memicingkan mata saya untuk menelisik tiap tepi hutan ini. Tentu saja itu masih berada dalam wilayahku. Tanganku meraba-raba semak belukar, duri-duri dari semak tersebut merusak tangan halus saya, namun saya tidak peduli. Saya terus mencari sampai menemukan penampakan mirip bambu tapi bukan bambu. Saya tahu itu apa itu.
"Waldbambus, disini kau ternyata." Disebut juga bambu hutan alkemia, bambu ini tumbuh secara tak wajar di dalam hutan dan bersembunyi di balik semak-semak. Ukurannya tidak tinggi atau bugar seperti bambu biasa, Waldbambus di dalam novel ini bertubuh ringkih dan pendek. Saya segera menggunakan sihir saya untuk memotong tanaman cilik ini perlahan, sampai dasarnya masih tersisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lord Who is Considered Trash
DiversosAku adalah seorang sampah yang sudah dibuang di hutan! Terus kenapa? Aku masih bisa bertahan hidup dan merasa damai disini.. Tidak seperti saat di kerajaan neraka itu!! Disaat Arka membuka matanya, ia berada dalam tubuh karakter novel yang sering di...