4. DE JAVU

28 2 1
                                    

Hari berganti hari, setiap hujan turun Elena selalu mendapatkan kiriman bouquet bunga dan sekotak coklat. Entah dari siapa pengirimnya ia tak pernah tahu. Ara yang menyarankan untuk membuang bouquet bunga itu nyatanya tak di hiraukan. Malah menumpuk di kamar dan sebagian layu. Sampai pada hari dimana Elena dipertemukan kembali dengan Yuta. Tanpa disengaja.

Hari itu Elena di pusat perbelanjaan hendak membeli baju untuk acara launching novel kedua. Ia hanya sendirian karena dirasa kalau pergi belanja sendiri lebih nyaman dibanding harus mengajak Ara. Tentu saja.. Ara terlalu berisik dan cerewet jika Elena terlalu lama memilih. Setelah mendapatkan baju yang disuka, ia berniat untuk membeli kopi di Starbucks. Langkahnya memelan, memesan minum kemudian ia mencari tempat duduk kosong. Pandangannya menyorot keluar menikmati lalu lalang kendaraan yang ramai pada sore itu. Sesekali ia menyeruput kopinya dan secara tiba-tiba tatapannya terhenti pada sosok yang ia kenali. Dan ini pertemuan ketiga kalinya tanpa disengaja.

Tap!

Yuta... Batinnya.

Tatapan Elena masih menyorot tanpa berkedip, sampai pada Yuta yang membalikkan badan dan tatapan mata keduanya bertemu. Yuta melempar senyum pertanda ia tahu ada Elena disitu kemudian berjalan kearahnya. Tanpa meminta izin dan dipersilahkan terlebih dahulu, Yuta langsung duduk di hadapan Elena. Jantungnya berdegup kencang melihat sosok Yuta di hadapannya.

"Sendirian lagi?" Tanya yuta nyengir.

"Iya." Jawab Elena. Iseng banget nih orang. Huhh.. Kenapa gue ketemu dia lagi sih? Is this my destiny? Ia bergumam dalam hati.

"Udah lama disini?"

"Belum lama, sekitar 10 menitan. Kamu abis dari mana?" Tanya Elena.

"Jalan-jalan aja, cuci mata, capek kerja terus." Jawabnya enteng.

"Kamu?" Yuta bertanya lagi.

"Abis nyari baju, buat acara dua hari lagi."

"Acara apa?"

"Launching novelku yang ke dua."

"Wow... Udah kelar? Tinggal launching?"

"Yup.."

"Judulnya?"

"Besok kamu dateng aja gimana? Aku kasih alamat tempatnya." Pinta Elena setengah memaksa. Elena merasa penasaran dengan sosok Yuta. Entah apa yang dipikirkannya saat ini yang jelas hatinya gundah karena selalu bertemu Yuta dengan tak disengaja.

"Aku gak janji, tapi aku usahakan."

"Oke, jadi aku kirim kemana undangannya?"

"Simpan nomormu, nanti aku kirim alamatnya." Yuta menyodorkan ponsel kearah Elena. Dengan sigap Elena mengambil alih ponsel, mengetik nomornya dan menyimpan ke kontak.

Aaaa... Pucuk dicinta ulam pun tiba. Seperti sebuah pepatah, Elena seakan mendapat kesempatan untuk mengenal Yuta lebih dari yang ia bayangkan. Selesai menyimpan nomor ke kontak, Elena mengembalikan ponsel Yuta. Bersamaan dengan hujan yang tiba-tiba saja turun.

Aneh... Tetapi terjadi begitu cepat tanpa ada tawar menawar. Ya begitulah hujan...

"Ah.. Hujan..." Bisik Elena.

"Kenapa? Hujan air kan? Bukan hujan duit." Celetuk Yuta sambil tertawa ringan. Membuat Elena ikut terkekeh.

"Ya kali hujan duit. Orang-orang pada berlarian rebutan duit. Hahaha..." Ucap Elena tertawa lepas.

Kenapa aku merasa terhibur dengan ucapan Yuta. Padahal sama sekali tidak lucu. Gumamnya dalam hati. Ia semakin penasaran dan sedikit tertarik dengan sosok di depannya.

"Gimana? Kamu suka bunganya?"

Tiba-tiba pertanyaan itu muncul, sontak membuat Elena kaget. Jantungnya kembali berdegup kencang, di tagapnya sorot mata Yuta. Senyumnya...

"B-Bunga?"

"Yup! Kamu terima bunga dan coklat dari aku kan?"

"J-Jadi selama ini bunga dan coklat itu dari kamu?"

Elena tiba-tiba menjadi gagap. Sekaan tak percaya dan untungnya bouquet bunga itu ia simpan dengan aman. Selama ini Elena pikir dari penggemarnya, ia mencoba positif thinking karena yang ia takutkan bunga-bunga dan coklat itu dari seseorang yang pernah menyakiti hatinya. Bukankah seperti mengorek luka lama.

"Iya." Jawab Yuta singkat, menyeruput kopinya sambil menatap mata Elena.

"Terimakasih. Aku suka banget sama bunganya. Tapi kenapa kamu gak pernah tulis namamu? Aku pikir itu dari penggemar."

"Loh.. Aku juga penggemarmu" Ucap Yuta yang berhasil membuat Elena jadi salting. Elena tersenyum malu, disibaknya rambut kebelakang telinganya berkali-kali. Ya seperti itu tingkah Elena jika salah tingkah.

"Tiap hujan turun, entah kenapa aku tiba-tiba ingat kamu."

Deg!

Jantung Elena sekaan melesat! Bibirnya terkunci, tatapannya tajam, mata Elena perlahan memerah. Ia kemudian memalingkan pandangannya.

Hatinya seperti teriris, ia seakan mengingat kembali kenangan-kenangan manis setelah mendengar yang Yuta ucapkan, tetapi menjadi rasa yang menyakitkan jika teringat dua tahun lalu. Sampai sekarang Elena masih belum bisa melupakan dan membuang rasa sakit itu.

"Hei !"
Tangan yuta melambaikan kearah depan wajah Elena.

Elena menoleh kearah Yuta dan sedikit tersenyum. Agak terpaksa sepertinya.

"Kamu kenapa?" Muka tiba-tiba--"

"Aku gak papa kok" Elena memotong percakapan Yuta.

"Ohya Yut, aku duluan ya.. Udah mulai gelap, hujan juga belum reda. Takutnya kemaleman dan hujan makin deras. Aku gak bisa lihat jalan dengan jelas kalau hujan malam hari. Aku nyetir sendiri soalnya." Ucap Elena yang mulai beranjak dari duduknya.

"Oh..." Yuta agak kaget mendengarnya. Karena baru berbincang sebentar Elena sudah mau pergi meninggalkannya.

"Kamu nyetir sendiri? Aku pikir naik taxi, jadi aku sekalian bisa antar pulang"

"Enggak perlu, terimakasih. Aku duluan yaa...."

"El, jangan lupa undang aku ya? Nanti aku kirim alamatnya"

Elena tak menjawab. Ia beranjak pergi, benar-benar meninggalkan Yuta yang masih duduk dan menatap tiap langkah Elena. Tanpa berkedip.

Perasaan Elena campur aduk, ia menahan tangis, dan juga menahan sakit. Kenapa Yuta mengucapkan hal yang sama ketika hujan. Kenapa ada orang lain yang kembali membuka luka hati, bukannya mengobati.

©YouraLee

Remind Once Again || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang